"Jadi cerita itu benar!! Kau benar adikku!!" teriak Algio dengan menjatuhkan buku tanpa sadar dan langsung memeluk ku.
"Bukan kah Malvina dan Vincent juga adik anda ?"
"Tidak-tidak mereka berbeda. Kemari" sambil menarik tanganku dan masuk ke ruangan itu. Saat masuk aku merasakan hembusan angin dan aroma wangi bunga. Lalu aku di bawa jalan ke samping jendela yang letaknya cukup jauh dari pintu, kita harus mengitari tumpukan buku yang sepertinya telah di baca, ini cukup berantakan. Banyak buku bertumpuk dari awal aku masuk sini, tapi raknya tidak ada yang kosong, atau mungkin ini buku yang baru di beli ?
Ada 1 meja yang cukup besar mungkin bisa cukup untuk 10 orang tapi hanya ada 4 kursi di samping, tepat di belakang itu ada jendela yang sedang terbuka, kami duduk di dekat jendela. Sesaat setelah duduk mataku tidak bisa lepas dari indahnya taman bunga di samping perpustakan. Aku langsung berdiri dan melihat keluar. Ada berbagai macam bunga di sana, dan wanginya sampai ke sini. Saat sampai di kaisar aku belum sempat untuk keliling istana, bahkan pelayan di sini tidak ada yang menyarankan untuk membawa ku berkeliling, menyapa ku saja tidak. Mereka hanya sibuk menggosipkan aku. Karena Rose juga baru pertama kali ke istana jadi dia tidak begitu tahu tentang susunan bangunan nya, aku harap Rose segera hafal sehingga aku bisa berjalan bersamanya.
"Tadi putra mahkota bilang aku adik anda, maksudnya apa ?" Tanyaku sambil berbalik duduk dan melihat Algio sedang menyiapkan teh.
"Jangan panggil aku seperti itu, panggil saja aku Algio. Tapi aku lebih suka kau memanggilku kakak." Jawabnya sambil menyerahkan teh dan duduk di sampingku dengan senyuman hangat di wajahnya.
"Apa benar aku boleh memanggil anda kakak?" tanyaku ragu.
"Tentu saja! Kau tau Malvin dan Cent, mereka bahkan tidak bisa melihat pintu yang mengarah ke tangga. Kenapa ? karena hanya orang yang memiliki sihir cahaya yang bisa melihatnya. Hampir semua di istana ini di kunci dengan sihir cahaya, karenanya hanya keturunan dengan berkat dewalah yang diberi akses. Mungkin sekitar 5 tahun lalu aku, Malvin dan Cent datang ke sini untuk pertama kali. Awalnya aku juga tidak tahu kalau ternyata di sini banyak sekali di kunci dengan sihir. Hanya aku yang bisa melihat pintu di lantai satu. Setelah aku tahu mereka tidak bisa melihat, aku pulang bersama mereka dan esoknya kembali kesini sendiri untuk membuktikan bahwa aku tidak salah lihat. Daann… taraaa aku bisa membukanya bahkan sampai ke sini, di lantai ini hanya ada diary pendahulu. Buku yang kau lihat berserakan dan tertumpuk di lantai, itu aku ambil dari lantai bawah. Aku tidak begitu suka saat membaca dengan banyak orang. Setelah aku banyak membaca buku harian keluarga kaisar sebelumnya, aku jadi menganggap bahwa orang yang bisa ke sini sudah pasti kita keluarga." jawabnya sambil meminum sedikit teh. Aku tidak tahu kalau dia suka bercerita seperti ini. Di awal pertemuan dia terlihat tidak menyukai ku, pendiam dan tidak peduli terhadap sekitar.
"Aku tahu kau tidak buta, semua rumor yang di sebarkan itu palsu. Anak dengan karunia terbanyak yang diberi oleh dewa. Tapi karena terlalu banyak mendapat perhatian dan bisa menimbulkan kontrofersi jadi kamu harus di asingkan. Ayah juga sepertinya tidak begitu peduli dengan peraturan itu."
"Peraturan?"
"Kau tidak tahu, bukankah kau di ajarkan oleh Marquis HilS ?" tanya Algio, tapi aku masih tidak mengerti dan hanya memiringkan kepala dengan ekspresi datar.
"Ahh.. baiklah sepertinya marquis juga tidak tahu, jadi karena aku satu-satunya informan paling mengerti sekaligus kakakmu, aku akan jelaskan. Dulu saat kaisar ke XX mengusir putrinya yang memiliki kemampuan sama sepertimu karena dia pikir putrinya bisa merebut tahtanya, dia membuat peraturan dimana keluarga kekaisaran hanya memiliki anak dengan mata merah. Anak yang memiliki mata emas harus di hukum mati karena dia bisa menjadi penghianat. Tapi peraturan ini hanya di ketahui di dalam istana, kau tahu kan bahwa orang yang mengetahui putri kaisar ke XX mendapat berkah akan langsung di eksekusi saat itu juga."
"Dari mana kakak tahu kalau aku mengetahui cerita itu?"
Sambil tersenyum dia menjawab "Karena cerita kaisar ke XX yang menceritakan tentang putrinya itu tidak ada di sini. Apa kau tau kenapa bisa ada diary kaisar di perpustakaan kediamanmu ? Dan bagaimana aku bisa tahu ? Aku hanya menduganya saja, tapi itu benarkan ?"
Aku hanya bisa diam mentapnya.
"Itu karna istri kaisar ke XX yang membawanya, dia ingin memberi tahu putrinya bahwa tidak ada harapan untuk ayahnya dapat kembali menyayangi putri kecilnya. Itu juga menjadi salah satu alasan kenapa ibu kita tidak bisa bertemu dengan kita sampai saat ini. Sejak awal melahirkan, kita langsung di pisahkan dengan ibu, karena takut akan ada persekongkolan untuk menggulingkan kaisar. Peraturan ini juga di buat oleh kaisar ke XX, karena menganggap istrinya membela anaknya dan mau membawa sang putri naik tahta. Istri kaisar ke XX yang membuat kediamanmu beliau adalah penyihir yang hebat terkenal si seluruh angkatan di menara penyihir, tapi sayang itu hanya menjadi rumor sekarang. Agar para penyihir hebat tidak meninggalkan menara. Kau tau kan penyihir dan pendeta itu netral tidak berpihak kepada kekaisaran, atau pun yang lain. Aku lanjutkan cerita putri lagi.
Awalnya putri itu di perintahkan untuk di bunuh tapi karena ibunya terus memohon agar tidak di bunuh dan berjanji anaknya tidak akan keluar dari kediaman dan hidup seperti orang mati. Maka dari itu kaisar menyuruh ajudan untuk membawa putri ke kediaman itu. Kediamanmu itu di bangun menggunakan sihir, tidak akan rusak walau beratus-ratus tahun. Apa kau tahu kenapa rumor mengatakan kalo Oriana itu buta ? karena ayah sangat menyayangi ibumu. Dan ibumu sangat menyayangimu, aku cukup kaget setelah mendengar itu. Kenapa ibumu yang kalangan rakyat biasa mengetahui kediaman itu ? Ibuku yang anak Duke saja tidak tahu. Selain orang yang bisa memasuki perpustakaan ini, ku yakin tidak ada yang tahu tentang kediaman itu. Satu kemungkinan yang pasti, ayah sendiri yang memberi tahu cerita itu sebelum kau lahir. Kau tahu kalau ayah kita itu suka bercerita dengan orang yang dia suka, mungkin sifat itu di turunkan padaku. Jadi para pendeta dan penyihir juga membantu mengatakan bahwa kau buta dan harus di asingkan agar tidak mencemari nama baik kekaisaran. Kau tahu kan kalau kekaisaran ini tidak boleh memiliki cacat. Jadi rumor itu memang sengaja di sebar untuk menjaga kamu tetap hidup"
"Apakah putri kaisar ke XX akhirnya di bunuh ?" tanyaku penasaran.
"Tidak dia hidup di kediaman itu sampai usia 58 tahun meninggal karena sakit. Dari yang kudengar dia sakit karena terjatuh saat menunggang kuda. Pelayannya sangat memanjakan beliau, apapun yang di inginkan pasti diberi, sayangnya setelah beliau meninggal semua pelayan di situ juga harus di mati. Saat dia di kediaman itu semua pelayan tidak boleh keluar sama sekali, bukankah di sana sangat lengkap ? Peternakan, kebun, ku yakin untuk memenuhi kebutuhan ada semua di sana, benarkan ? Bahkan pakaian juga di bikin sendiri kan ?" Algio bertanya sambil menatap ku dengan cangkir di tangannya.
"Ya itu benar, kami tidak di perbolehkan keluar saat sudah masuk di sana. Penjaga pintu juga tidak di perbolehkan masuk, mereka di beri penginapan di luar kediaman. Saat aku keluar untuk pertama kalinya, kusir yang mengantar ku tidak boleh melihat kami. Apakah jika aku ke sini, semua pelayan di kediamanku akan di bunuh ?" jawabku jujur.
"Tidak, belum mungkin. Karena kau masih hidup, dan kau bisa suatu saat kembali kekediaman itu. Aku yakin para pelayanmu di sana juga tidak di perbolehkan keluar, meski kau di sini. Karena itu sudah menjadi salah satu syarat mereka bekerja di sana. Kalau mereka sudah bekerja di sana artinya mereka setuju. Aku juga cukup kaget mendengar ada sekitar 20 orang yang bekerja di sana. Saat putri kaisar XX tinggal di sana, hanya ada 3 orang pelayan. Seorang koki, pelayan pribadi yang mengurus pakaian serta permandian, dan tukang kebun"
"Dari mana kakak tau itu semua?"
"Saat aku berjalan-jalan sebentar karena tidak bisa tidur aku mendengar ayah berbicara dengan seseorang di ruang kerjanya. Ku yakin dia mata-mata yang dikirimkan ke kediamanmu."
Aku terdiam dan mengingat kembali di kediamanku, sepertinya tidak ada orang mencurigakan, atau karena aku tidak terlalu peduli.
Dengan wajah serius Algio bertanya"Ada satu hal yang mau ku tanyakan, ku ingin kau menjawab dengan jujur" Aku hanya mengangguk.
Lanjutnya "Kau… bisa melihat masa lalu dan masa depan kan dengan mata itu ? Apa kau sedang melihatnya sekarang?"
Aku menjawab tanpa ekspresi "Ya aku bisa melihatnya, masa lalu yang ku lihat sekarang kakak kelihatan berumur 5 tahun, sedang berlatih pedang dengan seorang pria dewasa…"
"Tidak bukan masa lalu, aku mau tau masa depanku." Potongnya sambil memegang pundak ku.
"Em.. Kakak sepertinya sedang belajar mengenai lingkaran sihir ?"
"Ya benar, apakah akan berhasil ?"
"Aku tidak tahu."
"Kau tidak bisa mempercepat penggelihatanmu?"
"Entahlah, aku tidak pernah melakukan itu."
"Bagaimana kalau ke akademi saja? Ada seorang guru yang sangat pintar di sana. Malvin dan Cent juga ada di sana, aku akan minta pada ayah agar kau bisa mulai masuk besok." Ucapnya sambil tersenyum lebar. Tidak ada jawaban yang ku berikan. Karena cukup lama mengobrol dan hari sudah sore, maka aku pamit untuk kembali ke kamar untuk persiapan makan malam bersama.
Di ruang makan hanya ada aku seorang, datang terlambat untuk kedua kali itu namanya bodoh maka dari itu aku memang sengaja datang lebih awal untuk menyambut mereka nanti. Orang pertama yang datang adalah 2 bersaudara anak selir Leily, Vincent dan Malvina. Dari awal datang Malvin sudah menyerangku dengan tatapan sinisnya sembari menggandeng adiknya yang terus menatap lantai di bawah. Setelah itu ayah dan kak Gio datang, kita semua duduk tanpa berbicara dan menghabiskan makan. Ku pikir seperti itu, tapi tiba-tiba di tengah kita sedang minum teh setelah makanan utama selesai ayah berkata "Kau mau masuk ke akademi Ana ?"
Malvin langsung menatap ku degan tajam, aku takut bola matanya melompat kecangkir.