Aku hanya merasa tak dapat bertahan dengan bentuk eksistensi iblisku, apa ini karena efek dari pengurangan energi sihir? Banyak juga yang diserap oleh kumpulan asap hitam-hitam yang berada di tubuhku ini.
"Kau masih bisa bertahan bukan? Majulah, walaupun aku buntung satu tangan".
"Hah? Oh, maafkan aku, tapi kau itu hanya manusia biasa".
Dia dengan merapatkan giginya tersenyum jengkel ke arahku.
"Kau.. tak tahu situasi ini ya? Kamu tak disoraki tapi masih merasa sombong? Biar ku beritahu satu hal padamu".
Aku hanya memiringkan kepalaku sambil menunjukkan wajah kebosanan, aku juga ingin bertarung sih, tapi bukan dengan Nogeir. Kau tahu siapa yang kumaksud, kemungkinannya, ya, anaknya.
Dia terlihat lemah secara fisik memang tapi energi sihir miliknya bisa membuatnya menjadi lebih kuat dari yang kubayangkan.
"Hoamm.. kau itu membosankan, aku harusnya bertarung dengan anakmu, dia dapat menggunakan energi sihir yang sangat kuat dari dirimu, keluarlah kau, anak sialannya Nogeir".
Cewek remaja biasa itu, dia maju daripada kerumunan orang-orang di aula akademi.
"Ternyata benar, perkiraanku tak pernah salah. Kau juga hebat ya? Berani keluar dari perlindungan para manusia-manusia itu, melindungi ayahmu bukan?"
Dia hanya memandang ku dengan tatapan tajam, dan mengulurkan tangannya di depan ayahnya, terlihat macam melindungi seseorang ya? Inilah yang dinamakan dengan kesenangan tersendiri.
"Kamu, kamu.. berani-beraninya membuat ayahanda terluka. Tidak mungkin akan kumaafkan kau, iblis biadab!" .
Dia terlihat marah ya? Tak kuat aku melihat drama macam ini lagi, biasanya aku juga melihat yang seperti ini di film-film televisi ataupun handphone ku, sungguh lucu.