Chereads / Temui Aku di Masa Depan / Chapter 16 - Melamar Pekerjaan

Chapter 16 - Melamar Pekerjaan

Sebuah perusahaan ternama yang cukup besar berdiri di hadapan Maura. Matanya menyapu setiap sudut pemandangan yang ada di depannya.

Besar dan indah, kalimat pujian yang ada dalam hatinya. Ia masih tidak menyangka kalau gedung itu akan menjadi tempat kerja pertama untuk dirinya.

Ia langkahkan kaki perlahan untuk masuk ke dalam gedung bertingkat itu.

Perasaan gelisah mulai masuk dalam hatinya, apakah Direktur utama yang akan ditemuinya nanti berwajah sangar? Apa ia akan menjejali Maura dengan banyak pertanyaan? Karena ini pertama kalinya Maura melamar langsung ke sebuah perusahaan, ia masih sedikit gugup untuk itu.

"Ada keperluan apa, Neng?" Maura menoleh, seseorang berbaju putih datang dan mengajaknya berbicara.

"Saya ada janjian sama Bapak Hermawan, Pak," jawab Maura sopan sambil tersenyum.

"Oh, Neng ini yang mau melamar kerja, ya? Masuk aja, Neng, Bapak mungkin sudah menunggu di ruangannya," ujar satpam itu tak kalah ramah.

Maura kira ia akan mengusir Maura, atau bertanya hal-hal yang meyakinkan dirinya kalau ia memang akan melamar pekerjaan untuk menemui direktur utama, Pak Hermawan.

Maura mengangguk dan tersenyum pada satpam itu, lalu melanjutkan langkah kakinya untuk masuk ke dalam.

Ruangan yang didominasi dengan warna silver terpampang di hadapan Maura, begitu elegan dan berkelas. Para pekerja yang memakai baju berwarna hitam dipadu putih itu pun terlihat sangat seragam dan rapih, tentu dengan blazer dan jasnya.

Satu pertanyaan yang kembali muncul di benak Maura, apakah ia akan diterima di perusahaan besar seperti ini? Dan satu kebahagiaan pula dalam hatinya kalau sampai ia benar-benar diterima untuk mulai bekerja di sini.

Karena bingung harus melangkahkan kakinya ke mana lagi, Maura akhirnya berjalan untuk mendekati seorang wanita yang berdiri di depan pintu masuk atau lobby perusahaan, sepertinya dia adalah seorang resepsionis.

"Permisi, Teh. Saya mau bertemu dengan Pak Hermawan, beliau di mana, ya, Teh?" tanya Maura hati-hati, ia harus bersikap sopan apa lagi belum menjadi siapa-siapa di sana.

"Oh, kamu Maura yang mau melamar pekerjaan itu, ya? Bapak sudah memberi tahu saya tadi. Tunggu sebentar, ya, saya coba hubungi dulu," kata wanita cantik itu bersahabat. Untung Maura tidak bertemu dengan pekerja yang jutek ataupun sombong di sana.

Maura masih menunggu wanita itu berbicara di teleponnya, sampai ia menjauhkan telepon itu dan meletakkan kembali ke tempatnya.

"Bapak bilang Teteh langsung aja ke lantai tiga tempat ruangan Bapak, Teteh bisa naik lift di situ biar cepat sampai," ucapnya sesuai perintah dari atasannya.

"Terima kasih, Teh," jawab Maura ramah.

Setelah mengucapkan kalimat terima kasih, ia melangkahkan kakinya untuk mendekati lift yang ada. Masuk ke dalam lift itu dan mulai menekan tombol yang akan mengarahkan ia pada lantai tiga. Untung waktu kuliah ia suka jalan-jalan ke tempat-tempat yang memiliki lift, hingga sikap dusun tidak hinggap dalam dirinya.

Ternyata lantai tiga langsung mengarahkannya pada tempat di mana ada sebuah ruangan tertutup dan tempat untuk bersantai di luar ruangan itu. Sepertinya, lebih cocok dikatakan semacam tempat untuk mengadakan sebuah rapat atau meeting.

Maura langkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangan tertutup itu, ruangan yang ia yakini sebagai tempat Hermawan ada di dalamnya.

"Assalamualaikum."

Maura membuka perlahan gagang pintu ruangan itu. Benar saja, di dalam sana sedang duduk seorang lelaki yang sepertinya memang sudah menunggu Maura sedari tadi.

"Waalaikumsalam," jawab lelaki itu, "masuk!" titahnya saat melihat sosok Maura ada di balik pintu.

Maura langsung membuka pintu dengan lebar, masuk ke dalam ruangan itu dan menutupnya kembali. Perasaan gugup mulai masuk lagi ke dalam dirinya, apa lagi setelah melihat rupa orang yang akan menjadi penentu masa depannya saat ini.

"Kamu Maura?" tanya pria paruh baya itu saat Maura sudah mengambil duduk di hadapannya.

"Iya, Pak," jawab Maura sambil mengangguk kecil dan tersenyum.

Ia memperhatikan tubuh Maura, lebih tepatnya, hanya yang bisa terlihat, tidak sampai ke bawah kaki. Ia mengangguk kecil seperti menyetujui tentang postur badan Maura.

"Saya sudah mendengar tentang kamu dari Indri, apa yang dia ceritakan sangat membuat saya terkagum. Karena saya tidak ingin hanya mendengar dari kata orang lain, saya ingin menanyakan beberapa hal terlebih dulu agar saya lebih yakin untuk menerima kamu bekerja di sini," ujar pria paruh baya itu dengan tenang.

Maura pikir, seorang direktur atau orang-orang yang jabatannya lebih tinggi akan berbicara kepada bawahannya dengan nada yang hanya membuat ia menjadi ketakutan.

Nyatanya, Hermawan begitu baik dan ramah, terlihat dari raut wajahnya dan bagaimana sikap ia saat berbicara. Apa yang diceritakan Indri tentang pria paruh baya itu ternyata benar, Maura tidak usah takut karena Pak Hermawan sangatlah baik.

"Baik, Pak. Ini berkas-berkas yang Bapak butuhkan sudah saya bawa," ucap Maura sambil mengeluarkan beberapa lembar kertas yang sudah ia bawa dari rumah.

Hermawan mengambil alih kertas itu, ia mulai membaca isi dari kertas yang Maura berikan. Tampangnya begitu serius saat memperhatikan setiap kata yang tertulis, membuat Maura masih merasakan sedikit cemas jika Hermawan tiba-tiba berubah pikiran untuk tidak jadi menerimanya.

Sungguh, berhadapan dengan direktur besar seperti Hermawan sangat menegangkan juga membuat jantung berdegup lebih kencang dibandingkan jika sedang berduaan dengan Raka, begitu yang ada di pikiran Maura sambil menunggu Hermawan selesai membaca berkas yang ia bawa.

Mulutnya sudah bergerak-gerak untuk mengucapkan doa dan harapan agar Hermawan tetap pada pendiriannya untuk menerima dan percaya dengan kemampuan yang Maura miliki.

"Nilai-nilai kamu bagus semua, kamu cerdas di hampir semua bidang. Kamu memang mengambil jurusan marketing juga saat kuliah?" tanyanya masih sibuk membaca baca berkas itu.

"Iya, Pak," jawab Maura pelan dan menundukkan kepalanya untuk menghilangkan kecemasan yang ada dalam hatinya.

"Kamu belum pernah bekerja sebelumnya?" tanyanya lagi setelah selesai membaca berkas itu. Ia letakkan berkas milik Maura ke meja, dan beralih untuk melihat Maura.

Maura mengangkat kepalanya dan menggeleng kecil. "Belum, Pak. Perusahaan ini akan menjadi tempat pengalaman pertama kerja saya."

"Pengalaman?"

Maura terkesiap, satu pertanyaan yang barusan terlontar dari Hermawan membuatnya gelagapan, apa ia salah berbicara?

"Iya, Pak. Karena saya baru akan bekerja di perusahaan ini," jawabnya dengan perasaan takut, takut jika salah mengucapkan kalimat.

"Saya tidak ingin kamu menjadikan perusahaan ini hanya sebagai tempat pengalaman kerja pertama kamu."

"Maksud Bapak?" tanya Maura hati-hati, ucapan Hermawan sangat membuatnya menjadi bingung.

"Saya ingin kamu selamanya bekerja di sini, bukan hanya sekedar menjadi pengalaman, tetapi tempat yang akan kamu tekuni untuk tetap mengabdi."

Maura terkejut, ia yakin telinganya tidak memiliki gangguan pendengaran. Ucapan Hermawan tadi seolah mimpi, ingin rasanya ia menyuruh Hermawan untuk mengulangi kalimat itu lagi, tetapi tidak mungkin.

Ia yakin tidak salah dengar, Hermawan benar-benar menerima dirinya untuk bekerja di sana. Senyum sumringah tercetak jelas di bibir Maura, ia sangat bahagia dengan apa yang telah ia dengar.

"Ba-Bapak menerima saya untuk bekerja di sini?" tanya Maura untuk lebih meyakinkan dirinya.

Hermawan tersenyum dan mengangguk kecil, membuat hati dan perasaan Maura menjadi lega kini. Ingin sekali rasanya ia melompat kegirangan dan mengumumkan berita kebahagiaan ini pada semua orang, tetapi itu sangatlah lebay. Terserah, yang terpenting Maura sangat bahagia detik ini.

"Kamu saya terima menjadi manajer untuk menggantikan posisi Indri dan bisa mulai bekerja besok," ucap Hermawan memberi tahu.

Maura terkejut, baru melamar tetapi ia sudah dipercaya untuk menjadi seorang manajer? Sebagai pengganti Indri? Ini adalah jabatan terakhir Indri di sini, Maura pun mengangguk dengan senang.

"Terima kasih banyak, Pak. Suatu kehormatan dan kebahagiaan yang saya dapatkan untuk bisa bekerja di sini, saya tidak akan mengecewakan kepercayaan yang telah Bapak berikan," ujar Maura sambil menyalami tangan Hermawan.

Semua terasa mimpi dalam hidup Maura, bisa diterima bekerja di perusahaan yang banyak orang impikan. Ia sangat berterima kasih kepada Indri yang telah memberikan lowongan pekerjaan itu untuknya.

Kebahagiaan yang ia rasa sejak tadi pagi bahkan kemarin semakin menggebu dalam dirinya. Ini adalah berita yang sangat membahagiakan apa lagi jika Rusdi dan Hana tahu.

Maura yakin dan percaya pada dirinya, kalau ia bisa untuk terus melangkah maju dan meraih apa yang selama ini ia cita-citakan. Ia harus bekerja semaksimal mungkin agar bisa menjadi orang yang sukses. Jabatan yang lebih tinggi harus bisa ia raih agar bisa menjadi seorang pengusaha muda yang sukses.

Bersambung ....