Keesokan Harinya
Kami pun sampai di depan makam aris. Disini kami berdoa.
"kok lu kek gini ris, yaudah si ris kita udah ikhlas, kita udah kirim doa buat lu, lu disana yang tenag udah jangan gini lagi"ujarku
Setelahnya kami pun memutuskan untuk langsung pulang, kebetulan memag aku sedang ada janji dengan teman sekolahku. Aku pun pergi menemuin temanku di salah satu kopi shop kami pun menghabiskan waktu bersama. Tak terasa waktu semakin malam aku pun memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.
Saat ku sampai rumah, betapa kagetnya aku aris keluar dari gang samping rumahku. Tetapi Aris hanya melintas di arahku sambil matanya tertuju padaku.
"Astagfirllohalazim" disini posisiku sudah berat, jalanku sudah terasa berat, badanku sudah merinding.
"lu mau apa si Ris, gua udah ikhlas sama lu, temen-temen semua juga udah pada ikhlas, kita semua udah ngedoain lu" ujarku pada sosok aris yang dimana dirinya hanya diam saja tetapi seperti ada yang akan disampaikan padaku, tetapi dia tidak mengucapkan apa-apa. Setelah itu sosok Aris lama kelamaan menghilang dengan sendirinya.
Aku yang merinding dan takut saat itu langsung masuk rumah dan membersihkan diri. Setelah membersihkan diri rasa lapar pun menyerang diriku, ku putuskan untuk berjalan ke dapur untuk mengambil makan, namun ketika aku akan mengambil lauk tiba-tiba sosok Aris melintas dari jendela dapur.
"jirr kok jadi gua yang di teror nih sama hantu" ujarku
"gila sih dia lagi dia lagi" geretuku .
Akupun tak ambil pusing ku lanjutkan mengambil makan dan makan, sambil ku makan aku pun berpikir sebenarnya ada apa Aris ini meninggal kecelakaan tetapi kok jadi dia yang kaya neror temen-temen sendiri. Setelah makan aku pun memutuskan untuk mengistirahatkan diri dan tidur.
Keesokan Harinya
Aku dan teman-temanku sudah berencana akan kumpul di rumahku. Kami pun berkumpul dan mengobrol, ketika kami sedang ngobrol tiba-tiba terdengar suara
"oh iyah gua juga ada di situ" kaget suara itu, suara almarhum Aris, satu kalimat yang terlontar membuat kami tersadar dan terkaget.
"jirr itu suara si Aris" ujar Raka
Aku pun terdiam sejenak untuk memastikan bahwa benar atau tidak itu suara Aris
"bentar diem dulu, itu bener bukan suara si Aris" ujarku memastikan.
"bener jir gua juga denger jelas banget" ujar Vira.
"ya bener lah itu dia, lagian itu jelas banget dia nyambung ke obrolan kita orang kita lagi ngomong apa dia nyambung gitu jir" ujar azka
Seketika kami yang posisnya takut langsung masuk kedalam rumah dan akhirnya kami jadi mengobrolkan almarum Aris
"sebenernya gua kasian sama si Aris dari kecil dia udah banting tulang nyari uang buat keluarganya, apalagi sekarang dia udah ada niatan serius sama cewenya" ujar vira
"iyah gua tau betapa kerasnya dia gigihnya dia buat nyari kerja."Ujar raka
"udah-udah malem nih, lu semua pada mau pulang atau gimana ?"tanyaku
"hmm... Nan gua nginep aja di rumah lu deh, gua kaga berani bali"ujar vira
"iyah gua kita berdua juga ya nan boleh kaga hehe"ujar raka
"Yehh lu semua emang dasar penakut, yaudah yaudah boleh lah, mumpung orang tua gua kaga ada juga, sekalian temenin gua lu pada" ujarku
"iyah siapp beres tenang aja" ujar vira
Akhirnya teman-temanku pun memutuskan untuk menginap di rumaku dan kami semua memutuskan untuk tidur dikarenkan waktu yang kian malam.
Ketika aku tidur seketika aku terbangun aku mimpi dimana dimimpiku itu sesuai dengan kejadian ketika Aris memberikan isyarat sebelum dia meninggal yang dimana dia datang dengan tubuh diam saja dan tatapan kosong, tetapi di dalam mimpiku ini berbeda dimana dia menyampaikan
"cuma lu doang nan, yang bisa sampein ini kekeluarga dan cewe gua" ujar Aris didalam mimpiku yang memberikan cincin. Yah dia memberikan cicin sambil berucap
"Nan, tolong ya sampein"
"ini gua kasiinya kemana ke cewe lu atau kekeluarga lu" ujarku dalam mimpi
"sampein ke cewe gua"
Seketika aku pun terbangun, aku terdiam dan berfikirr
"cinci?"
Yang ku ingat memang Aris mengumpulkan uang untuk membeli cincin untuk pacarnya. Aku dengan Aris, Azka, Vira dan Raka memang teman satu komplek tetapi kami beda angkatan dimana Aris, Azka dan Raka itu dua tahun lebih tua dari kami.
Pagi Hari
Akhirnya setelah teman-temanku bangun posisi saat ini kami sedang berkumpul di ruang keluargaku sambil menyemili cemilan yang berada di atas meja, aku sempat ragu untuk menceritakan mimpiku kepada teman-temanku ini, aku takut mereka tidak percaya dan menganggap bahwa yang aku ceritakan itu hanyalah sebuah mimpi biasa. Akhirnya dengan penuh kepercayaan diri aku pun memutsukan untuk cerita pada temaku ini.
"guys gua semalem mimpi" ujarku memulai percakapan
"lah mimpi apa emang nan?" tanya vira
"iyah gua semalem di datengin Aris di mimpi gua"
"serius lu ?" tanya Raka
"terus-terus gimana dimimpi lu?" tanya Azka
"iyah jadi di mimpi gua ini Aris cicin ke gua ya intinya dingasih pesan lah ke gua bahwa gua harus ngasihin cincin ke Venita"
"wahh jangan-jangan emang sosok yang selama ini selalu ngedatengin kita itu emang mau nyampein itu nan"ucap Azka
"iyah bisa jadi apa lagi lo tau kan ka kalo si Aris ini nyari duit buat ngumpulin beli cincin"sambung raka
"iya sih nyambung juga kalo gitu sama mimpi yang lu ceritain nan" ujar Vira
"iyah gua juga sempet mikirnya gitu si, menurut lu pada gimana?"tanyaku
"hmm.. yaudah sekarang mending kita ke rumahnya Aris aja gimana?" ujar Azka
"hayu boleh" ujar kami serentak
Akhirnya kami pun bergegas menuju rumah Azka yang memang tidak jauh dari rumahku dimana rumahku dengan Rumah Aris ini hanya terhalang oleh empat rumah, kami pun berjalan menuju rumah Aris sampai di rumah Aris yang dimana kebetulan ada ibu dan ayahnya. Aku pun ijin menceritakan kejadian yang kami alami
"iyah tante, jadi kedatangan kami di sini kami ingin menyampaikan bahwa, selama ini kamu selalu di datengi oleh sosok Aris yang sepertinya akan menyampaikan sesuatu, dan kebetulan malam tadi di mimpi saya di datengin oleh Almarum, dan itu katanya Cuma saya yang bisa nyampein dimana dalam mimpi itu di meminta saya menyampaikan ini kepada kelurga dan pacarnya" jelasku
"Pesan apa ya nan" tanya ibunya
"sebelumnya di pernah nitip cincin ga si tante?"tanyaku memastikan
"cincin? Dia ga ngomong apa-apa sama ibu" Jawab ibunya dengan bingung
"maaf ya tante, sebelumnya Venita itu pernah bilang ke kita pas kita lagi ngobrol-ngobol dan di grup juga pernah bilang, dimana Venita ini bilang dimana Almarhum ini udah ngumpulin uang buat ngasih cincin ke cewenya" ujarku
"oh ya udah ayo kita cari-cai dulu di kamar Aris di lemarinya" ujar ibunya
Ibu dan baapaknya pun mencari di kamar Aris sementara aku dan teman-temanku dia di depan kamarnya, dicari-cari lah sama ibu dan bapanya di lemari di selah-selah lemari dan ketika ibunya membuka laci ternyata ada cincin terpasang
"oh ini yah cincinya ya nan?" ujar ibunya sambil menunjukan cincin sepasang itu kepada kami, aku pun melihat cincin sepasang itu, dimana cincin yang sesuai dan sama persis seperti yang ada dimimpiku dari mulai kotaknya, ukurnya semuanya sampa percis seperti yang dimimpiku.
"oh iyah tan iyah cincin ini, cincinya persis banget kaya yang di mimpi kinan semalem bu" ujarku sambil melihat cincin sepasang itu.
Gila si bener ternyata Aris ngedatengin kita semua karena mau nyampein sesuatu, mimpiku benar ternyata kalo banyak orang bilang katanya mimpi itu hanya bunga tidur, Cuma yang aku pikir saat ini bahwa mimpiku realita sekali dengan apa yang terjadi sesuai banget.
"nah ini tan jawabanya, udah deh tan kalo bisa tante suruh Venita kesini aja deh tan" ujarku sambil memegang cincin sepasang itu.
"yaudah sebentar tante telepon venita dulu, buat dateng ke sini" ujar ibunya sambil berjalan mengambil handphone nya.
"iyah tante biar tante yang sampein, gimana ya tante mungkin ini cincin buat venita, ya mungkin satunya ini buat di kasih ke venita.
Tak lamapun venita dateng, ibunya Alhmarum ini menjelaskan semua dari awal, dan akhirnya Ibunya Almarhum ini memakaikan cincin pada venita
"Venita pake ya kalo misalkan Venita udah hilang rasa atau udah lupa sama kenangan-kenagan Venita sama Aris Venita buka dan simpen aja cincin ini" ujar ibu Alhamrum Aris setelah memasangkan cincin di jari Venita, Venita pun hanya bisa menganggukan kepala dan menangis.
"Venita pake aja ya cincin ini, jangan pernah menganggap cincin ini dari mantan atau gimana, Venita boleh aja pacaran sama siapa aja tapi ibu harap venita selalu pake cincin ini" lanjut ibunya
"oh iyah bu pasti bakal Venita pake dan ga akan Venita lepas kok bu, mungkin untuk setahun sampe dua tahun ini Venita ga akan pacaran dulu bu, sulit buat Venita buat lupain bang Aris, karena Venita masih kebayang bang Aris bahkan Venita ngebayangin akhir bahagia sama bang Aris" ujar Venita yang menceritakan pada kami
Suasana saat ini pun menjadi haru kami pun yang berada di ruangan itu tidak kuas menahan air mata. Tak lama itu kami pun akhirnya pamit dari rumah almarhum mengingat waktu yang semakin sore dan menujukan waktu Magrib
Teman-temanku memutsukan untuk berkumpul dan sholat terlebih dahulu di rumahku. Selesai sholat seperti biasa kami mengobrol bercanda gurau di teras rumahku, dan lagi-lagi sosok ini muncul.
Tiba-tiba Raka yang memang lebih peka dari kami pun melihat ke satu sudut
"ahh gila Aris" ujar raka tiba-tiba
"Ahh seriusan lu?" ujarku tapi aku tidak berani melihat ke arah yang raka lihat
"Aris, nan kok masih ya nay, gua kira dengan kita nyampein pesan dan cincinya ke Venita gua kira di bakal pergi Nan" ujar Raka
"Seriusan Lu"ujar Vira
"iyah seriusan vir itu dia di pojok dia ngeliatin kita tau" ujar Raka
Akhirnya Vira dan Azka pun melihat arah yang di tunjukan oleh Raka, sementara aku tidak memandang ke arah itu aku masih takut.
"Iyah nan, dia ngeliatin kita gila dia ngeliatin kita mata tatapanya tanjem banget lagi" ujar Vira
Aku pun langsung mengalihkan pandanganku karena pesaran dan ketika ku lihat dari ekor mataku. Jir gila ternyata bener dia, dia lagi ngeliat ke kita kita. Di sini aku heran
"apa si maksudnya?
Mau dia apa?
Tujuan lu udah gua sampein nih pesen lu"
Cuma maksudnya apa nih kok kesannya lu kaya neror kita-kita terus" benaku
Akhirnya aku pun bilang ke temen-temenku
"udah-udah lupain udah jangan di anggap udah biarin aja udah biasa kita kumpul" ujarku
"ya gila juga kali nan kalo dia mandangin kita kaya gitu" ujar Vira
"minggir aja minggir aja dulu ke dalem gua juga ngeri liatnya" ujar Raka
Akhirnya kami pun masuk ke dalam di ruang tamu rumahku
"dia masih ada ngga?" ujar Raka yang tak lama penasaran dia pun memutuskan keluar dan melihat.
"gimana masih ada ?"ujar Azka
"Udah, udah kaga ada balik kuy ngantuk gua " jawab Raka
"hayu, tapi lu berdua anterin gua pulang ya gua kaga berani" pinta Vira
"iyah beres, dah yuk"
"yuk, balik dulu ya Nan" ujar Vira dan mereka pun pulang tersisa lah aku sendiri.
Aku pun memutuskan memasukan motorku yang memang masih di luar ketika aku memasuki motorku aku merasa di belakangku ini ada sesuatu yang beda, memang suasan malem ini udah sepi banget, langsung dengan cepat aku masuki motor ke dalam rumah dan langsung mengunji pintu, tetapi aku teringat hp ku masih di meja teras, aku pun berjalan ke arah meja dan ketika aku berbalik badan akan kembali ke arah pintu aku merasa dibelakangku ada yang beda pas aku meneggok ke belakang. Omgg!! Gilaa di ada dia, Aris dengan muka pucatnya
"Makasih" ucapnya dengan lirih dengan nada pelan
"lu kenapa si kaya gini? Meninggal lu aja karena kecelakan, dan kita semua suka ngirim doa buat lu kita semua udah ikhalas, sekarang apa lagi yang mau lu sampein" Aku pun memberanikan diriku untuk mencoba berinteraksi dengan sosok Aris meskipun jarak kami yang jauh. Di sini yang aku lihat dia yang tersenyum dengan mata yang sedu sedih
"iyah gua ngerti lu mau nikah kan sama Venita, ya Cuma udah beda Ris, yaudah semua udah ikhlas udah lu jangan kaya gini" lanjutku seketika dia langsung berbalik badan dan dia langsung menghilang.
Aku pun terkaget dan langsun kembali masuk ke rumah mengabarkan kejadiian itu pada grup, dan disitu bukan hanya aku tetapi teman-temanku pun di datengin untuk mengucapkan terimakasih.