Chereads / Friendzone? / Chapter 7 - 7. Fokus sekolah dulu

Chapter 7 - 7. Fokus sekolah dulu

Merotasikan bola matanya ketika mendengar Tania yang berbicara dengan rasa percaya diri penuh seperti itu. "Mulai kambuh lagi deh kebiasaan kamu ini," kata teman sebangku Tania itu.

Ekspresi wajahnya dibuat sejengah mungkin, sedang Tania tergelak puas ketika melihatnya. Ia tentu saja tidak marah sama sekali, melainkan yang ada hanya gemas saja.

"Tidak masalah, karena sekarang ... gue lagi merasa bahagia banget."

"Iya, deh yang bahagia."

"Rel, lo tahu gak sih siapa yang kasih nomer gue ke dia?" tanya Tania, yang belum sempat untuk bertanya hal itu pada Adelio sendiri.

Terlalu bahagia, dan shock membuatnya tidak bisa berpikir jernih sedikitpun. Dan parahnya Tania tidak sempat bertanya tentang satu hal yang sangat penting itu, tentang Adelio yang mendapatkan nomernya dari mana.

Aurel, teman sebangku Tania menjawabnya dengan gelengan pelan. Ia tidak tahu apa pun tentang yang ditanyakan itu, toh selama ini dirinya sangat fokus dengan segala pelajaran di sekolah.

"Gue gak tahu, lagian lebih baik sekarang lo fokus belajar dulu deh," tegur Aurel, menyuruh Tania untuk fokus dengan pelajaran hari ini.

Tania mengembuskan napasnya, dengan senyum tipis. "Tenang saja, gue akan fokus buat belajar kok." Menatap wajah Aurel yang kelihatannya seperti orang memiliki banyak masalah. "Lo kenapa sih? Kayak orang lagi punya masalah banyak banget begitu, apa sih yang lo pikirin sekarang? Jordan?"

Mendengar nama lelaki itu disebut, Aurel cepat-cepat untuk menggeleng. Ia merasa hari ini baik, dan tidak ada masalah apa pun. Tania ini sangat sok tahu tentang hidupnya.

"Sok tahu!"

"Iya, sebenarnya bukan sok tahu sih, tapi ... karena memang aku tahu kalau kamu menyukainya, bukan?" Tania mengedipkan salah satu matanya, berniat untuk menggoda teman sebangkunya itu yang selalu saja memperhatikan Jordan ketika ada di dekatnya.

Tania yang tidak berhenti untuk menggoda Aurel, tapi tidak ada jawaban apa pun akhirnya kembali diam. Ia memilih untuk mengeluarkan beberapa buku dalam tasnya, saat melihat seorang guru mulai masuk dalam kelas.

Semua murid yang ada di dalam kelas Tania pun kini tidak ada satu orang pun yang berisik. Mereka semua khusyuk untuk mendengarkan guru yang sedang menjelaskan sebuah materi, dan ketika sesi tanya jawab pun suasana kembali ramai.

Tania adalah gadis biasa saja ketika berada di kelas. Ia tidak begitu aktif, tapi mampu untuk menjawab semua soal yang diberikan oleh gurunya.

"Tania, kamu tidak bertanya sama sekali tentang pelajaran ini, apa sudah bisa dipahami?" Guru tersebut akhirnya melontarkan pertanyaannya pada Tania yang duduk pada bangku paling belakang.

Tania yang tengah santai pun kini berdiri untuk menjawab pertanyaan gurunya. "Tidak ada, Bu. Semuanya sudah Tania pelajari, dan yang Ibu jelaskan pun sudah bisa dipahami."

"Bagus, Tania." Menyuruhnya untuk kembali duduk, sembari berkata, "Berhubung sekarang waktu Ibu sudah habis, ada tugas untuk kalian semua. Nanti Ibu kirimkan melalui pesan."

"Baik, Bu." Semua murid di dalam kelas itupun dengan serempak menjawabnya.

***

Tania mengikuti mata pelajaran di hari ini dengan santai, juga asyik. Ketika bel istirahat berbunyi, ia buru-buru pergi ke luar untuk menemui Jordan yang pasti sudah ada di depan kelasnya.

"Jordan!" panggil Tania, saat melihat sahabatnya itu menyandarkan tubuh pada beton penyangga bangunan.

Jordan melirik ke arah Tania yang sedang berjalan menuju arahnya. Ia tersenyum tipis, dan menghampirinya.

"Ayo, kita pergi ke kantin sekarang," ajak Jordan, dengan salah satu tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana.

"Tunggu sebentar!" Tania mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelasnya ini, untuk mencari seseorang. "Ada yang pengen kenal dekat sama lo, Dan."

"Siapa?" tanya Jordan, memasang ekspresi agak terkejut, dan berakhir memilih untuk tidak perduli. "Btw, untuk masalah itu kita bahas di kantin saja lah ya, gue udah lapar banget nih. Lo gak kasihan kah?"

"Kasihan sih, tapi lebih kasihan lagi sama teman gue ini, Dan." Tania menyuruh Jordan untuk sabar, karena dirinya belum kunjung menemukan orang yang dimaksud sedari tadi. "Eh, gue mau tanya dong sama lo. Lihat ke mana perginya Aurel gak?" Hingga akhirnya memutuskan untuk mencegah orang lewat, dan menanyakan orang yang dimaksud.

Namanya juga Tania, tidak pantang menyerah kalau urusan yang seperti itu. Jordan sendiri dibuat bingung dengan sikapnya yang tergolong absurd itu.

"Gak. Kenapa lo nyari Aurel? Mungkin aja dia sudah ada di kantin," jawab orang tersebut.

"Iya juga sih. Makasih ya," ucap Tania, dengan tangan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dan menyengir saat menatap Jordan. "Kalau begitu, ayo kita pergi ke kantin, Dan!"

"Dari tadi kek, Tan," gerutu Jordan. Ia kesal sih ketika Tania justru memilih untuk mencari wanita yang katanya ingin dekat dengan dirinya, tapi sayang sekali ia tidak tertarik dengannya. "Tan, gue mau ngomong penting sama lo."

"Nanti di kantin aja ya, Dan. Kalau di sini, takutnya gue gak bisa dengar lagi ucapan lo ini," sanggah Tania, yang dibalas anggukan oleh Jordan.

Mereka berdua berjalan menuju kantin yang tidak begitu jauh dari kelas Tania. Sesampainya di sana, Jordan sendiri mulai menuju tempat penjual makanan dan memesan dua porsi. Satu untuk dirinya, dan yang lain untuk sahabatnya.

Tania sendiri duduk dengan tangan memainkan ponselnya. Ia memperhatikan seluruh orang yang ada di dalam kantin ini, dan mulai mencari Aurel yang katanya juga ada di tempat yang sama.

"Ini orang tuh gimana sih? Katanya mau kenal dekat sama Jordan, malah pergi gitu saja," gerutu Tania, lama-lama merasa kesal juga.

Tania ini cukup aneh juga. Ia hanya menggunakan feeling kalau memang Aurel suka sama sahabatnya, dan ingin menjodohkan mereka berdua. Entah apa yang ada dalam benaknya, ngaco sekali.

"Tan, gue udah pesankan makanan kesukaan lo, dan katanya bentar lagi akan diantarkan ke sini," ujar Jordan, seraya duduk berhadapan dengan Tania. "Lo lagi cari apaan sih? Lio?"

"Adelio maksud lo, Dan?"

"Memang ada yang lain ya di sini?" tanya Jordan, dengan kening berkerut dan hati yang cukup penasaran.

"Bukan." Tania menggeleng pelan, dan sekarang matanya terfokus untuk menatap Jordan di depannya ini. "Gue lagi cari orang yang katanya pengen kenal dekat sama lo. Dugaan gue seperti ini deh, dia tidak berani untuk datang ke sini karena ... tampang lo selalu saja tidak pernah bersahabat di depan orang lain."

"Tidak pernah bersahabat begitu, ya?" Jordan tertawa renyah ketika mendengarkan pernyataan dari Tania barusan. "Iya, karena gue tidak tertarik dengan wanita-wanita itu. Lagipula, gue di sini mau belajar Tania, bukan cari pasangan."

Tania mengembuskan napas kasar, dengan menyugar rambutnya ke belakang. "Kenapa sih lo itu selalu susah banget kalau diajak ngobrol tentang ini?"