Ketika aku membuka mata yang ku lihat pertama kali adalah tirai berwarna merah.
"Ah.. tuan putri sudah bangun ? Kebetulan saya juga sudah membawa sarapan. Hari ini kita akan makan…"
Tunggu, ada orang lain selain aku di sini ? setelah aku melihat ke sekeliling hanya ada aku dan seorang wanita yang baru masuk mengenakan dres hitam panjang dengan apron putih dan rambut yang di ikat rapi.
"amu capa?" tanyaku pada wanita itu, tapi kenapa aku berbicara dengan aneh ? ku lihat tanganku yang begitu kecil dan kaki yang pendek. APA-APAN INI !!! Dewa kalau sungguh ada, apa Kau sebegitu bencinya denganku hinggu membuatku menjadi kecil.
"Tuan putri.. apa anda baik-baik saja anda terlihat pucat, dan sepertinya anda lupa lagi siapa nama saya. Saya Rose pelayan pribadi tuan putri, dari lahir sampai berusia hampir 4 tahun ini. Tuan putri pasti tidak tahu, kalo tuan putri sangat imut. Semua orang di kediaman ini sangat menyukai tuan putri yang selalu tersenyum kepada kita. Sebentar lagi akan ada perayan ulang tahun ke 4, kita tidak sabar untuk mempersiapkanya. Kita akan menghias jalan…." ucap pelayan itu sambil menuangkan teh dan memberikanya kepadaku yang masih di atas kasur. "acih" ucapku sambil menerima teh itu dengan tatapan bingung
Rose ? apa ini seperti novel yang kubaca semalam ? Seingatku semalam setelah perayaan ulang tahunku, aku menyebrang dan tertabrak mobil. Apakah aku meninggal dan berpindah kedunia lain seperti kisah di novel yang kubaca ? Tapi.. di novel yang ku baca, dia tahu kisah dari kehidupan barunya. Sedangkan aku, siapa tadi dia bilang … Rose? SIAPA DIA ? bahkan tidak ada nama perempuan dinovel yang ku baca, ini konyol. Oh Dewa… setidaknya beri tau aku judul novel yang mana ? tapi seingatku hanya satu novel itu saja yang kubaca, aku terlalu bosan membaca novel. Lebih menyenangkan membaca buku pelajaran.
"Oje… isa kau antu ku awa emin" ucapku sambil menunjuk sebuah cermin di meja bulat sebelah kasur ku. Rose langsung mengambilkan nya dan menyerahkan kepadaku.
Mata emas, dengan rambut putih lurus yang panjang dan lebat. Pipi yang cubby dengan kulit putih membuat bibirku terlihat lebih merah dari biasanya. Aku terlahir dengan kedaan secantik ini luar biasa, sesaat ku liat Rose yang sibuk menyiapkan sarapanku di meja dekat kasur. Anehnya yang ku lihat ada 3 Rose berdampingan dengan pakaian berbeda, tapi Rose yang di kanan dan kiri nampak tidak begitu jelas, apa aku yang sekecil ini sudah punya gangguan mata ?
Sambil sarapan aku bertanya pada Rose
"oje, pa amu tau capa nama ku?"
Sambil tersenyum dan menyipitkan mata seolah sedang meledekku dia berkata "Mana mungkin saya tidak tahu, nama tuan putri adalah ORIANA ELD ELYION seorang putri kaisar di negeri Elyion ini, tapi karena ibu tuan putri bukan dari kalangan bangsawa, jadi tuan putri mendapat kediaman yang cukup jauh dari istana utama dan kota. Meskipun orang tua tuan putri tidak pernah datang berkunjung. Anda selalu bermain bersama kami, mengingat nama kami bahkan ikut membantu. Tuan putri masih sangat kecil, sangat menggemaskan melihat anda mau membantu kami dengan tangan kecil itu hahaha"
Ternyata anak kecil ini begitu baik dimata kalian ? Aku tidak boleh menghancurkan citranya.
"Oje, beapa umu mu?" tanyaku sambil menyelesaikan sarapan
"Saya tahun ini berusia 16 tahun putri" jawabnya sambil tersenyum sembari merapikan piring dan cangkir. Lalu dia berjalan kearah lemari besar di dekat pintu kaca balkon yang letaknya cukup jauh dari kasur ku, kurasa kamarku ini bisa di bangun untuk 8 kamar biasa.
"Putri hari ini mau pakai dress yang mana ?" sambil membawa beberapa dress di tanganya
"em… ang ana ja. Oje pa ini da pepus?"
"hm…. perpustakaan.. Ah!! ada, apakah Putri Ana mau ke sana ? Saya akan bersihkan dulu, karena tidak ada yang pernah kesana, jadi pasti berdebu." ucapnya sambil mengganti bajuku dengan sebuah dress berwarna ungu panjang dan mengembang. Putri Ana ? jadi dia biasa memanggil seperti itu. Dan…Apakah anak kecil harus memakai yang seperti ini ?
Satu hal yang aku bingung di sini, bagaimana bisa aku berbicara dan mengerti dengan jelas bahasa mereka ? bukankah ini konyol ? Aku bahkan tidak pernah mendengar bahasa ini sebelumnya. Terimakasih otak ku kau sudah bekerja keras. Ah.. atau karena jiwaku saja yang pindah sehingga aku mengerti bahasa mereka.
Sesaat setelah berganti baju aku harus menunggu Rose membersihkan perpustakaan. Sambil menunggu aku pergi ke balkon dan melihat ke luar dari celah balkon, karena aku masih terlalu pendek. Ada beberapa orang yang merapikan taman, berjaga di pintu dan membawa kain, sepertinya dia habis mencuci seprai. Disini sangat nyaman, dengan langit yang cerah burung beterbangan dari ranting pohon dekat balkon di kamar ku. Hembusan anginya juga sangat lembut, ini membuatku ingin tetap disini. Dibanding dengan kehidupan ku yang sebelumnya udara kota yang panas, banyak kendaraan bermotor, dan kedua kakakku. Kalau ini hanya mimpi, aku ingin bermimpi saja. Siapapun yang melihat ku tidur di sana, tolong jangan bangunkan aku.
"Tuan putri…perpustakaanya sudah bersih, mari saya antar" ucap Rose sambil meraih tanganku dan menuntunku ke perpusatakaan.
"Oje, enapa amu celalu beubah pangil ama aku ?" tanyaku penasaran.
"Itu… karena … sebenarnya… saya ingin memanggil nama tuan putri, tapi itu tidak sopan kan?" jawabnya sambil menggaruk pipi dengan perlahan.
"idak apa-apa aku cuka"
"benarkah putri Ana ?!" jawabnya sambil berlutut memegang kedua tanganku dengan tanganya, aku hanya menjawabnya dengan mengangguk dan tersenyum.
Saat sampai di perpustakaan aku meminta Rose untuk meninggalkanku sendiri. Bisa di bilang ini seperti perpustakaan daerah hanya 1 lantai, cukup luas bahkan di sediakan tangga untuk mengambil buku yang berada di rak atas. Karena ini tidak sama dengan cerita novel yang ku baca semalam, mencari tahu dunia ini sendiri di perpustakaan adalah jalanya. Mulai membaca buku dari yang paling dekat dengan pintu, untungnya membaca buku adalah salah satu kesukaanku. Huuhh… butuh berapa lama ya agar aku bisa menyelesaikan ini semua. Ayo Kyra km bisa !! Tunggu namaku bukan Kyra lagi, Oriana semangat!!
Keseharian yang biasa di lakukan Oriana sebelumnya berubah, aku sudah tidak membantu dan menghafal nama para pelayan lagi. Ingatanku begitu kuat, sekali berkenalan sudah hafal nama mereka. Jadi seharian aku di dalam perpustakaan membaca buku, setelah 7 tahun berlalu akhirnya aku menyelesaikan buku terakhir ku di perpustakaan. Selama bertahun - tahun aku membaca buku, akhirnya aku mengetahui 1 hal tentang diriku. Aku bukan mengalami gangguan mata, melainkan bayangan yang kulihat adalah masa lalu dan masa depan orang tersebut. Untunglah Rose memiliki masa depan yang bagus, aku tidak sabar melihatmu menikah dan memiliki anak. Tapi aku masih tidak nyaman melihat 3 masa sekaligus seperti ini. Saat para pelayan berbicara tentang ku itu membuatku sedikit bingung, kenapa aku dikatakan buta padahal mereka semua tahu kalau aku bisa melihat. Itu rumor yang aneh. Tapi setelah para pelayan di sini melihatku keluar masuk perpustakaan, mereka menganggap rumor itu palsu. Aku sempat berfikir, bukankah sebelumnya Oriana membantu dan menghafal nama mereka ? Tapi karena tidak tahu pasti bantuan apa yang dia lakukan, dan kemungkinan menghafal nama para pelayan dengan cara menghafal suara mereka.
Aku juga tidak tahu bagaimana mereka bisa dengar rumor itu. Atau mungkin saat pertama kali bekerja mereka di beritahu kalau nona yang mereka layani mengalami kebutaan. Hal ini juga pernah ku tanyakan pada Rose, tapi dia tidak mau menjawabnya dan mengalihkan ke percakapan yang lain.
Saat keluar dari perpustakaan, Rose sudah menunggu di pintu dan membawaku kembali ke kamar. Seingatku, aku hanya keluar perpustakaan untuk makan dan tidur. Rose tahu kalau hari ini adalah hari terakhir membaca di perpustakaan karena semua buku sudah di baca semua.
"Putri Ana ini" Ucap Rose sambil memberikan sepucuk surat berwarna hitam dan garis emas, dengan stempel emas, itu ciri khas surat dari istana utama. Aku mengambil surat dan membacanya, disitu tertulis ORIANA ELD ELYION harus pergi dan merayakan ulang tahun ke sepuluhnya di istana utama. Kenapa harus merayakan di sana ? Aku yakin di sana sama saja seperti kehidupanku sebelumnya, tidak akan nyaman.
"Apakah aku harus pergi ? hiks" ucapku dengan tatapan pura - pura menangis.
"Harus! Ini perintah dari kaisar langsung Putri Ana, saya akan pergi bersama anda." jawabnya Rose sambil tersenyum.
"Huuhh… baiklah kalau kau ikut, aku terpaksa setuju." kembali dengan wajah datarku. Karena jarang berinteraksi dengan orang di sini, aku jadi tidak tahu harus berekspresi seperti apa, yang bisa ku lakukan hanya memasang wajah datar. Anehnya aku hanya bisa ekspresi pada Rose, dia terkadang seperti ibu, kakak, atau bahkan ayahku, dia paket komplit, aku sangat menyayangi nya.
Setelah itu kami berkemas dan besok paginya langsung pergi ke istana utama. Aku diberi kamar yang mungkin seperempat dari kamar di kediamanku. Didalam kamar ada kasur single bed, dengan lemari berwarna coklat yang tampak biasa, jendela tanpa balkon, tirai berwarna biru langit, untungnya masih ada kamar mandi di dalam kamar ini. Letak kamar ku juga berada cukup jauh di banding dengan anak kaisar yang lain. Terasa seperti di asingkan, tapi ini cukup nyaman karena tidak ada orang di sekitar sini dan kamar Rose sangat dekat. Aku sempat berpikir mungkin ini kamar untuk kepala pelayan, karena ini sedikit lebih mewah dari kamar pelayan biasanya. Waktu makan malam pun tiba, aku dan Rose harus pergi ke ruang makan utama.
Ketika pintu di buka yang kulihat adalah seorang pria dengan rambut putih dan mata merah yang menatap ku dengan tajam. Ku yakin dia adalah ayahku. Mata merah adalah ciri khas keluarga kekaisaran, tapi aku sendiri berbeda. Sebelumnya ada rumor beredar bahwa aku bukanlah anak kaisar karena aku satu - satunya anak kaisar yang memiliki mata emas. Tapi karena kaisar sangat mencintai ibuku, beliau berkata bahwa aku adalah anaknya. Kaisar memanggil penyihir dan tabib untuk memeriksa mataku yang berbeda warna, mereka bilang aku buta. Rumor ini langsung ku dengar saat tiba di istana utama, para pelayan sibuk bergosip ketika mereka melihat ku. Selama perjalanan itu Rose terus menggenggam tanganku dengan erat, dan berkata omong kosong seperti hari ini kita makan apel yang di petik dari kebun belakang, kuda yang membawa kita sangat cantik. Aku tahu dia seperti itu agar aku tidak mendengar para pelayan itu.
"Duduklah." ucap pria dengan mata merah yang menatapku tajam. Meja makan ini sangat panjang, ada 20 tempat duduk yang hanya di duduki oleh 1 orang pria dewasa dan 4 anak kecil termasuk aku. Aku duduk di sebelah anak perempuan dengan kulit coklat, mata merah dan rambut hitam panjang yang mengenakan dress hitam metalic. Terlihat sangat cantik. Tapi yang lebih ingin ku lakukan adalah bertanya dimana para ibu berada ? kenapa tidak makan bersama kita ?
Makan malam itu berakhir singkat tanpa percakapan. Kaisar keluar pertama setelah menyelesaikan makan malamnya, lalu di susul orang anak laki - laki dengan rambut putih yang hampir menutupi matanya, berkulit putih dan yang pasti memiliki mata merah. Ku yakin dia adalah Algio Eld Elyion, putra mahkota, anak dari sang ratu, karena hanya dia yang kehidupanya di ceritakan di dalam buku yang ku baca di perpustakaan. Lalu kedua orang di samping ku ini, yang perempuan sudah pasti Malvina Eld Elyion dan anak laki - laki di sampingnya adalah sang adik Vincent Eld Elyion. Anak kecil yang terus memperhatikan kakaknya itu terlihat imut dengan rambut putih, mata merah dan kulit putihnya. Beruntung aku selalu memperhatikan pelajaran yang di berikan Marquis Hils, meski awalnya aku sempat benci karena mengurangi waktu membaca buku di perpustakaan. Tapi aku berterimakasih sekarang aku tidak terlihat bodoh.
"Ayo Cent kita pergi, sebelum kita mendapat penyakit kumuh." ajak Malvina sambil menarik tangan adiknya.
Tunggu sebentar, penyakit apa itu ? Ku tarik kembali pujian yang mengatakan bahwa kau cantik.
Rasanya aku ingin menjambaknya, tapi tidak bisa Oriana tidak seperti itu. Jadi aku hanya bisa menghela napas, dan keluar dari ruang makan setelah mereka keluar. Di luar Rose sudah menunggu untuk mengantar ke kamar. Dalam perjalanan Rose terus menatap ku.
"Kenapa?" Aku bertanya pada Rose yang terlihat penasaran.
"Apa di dalam ada kejadian tidak menyenangkan, tuan putri?" jawabnya ragu
"Apakah terlihat di wajah ku?" tanyaku dengan wajah datar
"Orang lain tidak akan tahu, tapi saya bisa melihatnya dengan jelas. Mau sedatar apapun wajah putri Ana, saya tetap bisa merasakan emosi putri." jawab Rose sambil tersenyum.
"huuuh, aku emang tidak bisa menyembunyikanya di hadapanmu. Malvina, ku yakin dia utusan ula..." belum selesai berkata, Rose langsung menutup mulutku dengan kedua tanganya, dan melihat ke sekitar.
"Tuan putri tidak boleh berkata seperti itu, meskipun kedudukan kalian sama. Kita kita tahu apa yang akan terjadi jika ada yang mendengarnya." ucapnya cemas.
Aku baru menyadarinya setelah Rose berkata seperti itu, di dunia ini kita tidak bisa asal mengatai keluarga bangsawan apalagi itu keluarga kaisar, tapi kan aku juga keluarganya. Apa karena ibuku bukan dari kalangan bangsawan ? yang namanya kasta ini sungguh menyebalkan.
Esok harinya, sarapan akan di antarkan ke kamar ku oleh Rose. Setelah sarapan tempat yang ku tuju adalah perpustakaan. Ku yakin di sini pasti memiliki buku yang lebih berkualitas di banding perpustakaan lama ku. Di perpustakaan yang dulu putra mahkota hanya di ceritakan saat dia lahir saja, bukankah itu sangat kurang untuk di jadikan buku sejarah.
Setelah berputar aku dan Rose akhirnya menemukan perpustakaan istana utama, yang terletak di tengah istana dengan di kelilingi taman bunga dan air mancur di depannya. Di samping perpustakaan ada tempat untuk minum teh. Bentuknya seperti sangkar burung yang besar tanpa pintu yang di selimuti oleh tumbuhan menjalar dengan bunga ungu kecil sebagai pemanis, meja bulat berwarna putih dan 4 buah kursi berwarna senada. Tapi ku urungkan niat ku ke sana karena ada hal yang harus ku lakukan yaitu mencari tahu dunia ini. Aku sudah cukup tahu tentang keluarga kekaisaran dan pengikutnya.
Saat memasuki perpustakaan aku melihat ada seorang pria yang berpakaian seperti butler dan sepertinya dia penerima tamu. Aku tidak begitu memperdulikanya, dan dia juga hanya melihat ku. Di perpustakaan ini ada banyak macam jenis buku yang belum pernah ku lihat, bahkan ada yang menggunakan bahasa lain.
Di perpustakaan yang sebelumnya hanya terdapat 10 diary pendahulu dan tidak lengkap, seperti diary Kaisar ke XX hanya ada yang ke 2, entah lah aku belum menemukan yang pertama. Lalu milik Kaisar pertama saja hanya ada bagian dimana dia belum memimpin negara. Aku juga mengetahui kemampuanku saat membaca dari sana.
Kaisar pertama juga memiliki kemampuan seperti ku, melihat masa depan dan masa lalu seseorang hanya dengan melihat orang itu. Bedanya beliau tetap memiliki mata yang berwarna merah. Anak kaisar ke XX juga memiliki warna mata sepertiku, dia diasingkan oleh sang ayah karena tidak mau anak perempuanya mengambil hak kaisar. Saat sang putri lahir, para pendeta tau bahwa anak itu di beri karunia oleh dewa matahari, sehingga matanya begitu bercahaya. Akibat pendeta yang berkata begitu beberapa orang di kekaisaran menganggap kalau saat anak itu mencukupi umurnya dia harus langsung menggantikan ayahnya, karena sang kaisar saat itu tidak memiliki kemampuan khusus apapun, hanya karena beliau anak tunggal jadi dia harus menjadi kaisar saat kaisar sebelumnya meninggal.
Awalnya kaisar ke XX sangat menyayangi putrinya itu, banyak orang bergosip mengatakan pergantian kaisar secepatnya karena negara ini sangat mengagungkan Dewa matahari. Setelah sering mendengar para pelayan berbicara satu-sama lain seperti itu, lama-kelamaan dia menjadi takut kalau tahtanya di rebut oleh anaknya sendiri, sehingga dia menyuruh seorang ajudan untuk membawa anaknya pergi dari kekaisaran ke tempat aku tinggal saat itu dan membunuh semua orang yang mengetahui bahwa putrinya adalah orang yang di beri berkat khusus oleh dewa. Karena hanya orang di kekaisaran dan pendeta yang mengetahui hal itu. Setelah itu aku tidak tahu kelanjutanya karena hanya sampai di situ. Dan… seorang ayah menulis diary tentang penelantaran anak oleh dirinya sendiri, dia cukup percaya diri.
Aku juga mencari sosok ibu saat anaknya di pindahkan begitu jauh dari pandanganya. Entah kenapa aku susah sekali melihat para ibu di kekaisaran ini, di diary yang ku baca pun bahkan tidak ada cerita seorang ibu. Semoga aku bisa mendapatkanya di sini.
Di perpustakaan ini ada 5 lantai, di setiap lantai memiliki arsip yang berbeda. Aku juga tidak terlalu tahu hal apa saja yang di simpan, karena aku baru memasuki perpustakaan hari ini. Yang membuat aku penasaran adalah lantai tertinggi di sini. Jalanya untuk mencapai lantai 5 cukup berbeda, kita harus pergi ke pojok perpustakaan lantai 1 di sana ada sebuah pintu, aku mengetahui jalan ini lewat diary yang di tulis kaisar pertama. Beliau berkata bahwa tempat paling indah di istana adalah lantai 5 di perpustakaan, kita bisa melihat seluruh wilayah kaisar dari atas, tempatnya tenang dan sangat nyaman untuk tidur siang tulisnya seperti itu. Jadi aku terus berjalan mencari pintu itu, sesaat aku menemukanya dan memembuka pintu itu. Ada tangga berputar seperti menaiki menara, ini masih siang tapi cukup gelap. Tidak ada cahaya yang masuk, tapi saat ku langkahkan kaki pertama di tangga itu seketika tembok di sekitarnya menyala seperti menerangi jalan. Ku pikir hanya orang yang memiliki sihir yang bisa menaikinya, ini lucu karena aku tidak pernah menggunakan sihir hanya meletakan kaki di anak tangga pertama sihirnya sudah aktif. Tapi saat sampai di ujung tangga lantai ke 5, pintunya terkunci. Sepertinya ini di kunci dengan sihir karena tidak ada lubang kuncinya. Saat ku ingat lagi pintu di awal tadi juga tidak memiliki lubang kunci, tapi aku bisa membukanya.
"Kau!! Bagaimana bisa sampai di sini ? Kau bisa melihat tangganya ?" ucap Algio, putra mahkota yang baru keluar dari ruangan itu dan masih memegangi gagang pintu seakan mau menutupnya dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang 2 buku yang cukup tebal, melihat ku dengan tatapan bingung serta tidak percaya.
"Ya ?? Aku kan tidak buta." jawabku sambil mengerutkan dahi dan memiringkan kepala.