Chereads / Silver Dynasty | Dinasti Perak / Chapter 173 - ●Perayaan Gangika (5) : Kemegahan Gangika

Chapter 173 - ●Perayaan Gangika (5) : Kemegahan Gangika

Perayaan Gangika benar-benar hamparan kemewahan yang nyaris menyerupai penobatan seorang raja. Obor-obor berpayung rotan akar bahar berlapis mantra menyala di atas pilar-pilar tinggi. Purnama sempurna adalah lampu pijar yang menerangi sekaligus menambah cuaca terang, apalagi permukaan sungai Loh Dhamarga memantulkannya ke segala penjuru. Mantra para pandhita membantu cahaya itu berlipat wujudnya, memberikan jalan berkilau bagi setiap undangan yang menempati bilik megah masing-masing.

Perayaan itu sengaja diadakan beberapa hari, dimulai hari ini sejak senja hingga malam.

Kemegahan Gangika dengan benteng dan bendungannya benar-benar memukau. Untuk sesaat Nadisu merapal mantra hingga air permukaan sungai menurun, memperlihatkan Gerbang Lumut dan area sekitar tepian yang diperkuat dinding-dinding kokoh berikut ceruk-ceruk berisi patung-patung para leluhur. Pertahanan Gangika bukan hanya meningkat, tapi juga diperluas dan diperindah. Istana ratu dan keputren meluas dari balik Gerbang Lumut, bertambah hingga tepian Loh Dhamarga. Memperlihatkan areal pemandian bukan sekedar tempat penyucian, tapi juga tempat peristirahatan dan hamparan kemewahan Gangika.

Makanan dan minuman berlimpah.

Tarian dan senandung para seniman diperdengarkan. Panggung tinggi tempat biduan dan pemain musik menghibur pengunjung.

Para raja dan ratu, beserta panglima hadir berhias pakaian kebesaran yang mempesona. Jubah-jubah berkilauan berikut mahkota gemerlap bertahtakan mutu manikam. Prajurit khusus terpilih dari masing-masing kerajaan bersiap di tepian, membentuk barisan rapi dan sekaligus memamerkan persenjataan dan keahlian.

Selain menikmati jamuan, para tamu undangan membawa hadiah istimewa bagi Gangika ; khususnya bagi Raja Nadisu, Ratu Mihika ataukah Panglima Kavra. Pasyu Aswa membawa berpeti-peti kristal yang berguna sebagia perhiasan dan pengobatan, Pasyu Mina membawa permadani yang dijalin dari ganggang-ganggan terbaik, Pasyu Paksi pun membawa permadani yang dipintal dari bulu-bulu paling halus. Tak lupa Pasyu Vasuki membawa banyak permata indah yang membuat sepasang mata Mihika berkilauan.

Akasha Jaladhi menghaturkan mutiara pilihan, Akasha Giriya memamerkan emas dan permata yang dipersembahkan, sementara Akasha Wanawa memberikan hadiah khusus yang diperuntukkan bagi Panglima Kavra. Raja Nadisu mendapatkan pedang Candana sementara Ratu Mihika mendapatkan sekotak zamrud.

Dari yang gemerlap dan bersinar, tetap menonjol bagian yang cemerlang.

Walau mencoba bersembunyi di balik sosok Vanantara, keanggunan dan kewibawaan Milind mencuri pandang semua yang hadir. Para putri dan pangeran, bangsawan yang diundang, petinggi kerajaan; memandang takjub pada kecantikan Putri Yami yang mewakili Ratu Varesha. Jubah hijau daun yang dikenakan tampak berpendar di tengah cahaya malam yang berlimpah. Yami tampak demikian agung diapit Vanantara dan Milind.

Kecantikan Calya, dalam jubah keperakan dan mahkota kristal, tampak demikian mewah. Raja Shunka memeluk erat lengan putrinya, seolah khawatir pandang mata sekian banyak pemuda akan melukai jati dirinya. Jagra berdiri tegak di samping Calya, bagai benteng yang bersiap melindunginya dari ancaman.

Milind menatap Jagra dengan pandangan bangga dan redup. Jagra, yang menangkap pandangan Milind, mengangguk hormat padanya. Tanpa sadar, Jagra berusaha menyembunyikan tombak kristal di pinggangnya, senjata yang menarik perhatian Milind. Mengingatkan sang panglima Wanawa pada senjata khusus andalan Gosha.

Dan tentu.

Perhatian di pembukaan perayaan Gangika malam itu tertumpah pada perahu keemasan dengan layar berwarna gading yang memuat dua sosok rupawan di atasnya : Panglima Kavra dan Putri Padmani.

❄️💫❄️

"Ada yang mencurigakan, Jagra?" Milind berbisik, ketika mereka berkesempatan beramah tamah dan terpisah dari kerumunan utama.

"Sejauh ini tak ada, Panglima."

"Panggil aku Milind," sela Milind. "Kau dan aku setara di sini sekarang."

Jagra mengangguk jengah.

"Hamba…aku… melihat barisan prajurit baru di bagian belakang pasukan Akasha dan Pasyu," Jagra berkata, berdiri di samping Milind. Tegak menghadap sungai yang airnya sudah kembali pasang.

"Aku juga melihatnya," Milind menggumam.

"Siapa mereka?" Jagra bertanya.

"Kuduga…Nistalit," Milind menebak.

Alis Jagra naik.

"Para budak itu?" Jagra berbisik tanpa bernada menghina. "Mereka hanya berpakaian serat tumbuhan biasa. Mengapa tidak diberikan pakaian layak yang akan melindungi dari dingin?"

Milind mengeraskan geraham.

"Apa yang mereka lakukan?" Jagra ingin tahu.

"Tampaknya mereka sedang mengawasi sesuatu, entah apa," Milind menajamkan pandangan, namun segera teralihkan ketika Bahar banna Jaladhi menghampiri.

"Milind," Bahar berbisik. "Kita harus bergabung dengan Rakash dan yang lainnya. Sepertinya, putra-putra Tala dipersiapkan menjadi panglima, atau setidaknya panglima muda. Panglima Raja Wuha dan Raja Galba pun ingin bertemu denganmu."

Milind mengangguk.

Matanya menyapu ke arah Raja Tala yang tampak berdiri anggun, menepi, terasing di bilik megah tamu seorang diri. Kedua ratunya tak berada di sisinya. Sejenak Tala menoleh ke arah Milind, mata mereka bersirobok. Untuk kali pertama sepanjang pertemuannya dengan Tala, Milind tak ingin menganggukkan kepala.

Tala tersenyum dingin.

"Kau milikku, Milind," bisiknya pada diri sendiri. "Walau Garanggati melindungimu, kau telah menjadi milikku. Aku hanya tak ingin bersikap kasar padamu."

❄️💫❄️

Kavra berdiri di tepi perahu.

Rambut hitam lebat yang biasa diikat tinggi, malam ini dibiarkan tergerai sebagian. Separuhnya diikat ke atas, tergelung dalam ikat berukir keemasan. Pakaian coklat tua berbahan lembut dalam sulaman indah, berpadu selendang kuning panjang yang juga berhias sulaman berbentuk ulir daun, ganggang dan lambang Gangika di tepian jubah. Simbol Gangika adalah dua garis lurus berjajar, tanda tepi-tepian sungai yang menjadi wilayah kekuasaan.

Putri Padmani, bagai teratai merah muda yang mekar dalam keanggunan yang jelita. Mengenakan pakaian sewarna padma, nuansa merah muda dan terpaan cahaya rembulan bagai memancarkan kulitnya yang putih merona. Rambutnya yang hitam dan lurus sebagian terjalin ke belakang, tertahan oleh mahkota dengan permata mirah. Ratusan titik intan berkilau mengelilingi mahkotanya, berkelip bagai sepasang matanya yang berkedip penuh harap.

"Salam hormat hamba bagi Paduka Panglima Kavra banna Gangika," ucap Padmani lembut, mengawali percakapan.

Ia bangkit dari peraduan di perahu, berjalan pelan ke samping Kavra.

Kavra tersenyum dan mengangguk ke arahnya.

"Semoga Putri Padmani senang berada di Gangika," Kavra membalas sambutannya. "Perayaan sederhana kami mungkin tak seperti yang diharapkan."

"Sederhana?" Padmani menaikkan alisnya yang bagai semut beriring. "Perayaan ini sangat megah, Panglima."

"Terima kasih," Kavra mengangguk hormat. Kavra merasa salah tingkah dan hanya terpikir untuk menawari hidangan, "Silakan minum. Saya akan menuangkannya bagi Putri Padmani."

Padmani tersenyum malu.

Tawaran Kavra pertanda bahwa ia membuka diri bagi perkenalan lebih lanjut. Walau tawaran perjodohan ini sangat mengejutkan, Raja Wuha merasa sangat terhormat atas usulan Raja Tala dan Raja Nadisu. Padmani bertanya-tanya apakah Kavra akan menyambut baik permintaan tiga raja. Walau seorang panglima pasti akan taat pada perintah raja, Padmani ingin semua berjalan apa adanya.

Kavra mengagumi kecantikan Padmani. Tapi bukan itu yang ada di pikirannya saat ini. Ucapan Milind tentang Mandhakarma dan ancaman Vasuki mengganggunya. Walau berada di atas perahu, Kavra melihat Milind dan Jagra, lalu Bahar dan Haga pun bergabung. Bagi seorang panglima seperti Kavra, ia selalu bertanya-tanya mengapa Milind mendapatkan penghormatan dan kesetiaan lebih mereka yang berpihak padanya.

Mata Kavra melihat bilik Tala. Hatinya menimbang-nimbang makna tatapan sang raja Vasuki saat melihat Milind di seberangnya.

Obor-obor dalam perlindungan rotan akar bahar berlapis mantra di tepi Loh Dhamarga, menghantarkan lapisan cahaya menawan yang menggabungkan kilau rembulan dan pantulan permukaan air. Alunan musik dan merdu biduan menghantarkan malam itu demikian meriah dalam kegembiraan.

Dan di sana, Hulubalang Sin tengah memerintahkan pasukan Nistalit untuk bersiap berkeliling.

Satu sosok tanpa sadar melihat perahu keemasan indah, dengan layar gading yang mengangkut dua makhluk rupawan di atasnya. Ia belum pernah melihat Kavra melepas jalinan rambutnya, hingga sesaat tertegun melihat sesuatu yang asing. Di sisi Kavra, berdiri seorang putri yang kecantikannya hanya dapat disaingi rembulan.

Penuh kewaspadaan, Kavra melepas pandangan ke tepian sungai, demi mengukur tingkat bahaya dan keamanan Gangika.

Matanya bersirobok pandang dengan Nami yang tampak terkejut, gadis itu segera membungkukkan badan memberi hormat yang dalam. Kavra segera mengalihkan pandangan, membuang muka, menujukan perhatiannya ke arah Putri Padmani yang sedang menunggu sang panglima menuangkan minuman ke cawan.

Seluruh prajurit dan rakyat Gangika berpakaian indah menyambut iring-iringan.

Semuanya berpesta pora.

Kecuali sebagian kecil yang masih harus bekerja dan berjaga-jaga.

❄️💫❄️