Berbagai suara dari kendaraan yang melintas hingga suara burung di langit, semuanya masuk ke telinga seorang gadis yang sedang duduk di kamarnya. Lyanna memiliki pendengaran yang sangat tajam hingga ia bisa mendengar suara terkecil hingga terjauh sekalipun. Yang membuatnya cukup menderita selama 25 tahun hidupnya. Hari ini adalah hari terakhirnya di kota ini, kota penuh kebisingan dimana ia tinggal sejak kecil.
Bukan hal yang mudah hidup dengan kelebihan ini, atau yang dianggap Lyanna adalah kutukan. Sekarang Lyanna bisa mengendalikan kekuatan pendengarannya dengan fokus pada satu hal, tidak seperti saat dia masih kecil. Semua suara masuk tanpa tahu bagaimana cara menghentikannya, membuatnya kesakitan dan histeris. Kedua orang tuanya mencoba berbagai pengobatan untuk menyembuhkan kelebihannya ini, dan hasilnya cukup bagus.
Selama hidup kedua orangtuanya selalu mengkhawatirkannya, sekarang mereka sudah pergi, Lyanna hanya berharap mereka dapat tenang di alam sana.
Sebelum kepergian kedua orangtuanya, mereka memberitahu Lyanna bahwa mereka memiliki rumah di sebuah pedesaan. Lyanna dan kedua orangtuanya berencana untuk pindah kesana dan membuka kafe begitu Lyanna lulus dari perguruan tinggi. Tapi sekarang hanya dia seorang diri tanpa ayah dan ibunya.
Setelah selesai berkemas, Lyanna duduk di kamarnya. Rumah ini memiliki banyak kenangan bersama ayah dan ibunya, sulit rasanya untuk pergi. Tapi dia harus pergi, seperti apa yang kedua orangtuanya inginkan.
"Aku harap semuanya berjalan lancar."
Keesokan paginya hujan turun, mengiringi kepergian Lyanna dari kota ini. Kota yang mungkin akan dia rindukan.
Semua perabotan miliknya sudah dikirim terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya, meninggalkan beberapa potong pakaian untuk dia bawa sendiri.
Sopir taksi yang menemaninya terus melihat sekeliling sembari meliriknya, seolah ingin mengatakan sesuatu. Lyanna yang tidak tahan akhirnya bicara lebih dulu. "Apakah ada sesuatu yang salah?" tanyanya.
Sopir taksi itu terkejut, dengan wajah yang ragu ia mulai berbicara.
"Begini.., desa ini cukup sepi untuk ditinggali seorang gadis muda seperti nona, saya pikir kita datang ke tempat yang salah."
"Kita pergi ke alamat yang benar."
Lyanna melihat keluar jendela, memang desa ini cukup sepi, lebih tepatnya sangat sepi. Sepanjang hidupnya, ini adalah pertama kalinya Lyanna merasakan ketenangan seperti ini. Mungkin adalah keputusan yang tepat untuk pindah ke tempat ini.
Sepanjang perjalanan yang Lyanna lihat hanyalah pepohonan yang rimbun di kedua sisi jalan, baru pada saat mencapai ujung jalan pemandangannya mulai berubah. Dia juga mulai mendengar suara-suara hewan seperti sapi yang cukup jelas. Di sebelah kiri dan kanannya terdapat padang rumput yang sangat luas yang terdapat hewan ternak sapi seperti dugaanya.
Setiap rumah yang dilewatinya memiliki perkebunan di halamannya. Tidak banyak tempat seperti restoran di desa ini, satu-satunya restoran yang dilihatnya adalah tepat di sebelah bangunan yang rencanya akan dia gunakan sebagai kafe tempatnya bekerja. Walaupun desa ini cukup kecil, tetapi letak setiap rumah berjauhan.
Taksi kemudian mulai berhenti di depan sebuah rumah kayu yang terlihat cukup antik. Lyanna segera turun dari mobil dan melihat sekelilingnya yang hanya ada pepohonan.
"Terima kasih pak."
Taksi itupun pergi meninggalkannya sendirian.
Rumah ini cukup bagus dibandingkan dengan tempat tinggalnya di kota, cukup besar untuk Lyanna tinggali sendirian. Akhirnya ia mulai membersihkan seluruh rumah dan menata barang-barangnya. Sangat melelahkan melakukan semuanya sendirian.
"Aku juga harus segera membersihkan toko dan mempersiapkan semuanya, hah.."
Lyanna menghembuskan nafas lelah dan berbaring lemas di lantai, memikirkan segala kekacauan yang harus segera ia bereskan.
Di lain sisi, seluruh warga di desa berkumpul di balai desa. Suasana yang cukup serius entah mengapa membuat mereka semua gugup. Mereka tidak tahu alasan mengapa kepala desa meminta untuk berkumpul hari ini. Langit mulai gelap selagi mereka menunggu.
Seorang pria berjanggut dengan perawakan tinggi dan tubuh yang kekar akhirnya muncul. Dia adalah kepala desa Kenari yang disegani semua orang di desa, Feri.
"Semuanya!" ucap kepala desa Feri dengan lantang.
"Hari ini akan menjadi hari bersejarah lainnya di desa Kenari!"
"Dengan datangnya kenari baru, kita akan menyambutnya dengan pesta meriah, ingat tugas kalian, jangan sampai ada kesalahan!"
"Baik, pak!" jawab semua orang dengan tegas dan lantang seperti tentara.
Kepala desa tersenyum puas melihat reaksi mereka.