Chereads / ONLY ON THIS TIME / Chapter 4 - 4 MANA YANG ASLI PART II

Chapter 4 - 4 MANA YANG ASLI PART II

Saat aku membuka mata yang ku lihat adalah kamar ku. Kamar yang tidak asing dengan cahaya matahari yang masuk dari jendela tepat di sebelah kanan kasur ku yang biasa ku buka saat aku tidur siang, dengan selimut tebal berwarna hitam. Semua yang berada di kamar ini memang berwarna hitam dari seprei, selimut, tirai, lemari, meja belajar , kursi, tapi untungnya tembok ini masih berwarna putih. Meja belajar yang sejajar dengan kepalaku tepat di samping kasur, dan lemari yang berada berseberangan dengan kakiku saat aku tidur. Inilah kamar di mana aku tinggal, tidak besar dan tidak memiliki kamar mandi di dalam kamar. Secepat itu aku kembali, aku bahkan belum bersenang - senang di sana, yang ku lakukan hanya belajar.

Baiklah aku harus bangun dan berangkat kerja kan ? Tunggu tapi sekarang hari apa ? aku langsung mengambil ponsel ku yang memang biasa aku letakkan di meja dekat kasur ku, agar aku bisa langsung mengambilnya. Hari sabtu, tapi tunggu ini berapa ? apa ponsel ku rusak. Ini tahun dimana aku baru memasuki SMA. Ini konyol, aku kembali ke masa lalu ku ?

Aku langsung berlari ke kamar mandi yang letaknya tepat berseberangan dengan kamar ku, yang ku ingat dan aku ingin tahu adalah bekas luka. Benar ini bekas luka yang sama seperti saat itu. Ada memar di area perut, luka bakar di lengan kiri, dan betis yang juga masih di perban karena rotan. Semua luka yang ku dapat dari kakak ke dua ku ini. Harusnya di rumah tidak ada orang, karena kakak pertama pergi bermain basket dan kakak ke dua ku pasti sedang berkumpul bersama temannya. Kedua orang tua kami yang terus bekerja, dan jarang pulang hanya bisa memberi kami uang setiap kami minta.

Rumah dengan 2 lantai yang terletak di perumahan elit di pusat kota, memang sedikit aneh karena hanya memiliki 2 lantai dan bangunan yang tidak terlalu besar di bandingkan dengan tetangga. Tapi halaman rumah ini sangat luas, bangunan rumah ini terletak di tengah dikelilingi taman, orang tua kami berfikir memiliki taman yang luas agar kami bisa bermain selama di rumah.

Di lantai 1 ada ruang tamu dapur, ruang televisi seperti rumah sederhana pada umumnya, dengan 1 kamar mandi. Orang tua kami bilang agar kami menghabiskan waktu bersama jadi di kamar kami tidak mendapat fasilitas dengan televisi dan lemari es seperti milik teman-teman kami yang tinggal si ini. Meskipun aku tidak punya teman di dunia ini, aku sering di bawa oleh kakak kedua ku bermain di rumah temannya, jadi aku cukup tahu bagaimana keadaan rumah tetangga kami.

Karena ini masih jam 3 sore, artinya masih ada sekitar 9 jam lagi sampai para kakak pulang. Di sini setiap akhir pekan orang yang membantu membereskan rumah kami selalu pulang kerumah mereka, dan akan kembali senin pagi, setiap di hari senin aku bangun mereka sudah ada. Di rumah kami ada 2 orang yang membatu menyiapkan makanan, dan 3 orang yang membantu membersihkan rumah serta mencuci pakaian.

Besok berarti hari pertama aku masuk SMA, hari yang paling aku benci karena ku pikir pembullyan yang di lakukan kakak ku sudah berakhir. Aku tidak boleh sampai mengulangi itu lagi.

Aku menyiapkan buku yang harus ku bawa dan ku letakkan di lemari bajuku, karena sebelumnya kakak kedua ku Winter kembali dan mengganggu. Setelah menyembunyikan buku pelajaran aku merasa mengantuk dan tertidur di kasur.

Ketika aku membuka mata aku sudah melihat Winter berdiri dengan menyilangkan tangannya di dada dan menatap ku dengan ekspresi marah. Dia selalu membuat ekspresi seperti itu setiap saat kita bertemu, mungkin karena kedua orang tuanya sangat menyayangi ku karena aku sudah mendapat juara sejak awal masuk sekolah dan aku merasakan perhatian mereka berlebih saat itu. Tapi itu bukan kemauanku diperhatikan seperti itu, aku hanya tidak mau mengecewakan orang yang sudah memberi makan, tempat tinggal dan pendidikan.

"Bangun kau dasar babi !!" ucapnya sambil menendang, ini salah satu alasan aku selalu menggunakan selimut tebal ini bahkan di cuaca panas pun. Tapi kebetulan ini cuacanya dingin jadi luka di tubuhku tidak terasa sakit. Sambil keluar Winter terus mengomel "CEPAT BODOH !! Sampai kapan kami akan terus menunggumu ?"

Setelah melihatmu sepertinya rasa lapar ku hilang, biasanya aku selalu lapar saat bangun pagi, aku jadi rindu masakan Rose. Tapi karena aku berasa di sini berarti aku tidak bisa menemui Rose lagi.

Aku langsung bangun dan mengganti bajuku dan mengambil buku pelajaran di lemari bajuku. Seragam yang ku pakai ini kebetulan memang memiliki warna hitam di bagian dasi dengan bentuk pita yang di tengahnya terdapat hiasan seperti pertama, blazer khusus musim dingin dengan dengan panjang dan logo sekolah di sebelah kanan dada, dan rok di atas lutut yang berwarna hitam. Aku biasa menggunakan kaos kaki panjang, karena cuaca yang cukup dingin. Aku juga mengikat rambut ku yang hitam dan panjang , dan menata poni ku, dengan seragam yang serba gelap ini membuat kuli ku yang putih semakin terlihat jelas. Tapi karena ini musim dingin aku juga memakai coat berwarna coklat panjang yang bisa menutupi sampai betis ku dan syal berwarna fossil. Aku mengenakan tas ransel hitam ku dan keluar kamar. Ku lihat kakak pertama ku Lucid menunggu sambil bermain ponsel dan duduk di kursi bawah dan Winter kakak kedua ku berdiri tepat di depan pintu kamar ku.

Kami turun dan pergi ke sekolah bersama, ini adalah syarat agar kedua kakak ku tetap bisa mendapat uang jajan. Sopir mengantar kami ke sekolah, tapi di persimpangan sebelum sampai di sekolah biasanya Winter selalu minta kepada sopir agar menurunkan kami, dia bilang ingin berjalan saja bersama, jaraknya sekitar 10 menit. Kami selalu berpisah, aku selalu berada jauh di belakang mereka agar para murid di sekolah tidak mengetahui jika kami bersaudara. Winter sangat benci jika ada yang tau dia adalah kakakku.

Orang tua kami selalu ingin kedua kakak ku menganggap aku sebagai adiknya dan harus saling menyayangi, mereka sering menanyakan kegiatan kami kepada orang yang bekerja di rumah. Jadi kami selalu terlihat baik di hadapan orang yang bekerja di bawah orang tua kami, dan CCTV di rumah.

Kakak pertama ku Lucid berada di kelas 3, dia sibuk dengan urusan klub basket dan ujian karena dia memiliki tubuh tinggi dan badan yang bagus, aku sering mendengar hampir setiap hari ada wanita yang menemuinya dan setelah itu pergi menangis. Lucid memiliki wajah seperti ayah, meskipun memiliki mata sipit seperti ibu tatapan dinginya tidak membuat wajahnya di takuti justru semakin terlihat keren dengan pembawaan yang memang pendiam. Sedangkan kakak kedua ku Winter berada di kelas 2. Dia memiliki mata yang sama besar seperti ayah, karena pencampuran antara ayah dan ibu awalnya ku pikir dia seperti kucing. Saat pertama kali bertemu dia memiliki mata yang bulat rambut yang di tata rapi, kulit putihnya membuat bibirnya terlihat merah. Dari awal bertemu dia memang sudah tidak menyukai ku. Ketika awal pertemuan saja, aku sudah di dorong olehnya hingga jatuh tersungkur di hadapan ayah dan ibu angkat ku. Dia langsung di marahi dan berlari ke kamar. Saat ini pun dia terus menunjukan wajah tidak sukanya padaku. Dan apa yang di lakukan Winter kepadaku Lucid tidak pernah ikut campur, bisa di bilang dia tidak perduli apa yang terjadi asal tidak merugikan dirinya.

Karena ini adalah hari pertama ku masuk SMA, ini juga hari pertama ku bertemu dengan Airin dia orang yang pertama kali mengajak berbicara saat di dalam kelas.

Begitu masuk ke kelas ini lagi untuk yang pertama kali di waktu ini, aku tetap duduk di belakang pojok kanan dekat dengan pintu keluar dan jendela yang selalu terkunci di atas kepalaku. Di kelas kami ada 1 pintu di depan samping papan tulis dan di belakang kursi baris terakhir. Jendela di kelas kami tidak pernah di buka, karena akan ada suara di luar kelas yang masuk dan mengganggu pelajaran jadi selalu di kunci dan tertutup tirai. Guru kami bilang tirai harus selalu di tutup saat pelajaran karena takut muridnya akan melihat kearah lapangan yang bertepatan di samping kelas dan kami memang bisa melihatnya dari jendela kelas.

Airin adalah seorang wanita cantik dengan kulit putih selalu menggunakan style rambut bob, dan gaya biacaranya yang halus, selalu bersikap ramah serta memainkan tangannya saat berbicara dan itu terlihat imut. Airin selalu sukai banyak orang dan para guru, seingat ku tidak ada yang membencinya. Tapi aku hanya berteman dengannya selama 2 hari, setelah itu aku benar-benar tidak memiliki orang yang bisa ku ajak bercerita.