Chereads / Mereka Yang Pergi Atau Kamu Yang Lari / Chapter 6 - Misteri Touring

Chapter 6 - Misteri Touring

Setelah kejadian yang menimpa aku, Azka, Raka dan Vina kami pun memutuskan untuk menenagkan diri kami sejenak untuk refresing terlebih dahulu yakni dimana kami memutuskan untuk touring ke Jawa Timur. Yah! Sekedar untuk memberi tahu kalian bahwa Azka dan Raka merupakan anak motor yang sudah beberapa kali kerap touring ke banyak daerah.

Hari ini merupakan keberangkatan kami aku yang memutuskan untuk satu motor dengan Raka sementara Vina bersama Azka, jadi touring kita ini merupakan salah satu agenda komunitas motor Azka dan Raka untuk main ke salah satu komunitas mereka yang akan menikah, jadi yahh sekalian refresing lah bagi ku dan Vina untuk menenangkan diri setelah kejadian kamarin. Namun touring kali ini hanya ada kami berempat dan dua orang teman azka dan raka di karenakan kesibukan yang lain yang menyebabkan tidak bisa ikut serta.

Kita pun prepare kebutuhan yang akan kita bawa dari mulai snack, makanan, perengkapan pengaman badan, dan perelegkapan lainnya. Setelah selesai semua dan memastikan semua aman dan tak ada yang tertinggal akhirnya kami memutuskan berangkat pada pukul 22.00 malam.

"udah tenang aja gua yang jadi RC" ujar Panji teman Azka dan Raka pada kami semua sebelum berangkat. Panji ini merupakan orang yang akan menikah itu .

"RC? Rc apaan ka" tanyaku pada Azka. Yah memang aku tidak tahu dan kata itu merupakan kata yag baru ku dengar.

"Rc itu orang yang memberitahu jalan dan membuka jalan saat nanti kita touring nan" jelas Azka

"Oh kek orang yang nunjukinnya" ujarku setelah mengerti

"hmm" jawab Azka

Akhirnya kami pun memulai perjalanan, ku nikmati perjalanan kami. Hingga pada akhirnya kami sampailah di Tegal

"eh ini di Tegal kebetulan kamu halaman gua mampir aja dulu sekalian makan aja dulu" Ujar Rizki sambil memberhentikan motornya.

Kami pun berkumpul dan memberhentikan motor kami

"yaudah dari pada makan di jalan kan bayar keluar uang banyak nanti kita" ujar Panji

"yaudah sekalian aja di situ" ujar Raka

Akhirnya kami sepakat untuk mampir terlebih dahulu ke rumah rizki

"mak ini ada temen yang mau mampir dari bandung" ujar Rizki saat menelepon ibunya. Kami pun mendapatkan ijin dari ibunya Rizki dan bergegas ke rumah Rizki.

Kami pun sampai di rumah Rizki pada subuh sekitar jam lima pagi, kami pun bergegas melaksanakan sholat subuh dan beristirahat sejenak. Setelah merasa lebih nyaman kami pun di persilahkan untuk sarapan terlebih dahulu oleh ibunya Rizki.

"katanya di tegal itu banyak wisatanya banyak" ujar Vira

"iyah si banyak tapi lu mau kita ngabisin banyak waktu lagi kalo kita nunggu-nunggu lagi" ujar Panji

"Hmm.. iyah juga si yaudah lah gua ngikut ajalah" ujar Vira pasrah.

Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami tak lupa kami berpamitan pada ibunya Rizki. Ketika akan lanjut jalan ibunya Rizki mencegah kami untuk tidak langsung berangkat karena cuaca yang tidak mendukung.

"Ki ntar dulu ini mendung loh, kalian yakin mau lanjut perjalanan mendung-mendung begin" ujar ibu Rizki ketika kami akan menaiki motor kami.

"iyah si mendung ini ga akan ujan kah?" ujar Vira sambil pandangnya mengarah pada lagit yang nampak mendung.

"iyah si mendung, tapi kan kita bawa jas ujan kalo mendung-mendung terus nunggu nanti ngabisin waktu lagi" jelasku.

"perjalanan kita itu jauh, mau ga mau kita harus cepet" Ujar Azka.

Kami pun melanjutkan perjalanan kami, dan benar saja tak lama dari itu hujan turun mau tak mau kami pun kami harus menepikan motor kami untuk memakai jas hujan terlebih dahulu. Posisi kami saat ini berada di tengah-tengah sawah, dimana kiri kanan kami itu sawah. Mau tak mau kami harus mencari pohon untuk memakai jas hujan. Keadan saat ini menujukan waktu jam dua sore mendung dengan gelap semeraut. Saat sudah memakai jas hujan ku lihat dari jauh orang orangan sawah tapi yang ku lihat itu tidak jelas, tapi sepertinya memang orang-orang sawah.

"Itu apaan ya?" ujar Azka yang mengarahkan pada orang-orangan sawah itu yang kulihat.

"coba lu cek" ujar Vira pada Raka

"udahlah ngapain si cek-cekan. Udah cepetan nih kita nguber waktu nih ujan begini" ujar Panji.

Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan, sampai pada akhirnya kami sampai di Semarang, kami pun memutuskan untuk istirahat sejenak, setelah dari semarang kami akan melanjutkan ke Salat Tiga, setelah melakukan perjalanan yang jauh kami rombongan samapai di daerah Wonosari Trengalek.

Sampai akhirnya sampailah kami di desa Wonosari, kami sampai di desa Wonosari pada jam satu dini hari dan kondisi jalanan saat ini sepi, selain sepi juga rintih-rintih hujan dan pada saat itu kami rombongan karena keadaan yang cukup fit akhirnya memutuskan berkendara dengan top speed semua tanpa memikirkan keadaan jalan yang saat ini kami inginkan yakni agar cepat sampai tujuan dan meewati desa Wonosari.

Tidak jauh dari desa Wonosari ini terdapat tanjakan yang katanya terkenal disana sepanjang jalan itu terdapat tebing. Kita sedang top speed tampa kita sadari Rizki tertingal jauh di belakang.

"si Raka dimana?" ujar Panji dengan menggunakan interkom pada barisan kedua dan ketiga

"di belakang kali" ujar Azka yang ku dengar membalas interkom dari panji

"yaudah lah kita pelanin, jangan kenceng-kenceng santai aja lah, udah deket kok" ujar panji

Sampai lah kami di tanjakan, pandangan ku dan Azka pada lampu motor

"itu motor si Rizki kali ya nay' ujar Azka pada ku sambil memperhatikan kaca spion motornya

"iyah mungkin" jawab ku

Dan benar saja itu motor Rizki dan saat itu juga Rizki ngebut kenceng sekali

"woy Ki pelan-pelan" ujar Azka pada Rizki yang dimana kami melihat ada sesuatu di beakang Rizki.

"Kenapa?" tanya Rizki

"itu di belakang lu ada apaan ya" tanyaku pada rizki

"Ahh itu kabut kali Nan"

"serius bego!cepetan" perintah Azka yang mendahuluin motor Rizki

"Apaan itu?" tanya Rizki

"Gua ga tau, udah ki pelan-pelan aja" ujar ku pada Rizki.

"asli itu apaan si Nan" tanya Azka padaku

"gatau gua juga"

Samapai akhirnya Azka memutuskan untuk mendekati motor Rizki, karena Rizki ini sweper mau ga mau kami mengejar Rizki dan menghampiri Rizki dari sebelah kiri melewati tanjakan, dan setelah melewati tanjakan itu ternyata di depan kami itu ada kecelakaan mobil box sayur dengan motor. Dan akhirnya pikiranku kacau. Aku meminta pada Azka berhenti sejenak.

"Bro break break" ujar Azka memberi kode pada Rizki agar dia tau, karena pada saat itu Rizki tertinggal jauh. Sampai pada akhirnya Azka memelankan lajunya dan menepi mungkin dia akan membantu orang yang kecelakaan itu pikirku. Ketika Rizki menepi dan sosok itu kembali ku lihat di belakang motor rizki.

"anjir apaan itu" ujar Azka yang ku yakin pasti dirinya pun melihat sosok dibelakang Rizki. Hingga pada akhirnya entah bagaimana motor yang ku taiki dengan Azka dan motor Rizki jatuh ke sebelah kanan. Ketika ku jatuh padangangan ku tertuju pada tebing dan arah bawah yang ku yakini itu pohon pisang dan yang ku lihat sosok penampakan pocong yang kuliaht bersama dengan Azka.

Dari ku melihat pocong itu ketika ku jatuh itu seperti melihat sekelibat asap yang turun ke pohon pisang, tapi logikanya kalau asap itu akan hilang dengan sendirinya tapi ini asap ini diam di atas pohon pisang seperti gelantungan gitu.

Sampai pada akhirnya Azka pun ketakutan dan aku bingung aku harus ngapain, vira, raka, panji pun menghampiriku

"lu kenapa ka?" tanya raka yang tidak mendapat jawaban dari Azka, Azka hanya diam akupun bingung harus mengsupport bagaimana.

"udah Ka lu tenang aja, kalo lu takut nanti kita ceritaain aja disana" ujarku dan sampai saat itu dia diam saja

Ketika akan lanjut jalan aku pun memutuskan untuk pindah ke motor Panji.

"Lu kenapa?" ujar Panji pada Azka yang

"ngga..ngga.. gua ga mau lanjut jalan"

"lah kenapa? Motor lu ada masalah?" ujar Panji

"ngga..ngga.." ujar Azka

"yaudah ayo" yang hanya di balas anggukan oleh Azka.

Dan ketika akan melanjutkan perjalanan ketika motor Azka akan dinyalakan ternyata motornya mati ketika di cek ternyata ada kerusakan di kelistrikan dan radiatornya karena tadi sempat jatuh. Binggung dong. Karena bingung akhirnya motor dia di stut. Dan lucunya Azka tidak mau jalan di belakang kalo bisa dia di depan kalo ada rombongan paling depan dia pengen adanya di depan karena saking traumanya, kalo bisa di bonceng dia bakal duduk di depan tangki ga mau duduk di belakang karena yang dia lihat itu sosok pocong yang duduk di bangku Rizki itu.

Akhirnya aku dan rombongan mengambil keputusan utuk tetap jalan dengan cara menyrtut motor Azka. Setelah kembali melanjutkan perjalanan dengan menyetut motor Azka. Akhirnya kami sampai di perbatasan desa Wonosari dan memutuskan untuk subuh. Kami pun break di pekarangan salah satu rumah warga yang tidak jauh dari mushola dan tanpa pikir panjang kami break di situ.

Sampai lah waktu subuh akhirnya kami membuat dua keloter keloter kedua untuk menjaga motor dan keloter pertama untuk solat subuh. Pada saat break itu ku lihat Azka yang hanya terdiam saja

"itu ada bapa-bapa mau ngapainya?" ujar Vira melihat bapak-bapak yang berdiri di depan rumahnya dengan kondisi cahaya yang minim yang tak jauh dari motor kami yang di parkir

"Gua juga gatau, udah lah mau ngapain kita urusin, mungkin dia lagi nyari angin kali" ujarku. Akhirnya kloter pertama selesai sholat dan gantian lah kami kloter kedua dan pada saat bagian kami

"mas, ngapain mas di situ?" tanya bapa-bapa salah satu jamah sholat subuh

"begini pak kita dari bandung, kita memang lagi touring ke salah satu desa di sekitaran desa setelah desa ini"jelasku

"kalu bisa jangan istirahat di situ mas" ujar bapa itu membuat kami bingung

"kenapa emang? Tanya Panji

"ya kalo bisa jangan disitu lah, di sini kan ada yang terang"

"yaudah gapapa pa, kita kan menghargai aja, itu kan ga enak rumahnya di gang motor kita gede-gede ga enak berisik"

"ya udah terserah mas deh, yaudah kalo gitu saya lanjut duluan yah"

Lalu kami pun keletor kedua melanjutkan untuk sholat dan setelah itu kami memutuskan untuk istiraht di teras rumah hingga tak sadar kami semua ketiduran dan di bangunin oleh warga situ paa jam tujuh pagi. Ketika aku bangun yang biki aku heran perasan ketika aku tidur rumah ini tidak ada bekas kebakaran tapi kenapa ketika aku lihat gosong gini dan ketika ku lihat lantai masih ada bekas bekas item seperti abu kebekaran

Dan akhirnya karena kita bingung dan warga di sekitar kita pada melihat kita ikut bingung

"gimana lanjut ga ?" tanya panji pada kami

"lanjut aja" jawab kami

Akhirnya aku pun sempat bertanya ke salah satu warga

"kenapa pak?" tanyaku

"ngga saya aneh aja kok kalian pada bisa tidur di situ" jawab salah satu warga

"lah kenapa pak?" tanyaku

"tau ga mba itu rumah belum lama bekas kebakaran dan disitu ada korban jiwa sih, emang mab dan teman-teman mbak ga tau ?" tanyanya

"maaf pak saya juga gatau saya juga dari bandung"

"oh saya kira kamu orang situ"

"lah terus korban jiwanya kalo boleh tau gimana ya pak?" tanyaku pesaran.

"ya bapak-bapak tua si, ya kaya kakek kakek la"

Dan pada saat itu aku ingat akan apa yang tadi ku lihat bersama dengan vira pada saat subuh itu, jangan-jangan itu adalah sosok dari korban kebakaran itu tapi akhirnya aku tidak berani bilng ke yang lain terutama pada Azka yang masih trauma. Akhirnya ku putuskan untuk bilang pada vira

"Vir sini deh" panggilku

"napa lu?"

"vir lu liat kan bapa-bapa yang semalem?"

"iyah gua liat"

Secara logika malam-malam buat apa ada bapak bapak diam sendirian di rumah kosong yang udah kebakar.

Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke rumah panji. Sampai sanah kita mengikuti serangkaian acara samapai selesai, namun kami masih bingung ini Azka trauma atau bagaimana dan kondisi motornya gimana. Sebelum pulang Raka memutuskan untuk ke bengkel. Setelah kebengkel kita prepare memastikan motor hidup dan bisa jalan rapih semuanya. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang karena kami hanya punya satu hari untuk bisa pulang sampe bandung.

"ya udah gas lah kita ngejar waktu" ujar Azka

"ngga... ngga bisa gua ga mau" sahut Azka

"lah kenapa?" tanyaku

"pasti entar kita lewat jalur itu lagi"

"udah tenang aja kalo lu ga mau, lu tukeran motor aja, lu pake motor gua, nanti motor lu gua bawa" ujar raka

"ngga.. ga mau udah, terserah lu mau pulang sendiri, gua ga mau lebi baik gua towring motor gua naik kereta dan gua naik kereta gua tidur nyenyak dan ga kepikiran hal-hal yang gua alaimi dari pada gua harus tegang di jalanan dan gua ga tau keselamatan gua kedepanya"

Hingga pada akhirnya kita memutuskan untuk towing motor kita di paketin dan kita pulang dengan menggunakan kereta api disitu bahkan sampai saat ini juga Azka masih trauma untuk touring apa lagi untuk touring malem hari.