Chereads / Kelembutan yang Asing / Chapter 12 - ##Bab 12 Satu-satunya Orang yang Pernah Aku Cintai

Chapter 12 - ##Bab 12 Satu-satunya Orang yang Pernah Aku Cintai

Tepat ketika aku berpikir bahwa aku akan segera menyaksikan pembandangan yang menakjubkan, tiba-tiba ponsel di saku Tuan Muda Kelima berdering, Tuan Muda Kelima mengeluarkannya dan mengangkat telepon itu dengan tidak sabar. Aku melihat ekspresinya terlihat sangat tidak senang. Dia berdiri untuk merapikan pakaian dan berjalan keluar sambil menelepon.

Setelah pergi, Tuan Muda Kelima sudah tidak kembali lagi. Gabriela menyilangkan satu kakinya sambil memainkan kukunya yang indah dengan ekspresi sedikit membosankan, lalu bertanya kepadaku tanpa mengangkat kepalanya, "Hei, dari mana asalmu?"

Aku mengabaikan pertanyaan Gabriela. Dari jendela aku melihat mobil Tuan Muda Kelima telah pergi, jadi aku membuka pintu dan langsung pergi dari tempat itu.

Saat aku kembali ke apartemen Cindy, hari sudah malam. Sebuah Mercedes-Benz hitam diparkir di lantai bawah di apartemen. Saat aku melihat nomor plat yang sedikit familier dari kejauhan. Pintu pengemudi telah dibuka dan Candra sudah berjalan keluar dari mobil.

Pada saat ini, dia telah mengganti setelan kasual putih dari arena pacuan kuda, dia mengenakan kemeja putih yang sangat elegan dan celana hitam ketat dengan ekspresi datar. Dia berdiri di sana, dibandingkan dengan tiga tahun lalu, saat ini dia terlihat lebih memiliki pesona pria dewasa yang tenang.

Ketika aku melihat orang itu adalah Candra, tanpa aku langsung mengernyitkan alisku. Aku langsung berbalik tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Akan tetapi di belakangku terdengar suara serak seorang lelaki, "Tunggu sebentar."

Langkah kakiku berhenti tanpa sadar. Mau tak mau aku mengakui bahwa setelah bertahun-tahun, bahkan setelah Candra melukaiku, aku masih tidak bisa mengabaikan suaranya.

"Aku tidak tahu hubungan seperti apa yang kamu miliki dengan Tuan Muda Kelima dan kenapa kamu bisa bekerja sama dengannya. Tapi aku harus mengingatkanku Tuan Muda Kelima bukanlah orang biasa, dunia kalian berdua berbeda. Kalau kamu mengikuti kehendaknya hidupmu akan aman, tapi kalau kamu melawannya, kamu mungkin akan mati dengan mengenaskan.

Aku menoleh, tatapan matamu seperti anak panah tajam yang mengarah pada lelaki yang sedang berbicara di belakangku ini.

Tatapan tenang Candra yang tak kenal takut terus menatap mataku yang memancarkan aura ingin membunuhnya. Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam sakunya, penampilannya terlihat acuh tak acuh.

"Selain itu, aku yang menelepon tadi."

Setelah Candra selesai berbicara, dia membuang muka tidak menatapku lagi, dia berbalik dengan perlahan dan membuka pintu Mercedes-Benz.

"Candra, apa maksudmu?" tanyaku setelah tersadar dengan ucapannya.

Apa yang dia maksud dengan dia yang menelepon tadi?

Aku teringat dengan panggilan telepon yang membuat Tuan Muda Kelima meninggalkan klub pacuan kuda dengan tergesa-gesa. Telepon itu masuk tepat ketika Tuan Muda Kelima hendak bersiap untuk memulai berhubungan bersama dua wanita. Apakah panggilan itu dari dia?

Untuk apa Candra melakukan ini?

Jari-jari ramping Candra yang sedang memegang pintu mobil berhenti sejenak, punggung rampingnya terlihat kaku. Wajahnya yang tampan menoleh ke arahku, lalu berkata dengan ekspresi serius, "Yuwita, kamu adalah orang yang aku cintai dalam hidupku, aku tidak tega melihatmu memilih jalan yang salah."

Setelah Candra selesai berbicara, dia menoleh dan masuk ke mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Pintu mobil itu tertutup, lalu Mercedes Benz hitam mundur sedikit dan langsung pergi begitu saja.

Aku berdiri di sana dalam keadaan linglung, aku bahkan tidak teringat dengan "Yuwita", nama yang sudah aku tinggalkan sejak lama.

Apa maksud Candra berkata aku adalah satu-satunya orang yang dia cintai dalam hidupnya?

Apakah bajingan ini mengatakan jika dia masih mencintaiku dan tidak mencintai Stella?

Haha, sungguh ironis.

Seorang lelaki yang telah berkhianat dalam sebuah pernikahan, mengkhianati sumpahnya, dia yang dengan kejam mengusir istrinya keluar dari rumah tanpa mendapatkan harta sepeser pun dan menyuruhnya menggugurkan darah dagingnya sendiri. Bahkan dia berkata, aku adalah wanita yang masih dia cintai. Candra, apa yang sedang dia pikirkan?

Apakah dia ingin membodohiku?

Sudut bibirku tersenyum dengan ekspresi penuh kebencian, tiba-tiba aku semakin meremehkan Candra. Aku berbalik dan langsung masuk ke gedung.

Satu jam kemudian, Cindy telah kembali.

Saat ini, aku sudah menyiapkan makan malam sederhana. Dalam pernikahanku dengan Candra, aku hampir tidak pernah memasak. Jika kami ingin bersenang-senang, maka kami akan makan di luar. Biasanya, Candra yang lebih sering memasak.

Meskipun keterampilan memasaknya tidak terlalu bagus, dua orang yang saling mencintai, bahkan memakan makanan basi pun, mereka tetap merasa bahagia.

"Sebentar lagi aku akan mengajakmu melihat rumah baru kami, sudah selesai direnovasi," ucap Cindy dengan bahagia sambil memakan bakpao dan ikan fillet goreng.

Aku ikut merasa bahagia mendengarnya. Bagaimanapun juga, sebagai seorang yatim piatu, tidak mudah untuk hidup di kota ini, terlebih bisa membeli rumah sendiri.

"Oke."

Aku juga ikut bersemangat, aku benar-benar melupakan semua kekesalan yang terjadi siang hari tadi.

Setelah makan malam, aku dan Cindy pergi ke rumah barunya di timur kota. Gedung itu adalah bangunan baru. Begitu kami memasuki koridor, aku mencium bau semen dan bau berbagai bahan dekorasi.

Setelah setengah tahun, Cindy akan menikah dengan kekasihnya Dean Kristianto di sini.

Saat kami sampai di luar rumah baru Cindy, pintu anti-pencurian sedikit terbuka, terdengar tawa puas seorang wanita paruh baya dari dalam rumah, "Bagaimana? Rumah ini bagus, bukan? Dean sangat hebat, dia bahkan tidak meminta uang untuk membeli rumah. Rumah ini berada di Jalan Adara, harga rumah di sini adalah 60 juta per meter persegi. Rumah ini dibeli dengan harga 5,2 miliar. Semua uang itu dihasilkan oleh Dean. Dekorasinya juga dibayar oleh Dean."

Aku mengerutkan kening, tanpa sadar aku melirik Cindy. Orang lain mungkin tidak mengetahuinya, tapi aku tahu itu. Rumah ini senilai 5,2 miliar, mungkin Dean hanya mengeluarkan sebagian kecilnya.

Setelah Cindy lulus kuliah, dia bekerja di bagian penjualan pada sebuah perusahaan skala besar dan perlahan-lahan naik menjadi eksekutif penjualan. Dean adalah teman sekelasnya saat kuliah. Namun, setelah lulus dari universitas, Dean mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan, akhirnya dia membuka sebuah perusahaan desain interior.

Hanya saja dia adalah satu-satunya karyawan di perusahaan ini.

Dean adalah tipikal orang yang tidak memiliki inisiatif. Selain menggunakan gambar perbaikan rumah dari internet, dia tidak pernah pernah mengeluarkan ide baru, tentu saja hal ini tidak dapat menarik minat pelanggan. Uang yang dia hasilkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Uang muka rumah ini yang hampir 2 miliar dibayar oleh Cindy. Harga kredit bulanan juga dibayar oleh Cindy, karena Dean tidak bisa membayar biaya kredit itu dan dia juga tidak mampu mengambil kredit. Aku benar-benar tidak dari mana keberanian Dean berbicara seperti itu? Dia mengatakan semua uang itu dihasilkan olehnya.

"Cindy?"

Saat melihat aku dan Cindy, ekspresi Dean yang berdiri di samping adalah ibunya terlihat canggung, dia berjalan dengan wajah tersenyum sambil meraih tangan Cindy, "kenapa kamu masih datang ke sini di saat ini, seharusnya kamu pulang beristirahat lebih awal."

Dean masih memiliki hati nurani, dia masih tahu malu.

Cindy tersenyum, "Tidak masalah, aku hanya datang untuk melihat rumah kita."

Dean meraih tangan Cindy dan berkata kepada ibunya, "Bu, CIndy dan teman-temannya datang kemari."

Ibunya Dean memberikan tatapan kesal pada aku dan Cindy, lalu dia bergumam, "Kamu hanya tahu berpergian dengan teman-temanmu sepanjang hari, masalah besar seperti dekorasi semuanya ditangani oleh Dean sendirian. Aku benar-benar tidak tahu bagaiman hidup anakku setelah menikahi menantu seperti ini."

Aku mengernyitkan alis sambil menatap Cindy, wajah Cindy terlihat sedikit masam, tetapi dia sangat baik hati. Dia tidak membantah ibunya Dean, hanya berkata dengan pelan, "Beberapa waktu ini sedikit sibuk, setelah menikah aku akan mengurus keluarga dengan baik."