Malam telah tiba, jalan utama masuk ramai akan pemburu dan petualang yang pulang dari hutan dan dungeon. Selain pos penjagaan, dari samping kanan dan kiri terlihat para pembersih buruan mencincang daging, memisahkan tulang dan material lainnya yang berguna untuk dijadikan material kombinasi membuat zirah pelindung ataupun senjata.
Plakat pembersih buruan dengan setempel serikat dipojok kanan atas, menandakan bahwa mereka secara resmi bekerjasama dengan serikat. Para pemburu dan petualang bisa menyerahkan hasil buruan dan tangkapan mereka disitu, tak perlu menunggu lama mereka hanya perlu masuk ke konter serikat dan mengambil hadiah mereka.
Agak berjalan jauh,setelah melewati area pembersih buruan dan beberapa toko penjual perlengkapan dan senjata untuk melawan monster, terdapat bangunan besar permanen dengan batu bata, bertuliskan 'kedai sumberjaya' dengan sedikit tambahan dibawahnya bertuliskan 'konter resmi serikat'.Berlokasi tepat samping kiri sebelum perempatan jalan besar.
Di atas pintunya ada layar digital kecil , menampilkan kata-kata yang bisa berjalan 'buka : khusus untuk pemburu dan petualang, jam 18:00 sampai 03:00. Walau harganya lumayan mahal, karena semua hidangannya sangat enak dan ada konter resmi serikat, tempat ini sering dikunjungi oleh pemburu dan petualang.
"totalnya 450 koin perak , sudah teramsuk pajak" kata pria berumur 40 tahunan yang menjaga konter. Semua koin dimasukkan kedalam kantung seharga satu koin perunggu yang kemudian diserahkan kepada Cahya.
Penampilannya saat berburu dan di kedai tidak jauh berbeda, mengingat kedai sekaligus tempat pengambilan hadiah ketika malam hari penuh dengan pemburu dan petualang. Jika terjadi adu mulut sampai bertarung, maka sebagai seorang pemburu harus tetap waspada. Walaupun tidak sampai menghilangkan nyawa karena ada hukum yang mengikat, ketika seseorang mabuk dan tidak ada yang menghentikan hingga dia lepas kendali, kemungkinan terburuk bisa terjadi.
Menggunakan jaket sintetis berwarna hitam, dia duduk di meja yang sudah ia pesan, disana teman-temannya sudah menunggu. Melihat uang sudah didepan mata, mereka mulai memesan makanan dan minuman.
"pelayan, aku pesan es teh, nasi goreng porsi besar ekstra telur dan sosis" kata Juna
"Mbak, aku pesan teh hangat, mie ayam dengan ekstra bakso besar" kata Sebastian
"Kak, saya pesan es teh, mie ayam porsi sedang" kata Lila
"saya sama dengan pesananan Lila mbak" sahut Lastri
"Kopi hitam, gulanya dikurangi sedikit" kata Cahya.
Pelayan perempuan itu segera meninggalkan meja mereka dan masuk kedalam dapur. Tak menunggu berapa lama, bersamaan dengan pelayan lain, ia membawa makanan dan minuman yang dipesan. Menyobek secarik kertas dari buku catatan yang ia bawa dan memberikan kepada Cahya. Pada umumnya jika makan di kedai bisa membayar setelah ingin pulang, namun mengingat ini adalah jam malam yang bisa saja menimbulkan kekacuan maka disarankan untuk membayar dimuka.
Dikertas catatan tersebut tertulis detail, diujung bawahnya tertera harga total beserta pajak sejumlah 54 koin perak dan 70 koin perunggu. Cahya segera mengambil 55 koin perak dari kantong uang di atas meja.
"baiklah, kembaliannya akan saya ambilkan" kata pelayan perempuan itu sambil bergegas menuju konter.
"mbak, kembaliannya simpan saja" kata Sebastian ramah.
"terimakasih banyak" kata pelayan perempuan sedikit membungkuk dan tersenyum.
" hei, Sebastian, bukankah kita harus menghemat uang?" tanya Cahya, walaupun itu hanya 30 perunggu, itu tetaplah sejumlah uang.
"sudah – sudah. Lagipula Cahya, kenapa kau tidak pesan makanan?" lerai Lastri sembari bertanya kepada Cahya.
"aku masih kenyang, nanti malam saja aku pesan nasi campur di warung dekat rumah" jawab Cahya sambil meraih cangkir kopi dan meminumnya sedikit.
Cahya sesekali meminum kopinya sambil melihat teman temannya menyantab makanan dengan riang gembira. Di semua mejapun juga sama , mereka makan dan minum dengan gembira. Melepas penat setelah mempertaruhkan nyawa melawan monster sepanjang hari, bercanda dan bergurau dengan rekan seeperjuangan adalah salah satu obat menghilangkan penat dan rasa takut ketika melawan monster.
Menghabiskan makanannya, Sebastian menengguk es teh sampai habis dan menaruhnya di meja. "Cahya, aku ingin berbicara serius denganmu" sambil menatap Cahya, suasana ramai tiba-tiba menjadi sunyi disekitar meja mereka.
"Yap, kedua telingaku terbuka." Kata Cahya sambil menaruh cangkir kopinya.
Seperti rapat formal pada umumnya, yang lain membetulkan posisi duduknya. Sebastian melirik ke arah Juna, Lila dan Lastri. Mereka terdiam saling menatap, seolah memberikan tanda setuju dengan apapun yang akan dikatakan oleh ketua tim, Sebastian. Cahyapun menyadari hal itu, namun dia dengan posisi santainya hanya diam.
"Seperti tujuan awal kita membuat tim kita 'pedang raksasa',tiga bulan terakhir ini kita telah bersusah payah mengumpulan dana untuk membuat guild. Tentu ini semua berkatmu yang secara rinci menghitung anggaran tabungan tim kita, pengeluaran tim." Kata Sebastian.
"Tentu" jawab Cahya tanpa sungkan , meng'iya'kan pujian Sebastian.
"Peran komando dan strategimu saat tim kita melawan monster, itu juga berpengaruh terhadap reputasi kita saat ini"
"Aku tahu itu. Tak perlu bertele-tele memujiku, langsung katakan saja, apa yang ingin kau katakan."
"Sebagai wakil ketua tim, kau adalah wakil yang hebat. Namun, aku sebagai ketua , dan anggota lainnya telah sepakat untuk mengeluarkanmu dari tim."
Brak, Cahya secara reflek memukul meja. Walaupun tahu ada kemungkinan ia dikeluarkan dari tim, tetap saja, jauh dalam hatinya ada rasa tidak terima.
Mendengar gebrakan Cahya, Seluruh orang yang berada di lantai satu kedai terdiam. Mungkin insting mereka mengatakan untuk berhenti bergerak dan mengamati apa yang terjadi disekitar mereka. Tentu mereka juga tahu bahwa ikut campur dalam tim lain hanya akan memperbesar masalah.
Juna yang melihat disekitar, dengan tubuh tingginya berdiri dan mengangkat kerah kaos Cahya dan berkata " tenangkan dirimu Cahya". Setelah mengatakan hal itu, Juna kembali duduk , seolah tidak ada masalah yang terjadi.
Cahya membetulkan kaosnya dan kerah jaketnya, kembali duduk dan berkata " lanjutkan ,jika masih belum selesai"
"aku senang kau masih bisa berpikir dingin" jawab Lila dengan nada tajam seperti biasa ketika ia berbicara dengan Cahya.
"Aku tidak meragukanmu sebagai wakil ketua tim, namun jika kita membuat guild dengan jobmu sekarang, itu akan membebanimu. Oleh karena itu, kami, tidak hanya aku saja tapi Juna, Lila dan Lastri memutuskan untuk mengeluarkanmu dari tim. Sisa uang di meja boleh kau ambil sebagai upah hari ini dan pengabdianmu selama berada di dalam tim." Kata Sebastian, menjelaskan dengan panjang lebar.
"Walaupun kau berlatih seperti menggunakan ketapel, tetap saja itu tidak akan menutupi kelemahan jobmu" sahut Lila masih dengan nada tajam.
"Kau adalah orang yang efisien Cahya, kau tahu setiap hari kita berburu , kita menyudahi perburuan terlalu awal karena konsumsi staminamu yang berlebihan. Sedangkan kami masih sanggup untuk berburu, itu jelas tidak efisien." Tambah Juna.
"Emm, anu... Aku kasihan setiap kali melihat Cahya kelelahan setiap kali berburu, jadi aku harap Cahya dapat menemukan pekerjaan yang cocok selain menjadi pemburu atau petualang." Kata Lastri sambil menundukkan kepalanya.
"Yup, aku terima alasan kalian. Terimakasih untuk selama ini" Jawab Cahya sambil meminum sisa kopi di cangkirnya.
Belum sempat Cahya menaruh kembali cangkirnya, tiba-tiba dari pintu kedai ada yang berteriak.
"Kak Sebastian, teman – temanku sudah menunggu!" Teriak orang itu. Cahya secara reflek menoleh ke sumber suara, karena posisinya yang hampir membelakangi pintu masuk kedai. Rupanya ia adalah salah satu petualang yang ia jumpai sore tadi, si ketua tim dari Petualang pemula.
"Oke" jawab Sebastian.
"Begitulah Cahya, kami pergi dulu untuk berdiskusi membuat guild. Sampai jumpa." kata Sebastian sambil berdiri meninggalkan meja, di ikuti oleh Lila dan Lastri.
Baru setelah mereka keluar dari kedai, Juna berdiri. Membersihkan celananya yang sedikit basah akibat sisa minuman yang tumpah. Meninggalkan kedai , Juna melirik kearah Cahya dan berkata "Sadarilah posisimu, job cacat. Berhentilah jadi pemburu".
"Wah mereka kejam sekali, aku baru tahu kalau rekan timmu penuh dengan orang munafik" kata salah seorang pemburu wanita yang kebetulan mejanya bersebelahan dengan meja Cahya. Ia adalah salah satu anggota tim Sayap Rajawali, seorang wanita cantik bernama Sinta.
"Betul itu, dengan kemampuanmu, kami tidak akan memperdulikan jobmu" sahut Bagas, ketua tim Sayap Rajawali. Wajahnya yang sangar ditambah dengan dua pedang dipunggung. Seperti seorang pemburu garis depan yang gagah berani.
"Berhentilah, caramu 'memburu pemburu'tidak mempan kepadaku. Pelayan pesan 1 kup kopi hitam."
"Segera datang" jawab salah seorang pelayan laki - laki dari kejauhan.
"hei – hei ,Bro Bagas, caramu 'memburu pemburu' memang ampas. Hahaha " Kata salah seorang pemburu berkepala botak yang duduk di meja ujung, tertawa sambil memegang bir dengan gelas besar di tangan kanannya.
"Ini kopinya tuan" kata pelayan dengan ramah sambil memberikan satu kup kopi pada Cahya.
Cahya mengambil satu koin perak dari kantong yang masih berada diatas meja. Memberikannya kepada pelayan. Cahya mengambil kantong yang masih berisi ratusan koin perak di tangan kiri dan meraih cup gelas kopi dengan tangan kanannya. Tak menghiraukan pertikaian kecil antara Bagas dan pemburu botak, Cahya meninggalkan Kedai.
Berjalan ditemani lampu kota disepanjang jalan menuju rumah. Kopinya sudah habis dari tadi, Cahya mengeluarkan kertas pemeriksa status sekali lagi, kali ini lebih besar dari yang sebelumnya.
(Status -target Cahya Nugraha) jurus pasif dijalankan
Umur : 18 Tahun , Laki – laki
[Job pembantu(pemula) - buff terbalik ]
Pengalaman : level 20
Stamina : 820/ 1567
Jurus aktif :
Pusing (menurunkan pertahanan lawan sebesar 10% selama 10 menit. Konsumsi stamina sedikit)
Letih (menurunkan kecepatan lawan sebesar 10% selama 10 menit. Konsumsi stamina sedikit)
Tidur (membuat lawan menjadi mudah tertidur, jurus akan batal jika ada suara keras didekat target. Konsumsi stamina sedikit)
Lemah (menurunkan serangan lawan sebesar 10% selama 10 menit. Konsumsi stamina sedikit)
Pendarahan (mempercepat keluarnya darah dari tubuh lawan yang terluka sebesar 25%, lawan harus memiliki luka yang mengakibatkan darahnya keluar. Konsumsi stamina sedikit)
Diam (membuat lawan tidak dapat bergerak selama lima menit. Konsumsi stamina sangat besar)
Jurus pasif :
Status (menampilkan status target ke sebuah obyek. status yang ditampilkan menyesuaikan dengan ukuran obyek untuk menampilkan status)
Pengakuan (Memaksa lawan untuk menjawab dengan jujur pertanyaan pengguna selama 5 menit. Konsumsi stamina besar)
Pengulitan (mempercepat proses pengulitan monster. Tidak menggunakan stamina)
Memasak pemula (bisa memasak makanan sederhana. Tidak menggunakan stamina)
Memperbesar (memperbesar obyek tidak hidup. Konsumsi stamina sedikit , namun bertambah setiap lima menit)
Memperkecil (memperkecil obyek tidak hidup. Konsumsi stamina sedikit, namun bertambah setiap lima menit)
Cahya sudah tiba didepan rumahnya, atau lebih tepatnya ruangan permanen beratap dengan ukuran empat meter persegi. Ia mengambil setumpukan kertas dan membawanya ke halaman samping rumah. Menyalakan korek api, ia membakar kertas kertas itu. Sekilas dari salah satu kertas terlihat tulisan 'dokumen dana dan pajak tim 'Pedang Raksasa' bulan Juni.
Cahya masuk kedalam rumah, hanya satu lilin ditengah ruangan. Cahya tidur dipojok kanan rumah beralaskan jerami. Kantong koin perak yang ia dapat tadi sudah ia lempar ke tumpukan penuh buku di sebelah kiri. Sebenarnya Cahya bisa hidup sedikit lebih layak, mengingat warisan dari orang tua dan tabungannya serta uang dari kerabatnya yang ada di bank. Cahya ingin menjaga mentalnya agar tetap merasa tidak nyaman menjalani hidup, agar dapat terus berjuang.
"sepertinya gaya hidupku sedikit salah, benar kata pak tua penjaga konter" gumam Cahya sambil membetulkan selimutnya.
"Besok akan kuperbaiki. Sampai jumpa berkas tim pembuang waktu."
"Besok adalah bulan Juli, dokumen tim bulan ini sudah kubakar. Serikat juga sudah tahu jika aku dikeluarkan dari tim, anggap ini sebagai hadiah terakhirku."
"Ya, tetap semangat, besok adalah hari kelulusan akademi pemburu, waktunya mencari anggota"
Sambil menatap langit- langit rumah yang suram, Cahya memejamkan mata.