Chereads / Air mataku / Chapter 4 - part 3

Chapter 4 - part 3

"Menanggapi keterlambatan Anda kemarin, saya mengambil kesimpulan kalau ada dua pilihan yang akan saya berikan pada Anda yaitu..." Dia menggantung ucapannya sambil melirik tajam ke arahku.

"Yaitu kamu harus memilih, stay disini atau dipindahkan ke salah satu cabang!". Ucapnya

"Ma... Maksud Bapak?" Tanyaku dengan kaget.

"Apa perlu saya ulangi?, Stay disini dengan kata lain jabatan kamu saya turun kan ke office girl atau dipindahkan dengan jabatan akan tetap sama, hanya pindah saja!". Dia menjelaskan sejelas-jelasnya.

Saya kaget dengan pernyataan Pak Dirgantara, rupanya pilihan yang dia maksud adalah seperti ini. Sebelumnya saya menduga, beliau akan memberikan hukuman berupa, membersihkan toilet di kantor atau menyapu seluruh kantor, tetapi nyatanya sangat jauh.

"Apa boleh, saya minta waktu Pak?". Ucapku ragu-ragu.

"Tidak bisa!, Keputusan harus secepatnya di tentukan!". Jawabnya padaku.

" Ta tapi Pak, tapi saya butuh waktu Pak!". Ucapku lagi dengan sedikit terbata dan ragu.

"Saya harus memikirkan semuanya karena.."

"Dalam hitungan ketiga jika Anda belum menentukan pilihan, maka saya sendiri yang akan mengantar kan mu ke bagian office girl hari ini, satu dua.. ti..".

"Saya pilih pindah Pak!". Ucapku dengan mata tertutup, berharap dengan ini masalah telah selesai. Sebenarnya saya berat untuk di pindahkan tetapi apa boleh buat, daripada saya menjadi office girl, sungguh memalukan bagiku. Biarlah nanti ku pikirkan selanjutnya.

"Bagus, sekarang kemas barang-barang mu yang perlu di bawah kesana dan jam 9 tepat besok pagi, kau sudah di kantor cabang. Hari ini kau boleh pulang cepat!".

"Maaf Pak, tetapi saya berkerja di cabang mana?". Hampir saja lupa menanyakan tempat nya.

"Saya tempat kan Anda di cabang kenanga, kau lihat kan?". Jawabnya

"Iya Pak saya lihat!". Saya pernah kesana sekali mengikuti rapat bulanan.

"Bagus!". Jawab nya

"Baik Pak, terimakasih sebelumnya!'. Aku berdiri dan segera meninggalkan ruangan Pak Dirgantara dengan perasaan yang tidak bisa di jelaskan, ada bahagia karena jabatan ku tidak di turunkan tetapi ada juga rasa sedih karena meninggalkan teman-teman disini, apalagi Maura.

_

"Hiks hiks hiks..."

Aku masuk ke ruang kerjaku sambil menangis sesenggukan, sontak semua staf marketing langsung melihat ke arahku yang sudah pada datang.

"Laras, kamu kenapa?. Kok nangis-nangis?" Tanya Anton salah satu staf marketing.

"Hiks hiks hiks.." aku tidak menjawab pertanyaan Anton justru semakin menangis.

"Ras, lu kenapa si nangis?, Lu gak di pecat kan?" Tiba-tiba Maura bicara.

"Gak kok, hiks hiks, tapi aku di pindahkan, hiks hiks..!" Jawabku padanya masih disertai dengan tangis ku.

"Iya ela kirain di pecat, tapi btw kita bakal pisah dong?". Dia berbicara sambil memelukku membuat aku semakin histeris.

"Iya makanya aku nangis bambang!, Aku pasti kangen sama kamu!. Ucapku padanya

"Hehehe, kamu baik-baik ya disana, jangan telat lagi!". Seketika ku lirik tajam pada nya dia, hanya cengengesan.

"Yaudah, aku pulang ya, yang akur kalian siapapun yang gantikan aku!. Maura terlihat sedih tetapi tidak ku hiraukan, biar saja dia sudah mempermainkan kan ku. Sembari ku benahi barang-barang ku, kami juga tak lupa cipika cipiki sebagai tanda perpisahan.

***

"Assalamualaikum, !". Terdengar salam dari depan rumah kontrakan ku.

Ku jawab salamnya kemudian bergegas membuka pintu. Seorang wanita tersenyum ramah padaku. Mukanya seperti familiar.

"Nyari siapa Mbak?" Tanyaku ramah.

"Perkenalkan kan mbak, saya Monika Tetangga nya mbak!" Dia justru memperkenalkan namanya sembari menunjuk ke arah rumah yang di maksud, yaitu rumah tingkat dua di samping rumahku.

"Ow maaf saya tidak tahu mbak, maklum saya juga orang baru. Nama saya Larasati, bisa di panggil Laras. Silahkan masuk!". Jawabku padanya sambil mempersilahkan masuk ke kontrakan ku.

"Tidak usah mbak Laras, saya kesini cuma mau nganterin ini!". Dia menyodorkan sebuah rantang padaku.

''Hari ini ada acara empat bulanan ku, semua tetangga di undang kok, cuma tadih pagi saya kesini tetapi mbak nya udah keburu pergi!" Ucapnya lagi kepadaku.

Mungkin karena melihatku sedikit ragu dan bingung jadi diapun menjelaskan nya. Ku ambil rantang itu, kemudian sekilas melihat ke arah perut, memang agak buncit tapi tidak terlalu, jika dia tidak memberi tahu kan, aku tidak akan tahu kalau dia sedang mengandung.

"Terimakasih ya Mbak, maaf merepotkan!"

"Iya, sama-sama Mbak kalau gitu saya permisi dulu ya, udah di tunggu suami!". Dia langsung bergegas pergi.

Pantas saja, ketika saya sampai di rumah, saya lihat agak rame disana. Ternyata ada acara.

**

Pagi pun tiba dan hari ini, hari pertama daya akan bekerja di kantor cabang, ku siapkan segala sesuatunya dengan baik agar semua berjalan lancar hari ini. Agar perjalanan ku terhindar dari kemacetan, Tepat jam tujuh aku sudah berangkat, jarak antara kontrakan ku dengan kantor cabang memang jauh yaitu sekitar satu setengah jam perjalanan.

Sesampainya di kantor, kulihat masih sepi, mungkin karena jam masuk disini adalah jam sembilan pagi. Kuputuskan menunggu Pak Dirgantara di lobby saja, sembari melihat para karyawan yang sudah mulai berdatangan.

"Selamat pagi Pak!". Ucap ku pada Pak Dirgantara ketika tepat berada di depan ku.

"Hum..., ! Cuek sekali bos ini bathinku berkata. Namun soal tepat waktu, saya akui memang Pak Dirgantara adalah orang yang tidak main-main. Bayangkan di kantor nya sendiri, karyawan masuk jam sembilan sedangkan dia masuk sebelum jam sembilan. Bos yang lain akan semaunya masuk, tetapi kalau Pak Dirgantara bedah.

Lantas aku mengikuti nya tanpa harus menunggu sampai di ajak.

***

"Sayang, besok mama mau ke Rumah mu!". Ucap Ansel kekasih ku secara tiba-tiba, ketika kami sampai di rumah makan. Kami memang sengaja janjian disini.

"Be besok?" Tanyaku dengan gugup sekaligus kaget.

"Kok gitu sih jawabnya, harusnya kamu senang dong! Atau kamu emang gak mau?" Ucapnya padaku dengan sedikit marah.

"Bukan gitu sayang, tapi kan kamu tahu masalah yang ku hadapi sekarang!, Aku cuma gak mau itu jadi beban dan masalah buat kita di kemudian hari!". Jawabku

"Tapi..".

"Udah ya sayang, kita bahas itu nanti aja, setelah masalah kami selesai!". Pintaku padanya dan dia hanya menghela nafas. Kulihat dari mukanya Ansel memang frustasi, tapi bagaimana lagi keadaan ini juga di luar kehendak ku.

Namaku Kirana, biasa di panggil Ana. Aku dan Ansel sudah berpacaran selama satu tahun ini, dan kami sudah berencana ke tahap selanjutnya yaitu pernikahan. Akan tetapi ketika momen itu akan kami rencanakan, entah mengapa ada masalah di keluarga ku yang mengharuskan pernikahan kami di undur.

Selesai makan di tempat biasa, Ansel mengajak ku kerumah nya. Hari ini, kebetulan mama dan papa Ansel lagi ada waktu di rumah. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku kesana, akan tetapi untuk bertemu dengan orang tuanya, memang hari ini untuk pertama kalinya.

Beberapa saat kemudian, kami pun sudah sampai. Sebuah rumah mewah bernuansa putih modern menjadi pemandangan utama disana, membuat ku sedikit tidak percaya diri, saya sendiri berasal dari keluarga biasa, sedangkan dari luar rumah saja, keluarga Ansel sendiri sudah sangat jauh beda denganku.

"Kok bengong si sayang?". Aku tersentak kala Ansel tiba-tiba berkata demikian.

"Gak kok sayang, lagi gugup aja!" Jawabku cengengesan.

"Santai aja yang, mamaku baik kok!" Seolah dia menyadari apa yang membuat ku gugup dengan senyuman khasnya.

"Yuk masuk!". Ucapnya lagi sambil menggandeng tangan ku masuk.

Seorang wanita paruh baya menyambut kedatangannya kami, dia adalah Mama nya Ansel, iya aku tahu karena sudah beberapa kali aku melihat di handphone milik nya. Juga sudah pernah melihat foto keluarga di Rumah ini, di bagian ruang makan.

"Ma, ini Kirana!". Ucap Ansel pada Mama nya.

Bersambung