Besok harinya lebih tepatnya pada malam tepatnya pukul 9 malem temanku yang bernama aris datang ke rumah dengan penampilan rapih.
"eh halooo"
"kok lu dari mana ris" ujar ku , tapi yng ku lihat dia hanya diam saja, dia pun langsung duduk di bangku terasku, aku sedikit bingung melihat aris yang seperti biasanya, aku pun mencoba memperhatikan dirinya, yang kulihat wajahnya memang sedikit pucat.
"lah lu kenapa? Kok muka lo pucat banget, lu sakit?" tanyaku sambil memegag tanganya. Tapi tidak ada respon darinya aris hanya diam saja.
"yaudah deh, bentar gua ambilin air anget dulu buat lu" aku pun ke dalam untuk mengambil air hangat, tidak lama aku pun kembali dengan membawa segelas air putih hangat, sesampainya aku di depan teras aku pun tidak menemukan keberadaan aris
"lah ini anak kenapa coba, datang tiba-tiba pulang kaga bilang-bilang" ujarku. Aku pun memutuskan untuk ke dalam rumah lagi
Selang beberapa menit..
Handphone ku berbunyi menandakan adanya pesan masuk, aku pun mengambil handphoneku dan melihat isi pesan masuk tersebut. Aku mendpatkan pesan dari rania.
"Nan si aris meninggal"
Isi pesan dari rania membuatku terkaget. Apa si nih anak bercandaya ga lucu banget.
"lah seriusan? Dia barusan dari rumah gua" jawabku membalas pesan rania
"lah ini gua baru dapat kabar dari cewenya, dia kecelakaan pas mau nyampe rumahnya"
"seriusan lu ? demi apa lu ?" kaget ku
"asli demi Allah gua beru banget dapet kabar dari cewenya"
Shocked, pikiranku melayang, terus yang tadi datang siapa dong. Tak ingin berarut aku pun segera bersiap-siap meunju rumah aris. Aku dan teman yang lainya pun janjian untuk berangkat ke rumahnya meskipun dengan keadaan hari yang semakin malam.
Sesampainya di rumah aris dan sudah berkumpul dengan teman-temanku, kami pun berbincang-bincang.
"tadi gua barusan aris datang kali ke rumah gua tapi diem aja, mukanya pucet" sahut vira membuatku kaget
"lah lu sama kaya gua" sahutku
"terus dia ngapain?" lanjutku
"lah sama kaya lu dia Cuma bengong, duduk pucet, terus dia pas gua tanya dia Cuma jalan aja"
"lah aku ke gua, gua ambilin air nah pas gua ambilin air dia udah kaga ada udah ilang nih"
Ternyata yang mengalami kejadian di datagi oleh aris bukan hanya aku saja tetapi temanku vira juga mengalaminya dimana aris mendatangi rumah vira juga. Aku pun akhirya menghampiri keluarga aris menanyakan apa yang sebenarnya yang terjadi.
"maaf om boleh nanya" sahutku pada ayahnya aris yang di jawab anggukan olehnya.
"sebenarnya kronologinya gimana om? Koko bisa sampe gini? Tanyaku
"iyah jadi aris ini kecelakaan setelah dari rumah tantenya dia menambrak yang menyebabka seperti ini" ayahnya pun hanya bisa menceritakan secara singkat, mugkin keluraganya masih belum bisa bercerita banyak.
Malam pun semakin malam aku dan teman-temanku pun berpamitan kepada keluarga aris.
Ke esokan harinya
Seperti pada umunya selalu di adakanya tahlilan, aku pun dan teman-temanku bantu-bantu menyiapkan makanan, membereskan kursi dan karpet. Setelah bantu-bantu aku, vira, raka, kenzy, dan azka tidak langsung pulang kita memutuskan untuk berkumpul di rumaku, dan ketika sedang berkumpul aku merasa ada ke ganjilan, ketika kami sedang mengobrol.
"hah aris, aris"ujar raka yang berada di sampingku, sambil menujuk ke arah belakangku. Dan yang lain pun langsung melihat ke arah yang di tunjuk oleh raka, akupun menenggok ke belakang, dan yang kami lihat aris sedang duduk
"hah seriusan ini, kok gua jadi merinding" ujar vira yang memang sedikit penakut
Azka dan raka pun berjalan menuju ke arah aris aku dan vira hanya bisa mengikuti mereka dari belakang dengan tangan yang memegangg baju azka dan raka dengan erat. Namun ketika kami semakin mendekat aris pun langsung berjalan perlahan menjauh dan menghilang. Kami pun bergegas masuk rumahku dan berkumpul di ruang tamu menenangkan pikiran kami.
"kok bisa sampe gini ya.. padahal kan dia meninggalnya kecelakan doang" tanya vira padaku
"ya namanya dia sering bareng kita ngobrol, pastilah dia mengikuti karakternya yang kita liat itu khori, yang namanya orang meninggal ya langsung menghadap allah lah" jawabku dan yang setahuku seperti itu.
"udah-udah lupain mending lu pada pulang dah"
"yaudah lah balik aja yukk, dah malem juga"
"nay lu ga mau gua temenin lu sendirian aja di rumah" tawar vira
"kaga, udah lu pada pulang dah istirahat"
Akhirnya teman-temanku pun pulang. Posisi ku saat ini di rumah hanya sendiri aku pun ke arah dapur untuk mengambil makan dan membawanya ke ruang tv.
Tok tok tok
Mendengar suara ketukan pintu aku pun bergegas ke arah pintu depan, aku pun membuka pintu. Dan ketika ku buka tidak ada siapa siapa. Aku pun menutup kembali pintu dan melanjutkan makan ku .
Tok..tokk. tokk
Aku pun kembali membuka pintu itu kembali. Dan ketika aku membuka pintu itu bertapa kagetnya aku ketika di depanku ini berdiri Ariss, yahh dia aris temanku yang sudah meninggal. Meskipun jarak kami yang tidak begitu dekat tetapi aku yakin yang aku lihat itu aris. Dia berdiri dengan menundukan kepalanya dengan tatapan kosong.
"astagfillohalazim" kagetku yang memang tanpa aku pungkiri bahwa sebenarnya ada rasa ketakutan dalam diriku, tapi aku mencoba memberanikan diri.
Dalam hatiku bertanya- tanya ada apa sebenarnya ? aris kenapa bisa kaya gini? Apa ada yang aris mau sampein?
Tetapi yang aku lihat Aris yang hanyam diam saja dengan tatapan kosongnya. Aku merasa de javu seolah-olah diriku berada di alam lain, aku merasa di dimensi lain, aku seperti bukan di alam sadarku.
"hah" seketika itu pun aris menghilang.
Aku pun berlari ke kamarku dan mengambil handphoneku
"guys tadi aris ke rumah gua" ujarku memulai percakapan di grup
"serius lu? Tadi juga pintu rumah gua di ketuk sama aris, gua Cuma ngintip dari jendela doang" ujar raka
"gimana dong guys, cowok gua kok meninggal kaya gini, dia itu udah mau niat nikahin gua bahkan dia udah beli cincin" ujar venita cewek aris yang memang satu grup dengan kami.
"udah ven lu yang sabar ya, tuhan pasti kasih jalan lo yang terbaik, mungkin suatu saat lu bisa nemuin penganti yang lebih dari aris, lu yang sabar ya" ujarku menenangkan venita.
"ya udah guys mending besok kita jiarah aja ke makamnya aris" ajak azka pada kami.
Aku pun menyimpan dan mencharger handphone ku yang kebetulan saat itu batrei nya melemah. Ku putuskan untuk membaringkan diriku di kasur memikirkan apa yang sebenarnya yang terjadi kepada Aris yang membuat kami tidak tenang, rasanya kasihan melihat venita yang begitu terpuruk akan kepergian Aris yang begitu cepat. Tak terbayang oleh ku jika aku yang berada diposisi Venita memiliki pacar yang begitu sayang dan pengertian yang menemani setiap hari. rasa kantuk pun mulai menyerang diriku akhirnya ku putuskan untuk memejamkan mataku.
****