Aku memejamkan mata begitu hampir melewati gerbang kampus. Aku tidak mau melihat laki-laki itu setelah apa semua yang terjadi. Rasanya ada yang teriris di dadaku.
"Sudah sampai," Bang Nico memberi isyarat bahwa kami telah tiba di parkiran motor dekat fakultas ku. Mungkin tadi Bang Nico juga melihat Kak Zeus, jadi sengaja tidak menurunkan ku di depan gerbang saja tadi. "Cepet masuk ke kelas Lo sana, atau sembunyi di mana kek gitu, kalau Lo nggak mau ketemu sama Zeus."
Aku hanya bisa mengangguk lemah. "Makasih, Bang. Nanti jangan lupa jemput gua lagi."
Bang Nico mengacak rambutku dengan gemas. "Iya, cantik!"
Aku langsung berlari menuju kelas. Begitu sampai tiba di kelas, aku malah di hujani dengan rentetan pertanyaan siapa yang mengantarku tadi oleh teman-temanku.
"Lo punya abang?"
"Masih kuliah atau udah kerja?"
"Umurnya berapa?"
"Udah punya pacar belum?"
"Mau jadi adek ipar gua nggak?"
"Ra, dicari Kak Zeus, tuh!"
Aku menoleh ke arah temanku menunjuk. Tanpa sadar, aku malah meremas tangan Andin. "Ras, Lo kasih tau Kak Zeus, gihh! Ameera ngga mau ketemu dia."
Laras langsung bangkit. Di antara kami, Laras memang yang paling garang. Aku menunduk, memperhatikan jari-jari tanganku yang bertaut dengan jari jari Andin. Aku tidak lagi punya keberanian untuk melihat laki laki itu.
Rasa kesal yang memburu membuat mataku buta. Aku kesal, saat tahu laki laki itu yang seenaknya mengakhiri hubungan kami secara sepihak. Kenapa harus aku yang mengalah?
"Ara, kita perlu bicara!" seru laki laki itu dari ambang pintu kelas.
"Kak, urusan kayak gini, ngga usah di bikin heboh!" Laras memperingatkan. Temanku itu tetap menjaga ambang pintu kelas agar laki laki itu tidak bisa menerobosnya.
Aku memilih untuk tetap tidak membalas pandangan mata laki-laki itu. Aku yakin, aku pasti tidak akan kuat memegang pendirian jika masih tetap bisa jatuh dalam pesona yang dimiliki laki laki itu.
"Lo belum cerita, ada apa sebenarnya? Kemarin perasaan hubungan kalian baik-baik aja, deh," bisik Andin.
"Gua ama Kak Zeus udah putus," jawabku keras, berharap laki laki itu juga bisa mendengarkannya. Ini yang laki laki itu harapankan, kan?
Semua mata jadinya tertuju padaku. Sedetik kemudian tertuju pada laki laki itu. Namun suasana sekitar kami jadi mendadak hening. Tidak ada yang berani untuk membuka mulut.
Aku melirik sebentar ke arah laki laki itu. Tampak laki laki itu menatapku dengan mata penuh kesedihan. Mataku tergerak jadi menyapu seluruh wajahnya. Bibir Kak Zeus yang indah dan basah... Bibir yang tiga hari lalu masih bisa aku nikmati. Bibir yang tiga hari lalu masih menjilat area intim kewanitaanku dengan lembut.
Aku sangat merinduka Kak Zeus. Setiap sentuhannya masih terasa hangat membekas di kulitku. Kehangatan tubuhnya masih berbekas dengan jelas di alam bawah sadarku. Saat ini pun, rasanya aku ingin melakukan hubungan intim percintaan lagi dengan laki laki itu.
Tapi laki laki itu sudah membuangku. Laki laki itu telah melepaskan aku demi ayahnya. Laki laki itu tidak memilih aku. Jadi, pilihanku hanya satu, melepaskan dia, bukan?
Mungkin saja laki laki itu kemari hanya untuk minta maaf padaku dan ingin memulai mempromosikan hubungan baru sebagai adik kakak.
Orang gila mana yang bisa menganggapnya sebagai kakak, setelah mereka berdua sudah bersetubuh dan saling bertukar kehangatan berkali-kali?
Meski pun aku dan Kak Zeus nanti benar-benar akan menjadi adik kakak, aku tentunya tidak akan bisa menahan nafsu birahiku setiap kali melihatnya. Dan aku juga tidak akan sanggup jika harus melihatnya membawa perempuan lain ke rumah. Aku masih ingin menikmati percintaan yang indah bersama laki-laki itu, kalau bisa berulang kali!!
***
"Aaaahhhh... Hah, aah, ah, ah, hhhh... Akhhh!" aku meremas rambut Bang Nico saat laki laki itu menyodokkan kejantanannya pada lobang area intim kewanitaanku. Kejantanannya yang besar, rasanya sangat nikmat saat menggesek dan menghujam daerah intim kewanitaanku.
"Ara, Lo cantik banget," Bang Nico mengecup bibirku, lalu kembali menggerakkan pinggulnya. "Hhhaahh! Punya kamu enak!"
"Ahh, hah, akhh! Hahh... Ah, ah, ah, hnggnnnhhh... Ah-hahh! Le-lebih keras, Bangggnnhh! Ah, ah hnngghhh, hah!"
Mendengar permintaanku, Bang Nico menjadi lebih bergairah. Laki laki itu kini bergerak semakin liar dan kasar, membuat kewanitaanku menjadi banjir. Penyatuan panas percintaan yang aku dambakan selama seminggu ini, akhirnya bisa aku dapatkan dari Bang Nico.
Aku berusaha keras agar tidak jatuh dalam genggaman Kak Zeus lagi. Aku masih tidak bisa melepaskan rasa sayangku pada laki laki itu dengan mudah. Jujur saja, aku masih sangat merindukan laki laki itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Bagaimana gerakan laki laki itu yang menciumku dengan lembut, sentuhan jari-jarinya yang pelan namun pasti, juga gesekan kejantanannya di bagian bawah intim kewanitaanku.
"Aaahhhhkkkk!" aku kaget saat Bang Nico menyilangkan kakiku di bahunya lalu menyodok area intim kewanitaanku lagi. "Bang! Ini terlalu da-ahh! Hah, ah, ah, ah, ah, hahh! Bangggnnhh! Hah, hahh, aaahhhhhhhh!"
Bang Nico tersenyum. "Lo keenakan, tuh!"
Aku berusaha mengatur nafasku yang memburu. Memang enak sekali gesekannya. Terasa penuh sampai uretraku. "Gua mau lagi..." rengekku manja pada Bang Nico setelah bisa mengatur nafasku.
Laki laki itu langsung memutar tubuhku, membuat posisiku menjadi tengkurap dengan pantat sedikit terangkat. Kemudian laki laki itu menimpa tubuhku. Saat kejantanannya kembali masuk ke area intim kewanitaanku, aku merasa hampir tidak sadarkan diri saking enaknya.
"Gua keluarin di dalem, ya?"
Aku baru ingat kalau aku baru saja selesai datang bulan. Jadi rasanya akan aman kalau pun Bang Nico klimaks di dalam inti tubuhku. "Iyah, hah, ah, ah, ah! Di da-aahhhh! Di dalam ajaaahhh! Aahh! Hah! Hahh, ah, ah ahhkk!"
Laki laki itu pun mempercepat gerakan sodokannya. Kedua tangannya meremas pantatku kuat. Aku dapat mendengar desahannya dari belakang. "Aahhhkkkk! Ara!" laki laki itu mencabut kejantanannya, kembali memutar tubuhku hingga jadi terlentang. Laki laki itu menekuk kedua kakiku, lalu kembali menyatu menancapkan dalam-dalam kejantanannya. "Cantik... Cantiknya Abang," ujar laki laki itu sambil membelai wajahku.
"Hah, aah, ah, aah, hah, hakkhh, aahhhkkkk!"
"Suara desahan Lo, gua suka banget..." Laki laki itu pun juga ikut meremas pahaku dan menekan kejantanannya jadi lebih dalam lagi. Sepertinya sebentar bang Nico akan mencapai puncak kenikmatannya.
Sambil melenguh keenakan, aku sampai mengintip wajah tampan Bang Nico. Peluh yang menetes dari dagunya membuat terkesan seksi dari dirinya. Otot lengannya yang tampak besar dan menggoda. Rahang tegas dengan dada sandar-able banget. Abangku memang tampan banget. Tidak salah jika banyak wanita yang jatuh ke dalam pelukannya.
"Gua keluar!" Bang Nico berhenti bergerak, menekan alat kelaminnya lebih dalam ke dalam lobang tembem area intim kewanitaanku. Lalu kemudian aku merasakan semburan kuat nan hangat memenuhi bagian dalamku. Ternyata rasanya dua kali lebih nikmat saat cairan putih kental menyembur di dalam lobang tembem intim kewanitaanku.