Chereads / Silver Dynasty | Dinasti Perak / Chapter 151 - ●Pusaka Para Wangsa (5) : Pesan Shunka, Raja Aswa

Chapter 151 - ●Pusaka Para Wangsa (5) : Pesan Shunka, Raja Aswa

Aula Cempaka berada antara bilik keputren milik Yami dan Nisha, juga bilik Milind. Berada tepat di tengah-tengah Girimba, ditopang oleh pohon trembesi raksasa yang telah berusia ribuan tahun. Tiga putri telah menunggu di sana, menantikan Gosha dan Milind yang hadir belakangan. Jagra, panglima muda Aswa yang setia, turut mendampingi pertemuan rahasia.

Pada meja kayu besar, mereka duduk melingkar. Saling berhadapan. Jelas, pertemuan itu sangat terbatas. Yami sendiri yang menuangkan minuman, tanpa satupun dayang yang menyertai. Milind dan Gosha dapat merasakan suasana tegang, sementara Jagra yang mengawal kepergian Calya sejak keberangkatannya dari Aswa tampak lebih tenang. Setelah keheningan yang menggigit, Calya membuka suara. Getaran nada gugup tertangkap di sana.

"Ayahanda mengutusku untuk sebuah… tugas," ucapnya mengawali. "Menurut ayahanda… mantra Vasuki yang diucapkan Panglima Milind, tak akan dapat diulang untuk membuka… Gerbang Ambara."

Gosha menatap Milind yang sibuk berpikir. Bergantian ke arah Calya yang tampak anggun namun tegang.

"Padahal…padahal, kita semua membutuhkan pedang pusaka dan sarungnya," ucap Calya lirih.

"Apa yang harus kita lakukan?" Yami menarik napas berat. "Apakah tak lebih baik dicoba terlebih dahulu?"

Yami merasa ucapannya terlalu bodoh hingga kemudian ia meminta maaf.

"Hamba pun sempat berpikir demikian, Putri," Gosha menenangkan. "Hamba berpikir untuk mencoba kembali; namun, semua upaya kita bertumpu pada Milind. Bila mantra Vasuki gagal, kita tak punya kesempatan mengulanginya lagi. Perjuangan di Gerbang Ambara bisa lebih sulit dibanding di Kawah Gambiralaya. Keselamatan Milind jadi taruhannya."

"Tak masalah bagiku," Milind menyela. "Yang kukhawatirkan, para panglima lain tentu akan sangat kecewa bila upayanya gagal."

Gosha menatap Milind tajam, tak menyetujui.

Calya mencoba menyungging senyum bimbang.

"Ayahanda Shunka … memiliki jalan keluarnya," suaranya terdengar samar, nyaris tak percaya pada dirinya sendiri.

"Benarkah?" Gosha tampak terkejut dan penuh semangat.

Milind menatap hati-hati ke arah Calya. Bila sang putri sampai diutus dalam perjalanan jauh menuju Wanawa, pasti bukan perkara mudah. Pun, tugasnya bisa jadi tak masuk akal atau bahkan menimbulkan bahaya yang jauh lebih besar.

"Mari kita bahas apa saran Yang Mulia Raja Shunka," Milind berkata.

Calya termenung.

Di bilik yang berhadapan langsung dengan awan, langit dan bintang-bintang; Shunka memanggil putri kesayangannya. Kepedihan akan keadaan Ratu Laira dirasakan di setiap bagian Aswa hingga saat ini. Shunka tak ingin menyalahkan Gosha ataukah Milind, tetapi sebagai raja ia merasa bertanggung jawab pada keberlangsungan keselamatan kerajaan. Berita pembukaan rantai pusaka telah sampai ke hadapan para raja, termasuk kabar terakhir tentang Milind yang mengalami luka lumayan dalam. Para tabib tersakti dan terbaik wangsa telah diutus untuk menyelamatkan masing-masing panglima dan utusan; bila satu kerajaan tak mampu mengobati, tabib dan pandhita dari kerajaan lain akan diundang.

Sejatinya, Milind pun mulai tak yakin apakah mantra Vasuki yang dimilikinya –dari hasil mengelabui Ratu Gayi halla Vasuki – akan dapat bertahan hingga pembukaan rantai terakhir. Tampaknya, beberapa raja pun mulai meragukannya, termasuk Shunka. Mantra asli jelas lebih kuat dibanding mantra samaran. Atau bisa disebut, mantra palsu. Segala yang palsu dapat digunakan sekali untuk percobaan. Yang kedua dan seterusnya, bisa dipastikan gagal.

"Putri Calya?" Gosha menegur pelan. "Silakan. Para panglima sekutu kita akan mencoba mendukung usulan Raja Shunka."

Calya menatap Gosha dan Milind bergantian. Mata beningnya bagai tersaput selapis kabut.

"Ayahanda … mengutusku …menemui Raja Tala hal Vasuki…," getar suaranya tercekat di tenggorokan.

Jagra menunduk. Gosha membelalakkan mata. Leher Milind tegak kaku. Yami dan Nisha saling berpandangan. Sungguh berat beban Calya, tak dapat dipercaya pula seorang ayah tega mengirim putrinya ke sarang musuh!

Gosha-lah yang pertama kali sadar dari keterkejutan dan seketika berseru, "Itu mustahil!"

Milind menarik napas panjang sepenuh dada.

"Putri Calya," ujarnya lembut, "atas dasar apakah Raja Shunka meminta Tuan Putri melakukannya?"

Calya menggelengkan kepala.

"Aku tak bisa menceritakan seluruhnya padamu, Panglima Milind. Ada beberapa rahasia yang mungkin kuungkapkan," Calya tampak berat hati menyampaikan, "…tapi menurut Ayahanda, kemungkinan Raja Tala akan surut marahnya bila…melihatku. Aku sangat mirip Ratu Laira."

Gosha ingin tertawa sekaligus meledak dalam kemarahan. Rahasia yang diucapkan Calya sedikit banyak telah tersingkap. Ia belum berpengalaman menjadi duta, hingga sedikit kabar tersembunyi terkuak. Apa yang akan terjadi bila menghadap Tala dengan kemampuan yang masih muda dan mentah? Ada hubungan apa antara Tala dan Shunka di masa lalu hingga beberapa hal dapat dimaafkan?

Milind tampak berpikir keras.

"Apakah Raja Shunka tak menyadari, betapa berbahayanya bila Putri Calya berangkat ke Vasuki?" tanya Milind ingin tahu.

"Beliau menyampaikan bahwa perjalananku pasti berbahaya," Calya mengangguk mengiyakan, "…tapi tak ada cara lain."

"Pasti ada cara lain!" Gosha memotong.

"Coba katakan!" Calya sedikit menantang.

"Aku akan mencoba menghadap Tala hal Vasuki dan memintanya memberikan mantra. Lalu…," Gosha terdiam seketika, menyadari betapa tak masuk akal ucapannya.

Calya menggeleng-gelengkan kepala, "Kau tak mungkin ke sana, Gosha. Raja Tala pasti langsung akan menghabisimu."

"Apakah itu tak akan terjadi pada diri Paduka Putri?" Milind mengingatkan. "Raja Tala bisa langsung menyerang Putri."

Calya menarik napas, mencoba tenang.

"Menurut Ayahanda," jelasnya, "ada peristiwa masa lalu yang dapat kujadikan senjata agar Raja Tala tetap bersikap baik dan bersedia memberikan mantra."

"Peristiwa masa lalu," Milind mengulan pelan.

"Ya, Panglima."

"Tanpa mengurangi rasa hormat hamba," Milind memperjelas, "…apakah Raja Shunka menyadari bahwa…Raja Tala kerap melanggar perjanjian?"

Calya menatap Milind dalam-dalam, "Tidak untuk yang ini, Panglima Milind."

Gosha membuang napas. Tak percaya dengan apa yang didengarnya. Selama ini, seluruh dharma bakti dan kesetiaannya menjadi hal milik mutlak Raja Shunka dan Pasyu Aswa. Kali ini, ingin rasanya melawan perintah Shunka yang tak masuk akal. Para panglima perang dapat berseteru hebat dengan Tala dan bertarung tanpa henti. Apa yang dapat dilakukan seorang putri seperti Calya?

"Kau tak mempercayaiku, Gosha?" Calya menyelidik, seolah membaca pikiran lawan bicara di depannya.

Milind menimbang-nimbang.

"Apa yang ada di dalam benak Raja Shunka, juga ada di benak hamba, Putri," Milind berujar lamat-lamat.

"Kau...berpikir juga untuk mengirim Calya ke Vasuki?" Nisha tak percaya.

"Bukan mengirimkan Putri Calya, Tuan Putri," Milind tersenyum simpul. "Tapi perihal menghadap Raja Tala."

"Kau ingin menemui Tala keparat itu?" gusar suara Gosha.

"Ada kalanya, kita harus menghadapi musuh dengan lapang dada, Gosha," Milind berkata bijak. "Kita mengalah, bersabar mendengarkan kemauan mereka. Sembari berpikir untuk mencari cara memukul balik dengan telak."

Gosha terdiam.

"Sudah lama aku memang ingin menemui Raja Tala," Milind merenung. "Ingin meminta beliau kembali ke persekutuan. Namun Mandhakarma benar-benar menguras tenaga dan pikiran."

Sesuatu di benak Milind berkelebat-kelebat. Saat Gosha dirawat di kerajaan Pasyu Paksi, Raja Ame memperlihatkan pemandangan yang membuat bertanya-tanya : Vasuki seolah membentuk benteng di sekeliling Mandhakarma. Selama ini, hanya Tala yang mampu menembus angkasa dengan sayap naganya. Apakah putra-putra Gayi dan Nagen telah menjadi sesakti ayah mereka?

Pikiran Milind yang sibuk tak menangkap ucapan-ucapan Calya selanjutnya.

Gosha menepuk lengannya, membangkitkan kesadaran.

"Kau dengar, Milind? Apa kau dengar apa yang diucapkan Putri Calya barusan?" tanya Gosha, semakin gusar.

"Maafkan," Milind membungkukkan badan.

"Kalian lebih baik di sini," Calya seolah memerintahkan. "Aku – hanya aku – yang akan berangkat ke Vasuki. Beberapa prajurit mungkin akan mendampingi, tetapi untuk menemui raja, cukup aku saja."

Milind dan Gosha menatap putri muda di depannya tak percaya. Calya, yang dulu tampak kekanakkan dan selalu minta dilayani bak putri tertinggi, telah banyak berubah. Calya, yang dulu banyak berada di bawah bayang-bayang sang ibunda, sekarang tampak lebih kokoh dan mandiri.

"Raja Shunka berpesan padaku," Calya meneguhnya ucapan. "Aku tak boleh gagal. Kalian tak boleh menggagalkan pula. Aku harus berhasil membawa mantra kedua, atau bahkan membawa Vasuki sekali ini saja untuk memutus rantai pusaka di Gerbang Ambara."

❄️💫❄️