Chereads / LAst time With you / Chapter 8 - Dihukum 21+

Chapter 8 - Dihukum 21+

KALAU KAMU MASIH DI BAWAH UMUR JANGAN BACA CERITA AKU.

JANGAN SAMPAI SALAH LAPAK KARENA INI HANYA LAPAK LGBT,

BANYAK ADENGAN SEKS YANG TERTULIS.

"Ahh Zean," ujar Bara yang menikmati ciuman dari Zean.

Zean mencium bibir Bara, lalu ia sengaja menggigitnya kuat.

"Aku lemah untuk ini, tapi aku menikmati dari setiap ciumanmu, kau yang terbaik Zean."

"Sial," Zean tiba tiba melepas pelukannya.

Begitu pun dengan Bara yang di buat kaget dengan sikap Zean seketika.

"Aku lupa, aku harus pergi sekarang," Zean buru buru memakai pakaiannya.

"Tapi! Zean mau kemana?"

"Aku ada acara hari ini, aku akan pulang sore nanti."

"Tapi aku mau pigi Zean jam 2 nanti."

"Kalau begitu ini," Zean melemparkan kunci cadangan buat Bara.

Ia bergegas pergi membawa motornya. Begitu pun dengan Bara yang bergegas siap siap.

***

Zean:  " Aku sudah sampai di tempatku," mengirim pesan ke Bara.

Bara: "Aku masih di rumah beres beres."

Zean: "Hati hati ya nanti perginya."

Bara: "Oke Ze."

Zean: " Oh ia pigi dengan siapa nanti?"

Bara: "Paling dengan Angga, tapi aku akan ke rumah kos dulu, biar dia tidak curiga."

Zean: "Oh orang itu lagi?"

Bara: "Ia, dia sudah berjanji akan menjemputku."

Zean: "Bagaimana kalau aku katakan tidak!"

Bara: "Tapi kenapa?"

Zean: "Aku akan memanggilkan taxi online buatmu."

Bara: "T... tapi Ze!"

Zean: "Sudah lah tidak ada tapi- tapian, kau akan di antar taxi pesananku, dan jangan lupa sebelum pukul 10 kau sudah harus pulang. Kalau tidak, aku akan menghukummu," jelas Zean mematikan hp nya.

"Aghh Zean sialan," protes Bara

Bara langsung menghubi Angga.

Bara: "Angga nanti kyaknya ga usah deh jadi jemput aku ya."

Angga: "Loh? Kenapa memangnya?"

Bara: "Soalnya aku di antarkan."

Angga: "Yaudahdeh, sampai ke temu di pesta nanti malam."

***

Pukul 14.03, Taxi yang di pesankan Zean benar benar datang menjemput Bara.

"Hufft," menarik nafas dalam dalam, sebenarnya ia merasa bosan sendirian di dalam mobil itu, akhirnya Bara mengambil hpnya lalu membuka pesan.

Bara: "Ze, aku dah di mobil nih."

Zean:" Its oke, ingat jangan pulang terlalu malam, pokoknya kamu harus pulang di bawah jam 10, kalau tidak aku akan menghukummu."

Bara: " I- ia.."

Pov: tempat pesta.

Bara turun dari mobil itu, semua orang sudah berkumpul ada yang menikmati makanan, minuman, ada yang bermain game, dan lain lain.

Bara memasuki tempat itu, ia sama sekali tidak akrab dengan siapa pun.

Untunglah Angga melihat Bara sudah tiba jadi ia menghampiri Bara.

"Bara," teriak Angga melambaikan tangan memanggil.

Bara menyusul ke tempat Angga.

"Kamu udah lama ngga?"

"Cukup lama lah," menggeserkan makanan ringan yang berada di sampingnya.

"Nih cicipin dulu," lanjut Angga.

Bara mengambil beberapa makanan dengan sungkan.

Aku tidak terbiasa berbaur di antara orang orang banyak, apa lagi ke adaannya seperti sekarang. Untung saja aku bersama Angga.

"Makan aja sepuas nya," ucap Angga berbisik.

***

Malam harinya.

Zean tidak ikut berdansa karena ia merasa malu, beda dengan Angga yang menikmati pesta malam itu.

Bara hanya duduk di kursinya sambil menyicipi beberapa makanan yang sudah di hidangkan.

Angga kembali mendatangi Bara yang hanya duduk sendiri.

Aku menarik kursi, duduk bersebelahan dengan Bara. Aku mengajaknya bercerita random.

Akhirnya aku bisa melihat Bara yang malam itu banyak tercerita, meski pun dari aku yang mencari topiknya. Setidaknya aku dan dia mengobrol.

Bara melihat jam tangannya. Ia mendapati sudah pukul 21.00 lewat, bara cepat cepat bangkit.

Langkahnya terhenti karena Angga menarik pergelangan tangan Bara.

"Ada apa?" tanya Angga terheran.

"Aku harus pulang sekarang, aku lupa kalau aku ada janji lagi."

"Mau aku antarin?"

"Boleh," ia tak berpikir panjang bagaimana pun dirinya harus sampai di rumah Zean tepat waktu.

Saat di perjalanan mereka berdua benar benar merasakan kenikmatan, bahagia di bawah bintang bintang, dan bulan yang menyinari setiap jalan mereka.

Bara benar benar di buat senang oleh Angga, dirinya pula selalu mendapat perhatian dari teman sebangkunya itu.

Sampai Bara lupa perkaranya nanti bersama Zean.

"Ehhh, ehh," Bara memukul belakang Angga pelan.

Ia pun memberhentikan sepeda motornya.

"Ada apa Bar?"

"Terus saja, tidak perlu belok lagi. Aku sudah pindah," jelas Bara.

"Apa? Serius?"

"Ia."

Angga melanjutkan motornya, sambil mendengarkan petunjuk jalan ke rumah Bara.

***

"Ya udah sampai sininaja," Bara sengaja turun agak jauh dari tempat Zean.

"Jadi mana kosan barumu?"

"Ini," menunjuk sembarang rumah yang berada disitu."

"Ouh yaudah ya, kalau begitu aku pergi dulu."

"Oke hati hati Ngga," Bara memperhatikan Angga yang sudah menjauh, ia pun berlari ke rumah Zean.

Sesampainya, ia masuk ke dalam rumah tanpa rasa bersalah.

"Bagus, sudah pukul berapa ini?" Tanya Zean serius.

"22.23," sahut Bara santai.

"Cihh, kau tau apa yang sudah kau lakukan?" ia menaikkan alisnya.

"Ia tau kok," jawab Bara malas.

"Kemarilah," panggil Zean menggunakan tangannya.

Namun Bara hanya berjalan pelan, memperlambat langkahnya.

"Dont worry i will not hurt you, calm down."

Sama saja bagi Bara pasti ia akan mendapat hukuman juga.

"Mau berjalan lebih lama lagi atau, i broght you baby?"

Tanya Zean yang tak sabaran ingin menghukum uke kesayangannya itu.

"Damn!" akhirnya Bara mempercepat langkahnya menghampiri Zean yang masih duduk santai di sofa.

"Setan," gertak Bara.

Namun Zean tidak marah, ia hanya tersenyum.

"Apa?"

"Lalu apa sekarang?" lanjut Bara menanyakan ke adaan dirinya saat ini.

"Duduklah apakah terlihat sopan seperti itu?"

Bara duduk di samping Zean, setelah Bara duduk Zean bagkit berdiri. Sepertinya ia ingin pergi.

"Apa apaan ini?"

"Kenapa?" Kembali menghadap ke Bara.

"Kau meninggalkanku?"

"Siapa bilang aku ingin menghukummu, diamlah berisik."

Akhirnya Zean pergi, ia kembali lagi dengan 2 Ice crime di tangannya.

"Nah," melemparkan.

"Apa ini?"

"Ice, makanlah itu hukumanmu."

"Apa kau serius?"

"Ya mengapa tidak."

Saat Bara hendak memasukan ice itu ke mulutnya, pergelangan tangan Bara sudah di pengangin kuat oleh Zean. Hal hasil ice itu jatuh ke lantai secara sia sia.

"Heh!"

"Diam!"

Zean menggeret Bara seperti seorang psikopat, ia tak memperdulikan jeritan Bara, lelaki itu tibalah di ruangan belakang, ia membuka pintu kamar tersebut, dan memasukkan Bara ke dalam ruangan itu secara paksa.

Dalam ruangan berlampu merah, Bara melihat sekelilingnya di dalam itu begitu banyak peralatan aneh seperti cambuk, tali pinggang, dasi, borgol, rantai dan lain lain.

Sampai bara di bawa masuk ke dalam ruangan itu, ia merasa simulasi jadi korban psikopat.

"Aku tau bagian ini," dalam hati Bara smirk.

Zean sudah siap mengambil borgol, menjapitkannya ke kedua tangan Bara. Bara di berdirikan, namun kakinya di ikat dengan tali.

Zean berjalan ke aeah lemari ia mengambil cambuk yang berada di dalam lemari tersebut.

Zean smirk melihat cambuk itu, ia kembali ke pada Bara yang sudah dia ikat. Lalu ia berdiri di belakang menggoda Bara.

"Baby."

"Are you ready?"

Ctashhh...!

Ia melibaskan cambuk itu ke angin.

Ctashhh...

"Aghhh," suara teriakan Bara, dan cambuk bersatu.

Zean mencambuk Bara sekuatnya.