Tak lama kemudian bel sekolah berbunyi, membuat para murid terpaksa menghentikan kegiatan mereka dan berlari menuju kelas.
Termasuk murid di kelas Rino yang semakin gencar membullynya. Seperti sekarang ia kebingungan mencari tasnya sebab ia sangat yakin sebelum ketiduran tadi Rino masih ingat dengan jelas jika ia menggantung tasnya itu di belakang kursinya.
Rino melirik beberapa murid yang duduk di bangku belakang yang sama dengannya kelihatannya santai bermain sesuatu. Pria berlesung itu mempertajam penglihatannya sesaat kemudian ia sedikit melebarkan matanya lalu berdiri dari bangkunya dan berjalan menghampiri kumpulan siswa itu.
Rino "Permisi, maaf ganggu tapi bisa tidak kalian kembalikan tasku?" Pintanya dengan sopan. Siswa yang ditanyai menoleh ke Rino dengan tatapan bertanya.
Lintang "Lo ngomong apa barusan? Tas? Maksud Lo yang jelek ini?" Tanya lintang dengan mengangkat dan menunjuk barang yang dimaksud alias tas Rino, Sengaja memancing amarah pria berlesung yang satu ini.
Rino menghembuskan nafasnya, kenapa sih barang-barang miliknya selalu dikatai jelek oleh anak-anak di kelasnya? Padahal kan itu berasal dari hasil jerih payah bundanya.
Rino "Tasku tolong dikembalikan" Lagi-lagi Rino harus menahan kesal di hatinya dengan cara meminta tasnya baik-baik. Tapi sepertinya Lintang dan kawan-kawannya sedang mencari gara-gara dengannya.
Yanuar "Kalo kita bilang nggak gimana dong, lo mau nangis?" Katanya dengan memasang wajah pura-pura sedih sekaligus mengejek Rino.
Rino "Tolong kembalikan" Rino berucap datar, batas kesabarannya hampir habis.
Arham "Kita bilang gak ya enggak! Lo budek ya!?" Bentaknya. Lalu lintang pun merobek tas Rino dan menghamburkan isinya ke lantai tepat di hadapan Rino.
Mata Rino melebar, Lama diperhatikannya tas miliknya. Lintang dan lainnya termasuk murid-murid di kelas menertawakan dirinya. Tiba-tiba sebuah pukulan mendarat keras di wajah Lintang hingga membuatnya jatuh dan menghantam kursi yang diduduki Yanuar. Belum cukup rupanya bahkan saat terduduk pun ia masih di hajar habis-habisan.
Rino "Brengsek!!" Rino mengumpat menghajar Lintang, Ya Rino lah pelaku yang memukul Lintang. Batas kesabarannya sudah habis, tidak akan marah jika mereka membullynya tapi ia akan marah jika hasil keringat bundanya di rusak.
Yanuar, Arham serta murid-murid masih mematung menyaksikan pemandangan itu. Selama mereka membully Rino mereka belum pernah melihat pria tampan tanpa manis ini mengamuk atau memukul biasanya ia akan diam atau marah tapi kali ini Rino bak singa yang mengamuk.
Ketua kelas yang duluan sadar segera berlari dan menarik Rino dari Lintang yang wajahnya sudah babak belur, Barulah setelah itu mereka semua tersadar namun belum bertindak. Bahkan saat di pisah pun Rino masih berusaha melepas cekalan tangan Ikhsan sang ketua kelas.
Ikhsan "Rino! Tenangin diri Lo!" Bentak Ikshan membuat Rino akhirnya sadar dan diam dengan tubuhnya yang kembang kempis akibat terlalu menggunakan tenaganya.
Lintang pun bangkit dengan di bantu Yanuar dan Arham. Mereka semua terkejut melihat wajah Lintang yang berwarna keunguan.
Lintang "Bangsat!!, Berani Lo mukul gue!!??" Murka Lintang menunjuk wajah Rino tapi Rino sama sekali tidak gentar.
Rino "Kalian duluan yang cari gara-gara denganku! Kalian merusak hasil jerih payah bundaku!!" Teriaknya, Pertama kalinya ia berteriak selama 11 tahun ia bersekolah.
Lintang "Bodo! Lo tau gak kalau nyokap Lo gak bakalan mampu buat ganti rugi biaya perawatan muka gue!!"
Rino "Asal kamu tau jika bundaku membanting tulang demi membeli tasku dan kamu merusak dengan seenaknya, dimana hati nuranimu!?"
Prayitno "Apa-apaan ini?!" Ucap Prayitno guru bahasa Indonesia saat memasuki kelas 11-1 IPA ia langsung di suguhkan dengan pemandangan berupa perdebatan antar siswa bahkan yang satunya sangat berantakan dengan beberapa lebam di wajah.
Murid-murid termasuk Rino menoleh ke asal suara, beberapa detik kemudian Ikhsan membawa Rino diikuti oleh Lintang yang berjalan dibelakangnya menghampiri Prayitno.
Prayitno menyilangkan tangannya di dada, menatap dengan tajam wajah Rino dan Lintang meminta penjelasan.
Lintang "Dia yang duluan mukul saya pak" Adu Lintang.
Prayitno menaikkan alisnya menatap Rino. Masa iya murid beasiswa paling teladan ini yang duluan mencari masalah?
Prayitno "Rino? Benar begitu Rino?" Tanyanya.
Rino "Memang benar pak, tapi dia dan teman-temannya duluan yang cari masalah dengan saya pak, mereka merobek tas saya" Rino mengangkat tasnya yang sudah menganga lebar sebagai bukti pembelaannya.
Yanuar "Tadi Kita cuma main-main pak, tapi dianya aja yang nganggep serius" Bantahnya.
Lintang "Lihat wajah saya pak, Dia harus ganti rugi biaya pengobatan saya di rumah sakit!" Tuntut Lintang. Inilah hal yang paling ditakuti oleh Rino, bukannya apa masalahnya ia takut jika bundanya akan kecewa kepadanya. Selama ini ia sabar bila di bully hanya karena bundanya.
Arham "Dia pasti gak mampu bayar, kan?" Hina Arham membuat Rino terdiam, Sudah menebak jadinya akan seperti ini.
Prayitno menghela nafas "Kalian sama-sama salah, Jadi kamu Lintang harus ganti tasnya Rino dan kamu Rino juga harus bayar biaya perawatan Lintang" Jelasnya ke dua murid di depannya.
Lintang "Tas modelan kayak gitu emang berapa sih harganya? Gue bisa ganti pastinya" Kata Lintang enteng dengan tertawa remeh ke Rino.
Rino "Tapi saya gak salah pak" Bela Rino.
Yanuar "Halah... Alesan aja Lo! Bilang aja gak mampu bayar!" Ejeknya.
Prayitno "Bapak tidak mau tau, kalo kalian gini terus, bapak terpaksa akan memanggil orang tua kalian kesini"
Lintang menyeringai, dia yakin pasti dia yang akan menang. Sedang Rino kini sedikit gugup, bagaimana bila bundanya tau? Pasti akan kecewa sekali kepadanya dan Rino tidak mau hal itu terjadi.
Rino "Nanti saya pikirkan pak" Jawabnya.
Prayitno "Oke, sekarang kembali ke tempat duduk kalian masing-masing, kita akan memulai pelajarannya" Titah Guru bahasa Indonesia itu.
***
Setelah melewati 2 mata pelajaran bel tanda istirahat berbunyi. Setelah guru-guru keluar siswa-siswi juga mulai berhamburan meninggalkan kelas walaupun masih ada yang malas keluar dan memilih untuk tetap di dalam kelas.
Saat Lintang dan kawan-kawannya hendak keluar dari kelas tiba-tiba Rino memanggilnya untuk bicara empat mata di kelas karena keadaannya yang sepi.
Lintang bersedekap dada "Lo mau ngomong soal apa? Kalau soal Lo gak mau ganti rugi maaf gue tetap bakal tuntut Lo, lihat nih muka gue jadi gini gara-gara elo"
Rino "Kamu kan kaya, pasti kamu bisa bayar sendiri sedangkan aku yang miskin mana bisa bayar, Tolong kasih aku keringanan dan maaf soal mukamu" Rino menundukkan kepalanya, Ia tidak mau bundanya jadi kepikiran soal biaya rumah sakit Lintang yang pastinya tidak murah.
Lintang "Gue gak peduli!!" Lintang hendak pergi namun tangannya di cekal Rino, Lintang menoleh dan mendapati mata berkaca-kaca Rino kini sedang berlutut dihadapan Lintang masih dengan memegang tangan Lintang.
Rino "Kumohon... Kamu bisa pukul balik aku, kamu bisa apain aku asal jangan suruh guru buat lapor ke bundaku" Lirih Rino sambil memohon, Lebih baik kehilangan harga diri daripada melihat bundanya kecewa padanya.
Lintang terdiam. Selama ia membully Rino, anak ini tidak pernah terlihat semenyedihkan seperti ini, Entah mengapa ia sedikit iba. Lalu Lintang sedikit mengangkat kepalanya meletakkan tangannya di dagu, berfikir.
Lintang "Oke! Gue gak bakal lapor tapi syaratnya Lo harus jadi perawat dadakan gue sampai lebam di wajah gue sembuh, dan soal tas butut Lo tenang aja gue pasti bakal ganti" Finalnya.
Rino tersenyum lalu bangkit dan refleks memeluk tubuh Lintang yang 8 cm lebih tinggi darinya membuat Lintang mematung... Dadanya berdegup kencang seakan-akan ingin keluar dari tubuhnya.
Rino "Terima kasih... Terima kasih!" Ucapnya, Rupanya pria berlesung ini masih betah memeluk tubuh Lintang.
Lintang "Ehem!! Bisa gak dilepasin pelukannya" Ketusnya, Lintang menengok sana sini. Syukurlah tidak ada murid yang melihat kejadian ini, bisa malu dia.
Rino tersadar lalu melepas pelukannya, tersenyum kaku sambil menggaruk kepalanya.
Rino "Maaf, Tapi jujur terima kasih! Insya Allah aku pasti akan merawat lukamu sampai sembuh" Ucap Rino seraya tersenyum memamerkan lesung di kedua pipinya.
Lintang "Gue tunggu, awas kalo Lo ingkar, terima konsekuensinya" Ancam Lintang pergi meninggalkan kelas.
Di perjalanan ke kantin...
Lintang memegang dadanya merasakan betapa berdegupnya jantungnya hanya karena skinship dengan Rino.
Lintang "Sumpah! Gue kenapa sih!?" Kesalnya pada diri sendiri.