Chereads / DISAAT AKU HARUS MEMILIH / Chapter 3 - Pergumulan Batin.

Chapter 3 - Pergumulan Batin.

Tut…..tut….tut…. bunyi pesan singkat masuk di ponsel jadul Revan, saat ia baru masuk kamar kost dekat bundaran tugu pahlawan tak dikenal, sekilas Dia melirik sms di ponsel jadul miliknya. Ternyata ada pesan masuk dari Sensi

"yang udah nyampe belum"

"ni baru nyampe, udah bobo yah" secepat kilat tangannya mengetik pesan singkat

"Belum, masih nuggu kabar dari kamu"

"ya udah kita bobo aja, aku capai sayang"

"oke sayang, good night, I love you"

"I love you too and God Bless You"

Hati sang pemuda berwajah timur lagi gembira, senandung lagu Somewhere Between menemani tidur malam. Perlahan Dia membaringkan diri di tempat tidur beralaskan kasur yang sudah mulai lapuk. Cinta yang baru saja bersemi. Perlahan Dia berusaha melupakan Sisca Anastasia yang selama ini selalu mengganggu mimpi indahnya. Dia sudah bulatkan tekad untuk mempertahankan cinta yang baru bersemi ini, melupakan kenangan lama, menhapus nama Sisca dari bingkai hidup dan menguburkan dalam-dalam.

"Sisca, biarlah kenangan indah bersamamu pergi bersama dirimu" ucap Revan membatin.

********

Sementara itu di tempat lain sudut kota ini, di pinggiran kota Sioux, Sensi masih terjaga dari tidur malamnya. Kenangan buruk di malam kelam terus menghantui dirinya. Dia merasa takut kehilangan pemuda berwajah timur, hanya karena dirinya tidak perawan lagi. Biasanya seorang wanita akan mempersembahkan barang berharga, kesucian yang selama ini dijaga buat suami tercinta. Terjadi peperangan batin yang dasyhat.

"Tuhan... mengapa aku harus bertemu dengan Dia, aku takut Dia pergi.... Aku takut kehilangan dirinya... Tuhan…. Aku sangat mencintai Dia, ….. tapi apakah Dia kelak mau menerima keadaan diriku"

"jangan takut Sensi….. bukankah kamu sudah jujur pada Dia" suara batinnya terus bergemuruh. Hatinya diliputi kegalauan. Seribu satu macam pertanyaan dan rasa sesal, marah dan kecewa pada keaadaan dirinya terus bergulat. Untuk mengusir segala macam rasa yang terus berkacamuk, Da mengambil air wudhu untuk sholat tahajud menenangkan diri yang lagi galau sekaligus mohon kekuatan dari Allah atas segala macam persoalan hidup yang mendera dirinya. Ada rasa kedamaian dan ketenangan meliputi dirinya setelah melaksanakan ibadah sholat tengah malam atau Sholat tahajud.

Ting …. Tong… sebuah pesan singkat masuk di ponselnya. Dengan segera Dia menyambar ponselnya yang terletak di atas meja belajar kamar tidur. Sesaat Dia membaca dengan penuh perasaan. Air mata haru dan bahagia terus berguguran, bias-bias kebahagiaan merajut, menelusuk sampai di relung hati terdalam.

"Saat kamu sedang bermimpi dengan hati yang hancur, bangun adalah bagian tersulit., Aku tidak bosan mencintaimu dan Jangan pernah menyakitiku yang sangat mencintaimu karena hati ini tidak akan menyakitimu, untuk itu hargai dirimu sendiri, janganlah menangisi keterpurukan ini, krena Setiap hati memiliki rasa sakit. Hanya cara pengungkapannya saja yang berbeda. Aku tak akan pernah berhenti mencintaimu, walau kadang cinta ini tersandung kisah dulu, maka aku mohon supaya kamu jangan pernah lagi menoleh ke belakang. Lupakan segalanya, lupakan kisah kelam itu, demi cinta yang tak pernah pudar. Aku akan menerima keadaan dirimu seperti yang ada sekarang. I love u sayang…"

"Revan… aku juga mencintaimu terima kasih atas segala pengertian, cinta dan kasih sayangmu. Aku juga berjanji pada diriku, akan terus mencintaimu sampai kapanpun. Tapi bagaimana dengan agama kita berbeda" perasaaan terharu menyelimuti dirinya.. Sensi bergumam sendirian sambil membalas pesan singkat dari kekasihnya ini. Dia terus berulang kali membaca sms tu. Kabut kedukaan dan rasa keterpurukan telah berlalu bersama masa lalu. Semua telah dikuburkan Dia dalam-dalam. Seberkas cahaya kebahagiaan menggantikan kabut kedukaan ini. Matanya berbinar-binar terpancar dari wajah cantik nan anggun. Pingin rasanya memeluk kekasihnya ini jika Dia berada didekatnya untuk memberikan ciuman nan mesra penuh kasih, sambil berbaring Dia terus menatap henti-henti foto seorang pemuda yang diambilnya minggu lalu secara sembunyi. Ada gambar seorang pria memikul tas punggung penuh koran menjadi background ponsel dan laptopnya.

"ternyata Dia tampan juga yah, rambutnya bergelombang bagaikan gulungan ombak menghempas pasir di pantai, wajahnya keimutan, kulitnya agak gelap tipikal kulit orang timur. Dan mata itu… terlalu tajam menakluk setiap wanita yang memandangnya. Senyum sumringah merekah di bibirnya.Sensi terus hanyut dalam lamunan panjang dan akhirnya Dia terlelap dalam mimpi indah.

********

Semburat cahaya mentari menelisik masuk lewat ventilasi kamar menyambut pagi yang indah. Awan Gemawan bertaburan laksana permata menghiasi cakrawala. Segerombolan burung Pipit berkicau merdu di atas pohon mahoni sambil beterbangan kian-kemari menyambut datang mentari pagi. Revan baru saja bangun, hampir semalam suntuk Dia duduk menyendiri di sudut kamar, bergulat dengan kegelisahan. Tak sedetikpun Dia memejamkan mata. Hatinya lagi galau memikirkan perjalanan cinta yang baru saja bersemi.Ting.... sebuah pesan singkat menyerbu masuk, saat Dia mengaktifkan ponsel jadul miliknya.Revan merasa terharu, saat membaca pesan singkat itu.cinta yang selama ini hilang telah datang. Tapi ada keraguan besar dalam dirinya, mungkinkah cinta ini bisa bertahan. Ada begitu banyak perbedaan Diantara mereka. Ada banyak hal yang membuat mereka berdua merasa galau dengan perjalanan cinta yang baru saja mekar. Dia menarik nafas panjang, sesekali menyeruput kopi yang tinggal separoh gelas. Larangan dari kekasihnya untuk mengurangi kopi tak dihiraukannya.kopi dan rokok sarana untuk menghilangkan stress yang dialaminya. Abu rokok berserakan begitu saja di lantai kamar kostnya. Dalam kegalauan ada keberanian untuk melangkah maju, meraih impian bersama gadis impian masa depannya. Dia sudah membulatkan tekad untuk tetap menjaga cinta ini walau ada banyak perbedaan. Seperti ada pepatah kuno mengatakan cinta menyatukan segalanya. Semua karena cinta. Dan perbedaan agama bukanlah penghalang untuk menyatukan cinta mereka berdua yang baru saja bersemi.. Dengan cepat Dia membalas SMS tersebut

"Terimakasih sayang, aku juga selalu mencintaimu. Jangan pikirkan soal agama, biarlah kita jalani cinta ini bagaikan air mengalir, kau selalu ada untuk aku. Tuhan sengaja menciptakan kita di bumi ini dengan perbedaan. untuk kita ciptaannya di dunia saling mencintai dan saling mengasihi. Antara Lonceng Dan adzan

Antara kalung salib dileherku dan Tasbih di tangan mu. Antara Dahsyat Syafaat dan Manis syahadat. Tapi satu Yang Ku percaya antara Genggaman Tanganku Dan sujudmu,kita pasti akan bertemu di amin Yang Sama, disini aku menunggumu demi cinta dan masa depan kita.ucap Revan dalam pesan singkatnya. Sebuah lagu dari wilayah Timur bernuansa cinta beda agama yang dpopulerkan Vicky Salamor, terdengar dari sebelah kamar Riky teman kost yang kuliah di fakultas kelautan dan perikanan turut menambah semarak di pagi itu.

"Sekarang dan selamanya Beta yakin cuma ale Yang terbaik Paling terbaik

Cinta su di tengah jalan Seng mungkin beta akhiri Hubungan ini Nona jantong hati

Biar orang tau katong berbeda sayang Tapi beta tetap cinta Walau beda agama

Terserah dong semua Mo bilang apa di balakang Beta seng paduli Beta tetap cinta

Nona par beta se anugerah Dari Yang Kuasa Percaya beda keyakinan Tapi se takdir for beta

Doa par nona tulus suci Mau sehidup semati Katong pung cinta Satukan perbedaan

Sekarang dan selamanya Beta yakin cuma ale Yang terbaik Paling terbaik Cinta su di tengah jalan Seng mungkin beta akhiri

Hubungan ini Nona jantong hati Biar orang tau katong berbeda sayang

Tapi beta tetap cinta Walau beda agama Terserah dong semua Mo bilang apa di balakang

Beta seng paduli Beta tetap cinta Nona par beta se anugerah Dari Yang Kuasa

Percaya beda keyakinan Tapi se takdir for beta Doa par nona tulus suci Mau sehidup semati

Katong pung cinta Satukan perbedaan Aa-aa-aa Biar orang tau katong berbeda sayang

Tapi beta tetap cinta Walau beda agama Terserah dong semua Mo bilang apa di balakang

Beta seng paduli Beta tetap cinta Nona par beta se anugerah Dari Yang Kuasa

Percaya beda keyakinan Tapi se takdir for beta Doa par nona tulus suci Mau sehidup semati

Katong pung cinta Satukan perbedaan Katong pung cinta Satukan perbedaan

Revan termangu dalam lamunan panjang. Sebait lagu cinta beda agama dari kamar sebelah begitu menjiwai seluruh perasaannya. Suara penyanyi yang merdu dengan lyrik bernuansa beda agama menggetarkan seluruh jiwa. Hatinya bergetar, cinta beda agama menambah kegalauan di hati dan perasaan yang lagi galau.

"Tuhan..... Mungkinkah aku bisa memiliki Dia, tapi aku percaya bahwa rancangan-Mu, bukanlah rancangan ku. Biarlah kehendak-Mu terjadi atas diri kami berdua.'ucap Revan membatin sendiri.

********

Kampus universitas negeri tak bernama, berdiri megah di pusat kota Sioux.di depan kampus berwarna biru tua, ada sebuah danau buatan dengan sebuah pulau kecil di tengah. Revan baru saja memarkirkan motor bututnya di parkiran yang luas.banyak kendaraan baik roda dua maupun roda empat terparkir rapi di halaman parkir. Juru parkir sibuk mengatur kendaraan yang keluar masuk parkiran.banyak calon mahasiswa baru yang datang dari bebagai daerah di seantero negeri ini, duduk bergerombol di pohon mahoni sambil mengisi formulir pendaftaran untuk mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru yang kali ini dilakukan secara online. Di bawah pohon Ketapang yang rimbun, Dia berhenti sejenak. Saat hendak melangkahkan kaki menuju gedung program pasca sarjana fakultas Pertanian universitas negeri tak bernama telinganya mendengar ada suara memanggil sebuah nama yang tidak begitu asing lagi. Revan berusaha menghindari Sensi dengan bersembunyi di balik pohon ketapang ketika melihat Sensi menoleh ke arah suara yang memanggil namanya tapi keburu terlambat.

"Sen.... Sensi, entar sore ada tugas praktek di rumah sakit" yang dipanggil menoleh ke belakang, sejenak matanya berpapasan dengan pengendara motor butut yang berdiri di parkiran, dengan tidak mempedulikan suara yang memanggil namanya, Dia lalu berjalan mendekati si pengendara motor butut.

"Rev.... Ngapain disini"

"Mau jualan"

"jualan ???" Sensi melihat ke arah motor butut yang terpakir di depannya, tak ada tas atau keranjang jualan seperti yang biasa digunakan oleh para penjual koran atau penjual lainnya. "katanya mau jualan kok gak ada tas atau keranjang, sebaiknya aku amati secara diam-diam apa gerangan yang dilakukan Revan di kampus ini" kata Sensi dalam hati

terus ngapain kamu disini"

"Mau masuk kuliah " jawab Sensi. Seberkas kerinduan mencuat di wajah cantik. Lama kedua berdiri bagaikan patung pahlawan tak dikenal yang berdiri kokoh di bundaran kota Sioux. Aroma-aroma asmara mulai menebarkan pesona. Kerinduan yang terputus sejak semalam kembali mencuat.Rindu yang terpendam kembali merekah. Sinar mata Revan bercahaya memandang gadis cantik impian masa depan yang berdiri lurus dihadapannya.

'aku sering jualan disini" ujar Revan mengagetkan Sensi

"Iya yahhh, tapi perasaan aku tidak pernah melihat kamu disini"

"iya … iyalah namanya juga pedagang asongan"

"Abis kuliah jam berapa Sen"

"Mungkin jam satu siang, tapi entar sore aku ada praktek di rumah sakit" jawab Sensi seraya merapikan rambut panjangnya. Sesekali Dia mengelap wajah dengan tissu.

"Terus mau ngapain" lanjut Sensi sambil melemparkan tisu bekas di tong sampah yang berada persis di depan Revan.

"Hmmmm.... Gak jadi deh"

"Memangnya kenapa"

"Cuma mau ngajak jalan -jalan"

"Lain kali aja yah, kalau ada waktu, aku akan main ke tempat kamu"

"kamu malu jika jalan bareng Ama aku hanya karena aku penjual koran" tanya Revan dengan nada sedikit emosi.

"Gak Rev, ngapain aku harus malu, aku gak pernah lihat orang dari pekerjaan, kedudukan ataupun status sosialnya, aku harap kamu jangan salah paham, aku sudah bilang entar sore ada praktek di rumah sakit. Andaikata kau mengetahui isi hati ini, kamu tahu gak, betapa aku sangat mencintaimu " ucap Sensi dengan suara serak. Ada mendung di matanya yang hampir menurunkan hujan di pagi itu.

Revan hanya mengangkat bahu. Dia kemudian meninggalkan Sensi sendiri.

"Rev…." panggil Sensi pelan. Dia takut kesalahpahaman ini bisa menimbulkan masalah. Dia tahu watak manusia Timur satu ini memang agak keras. Revan sepertinya tidak menghiraukan panggilan Sensi yang terus memanggil dirinya., Dia pun berjalan terus.

"Rev…. tunggu" Sensi berusaha mengejar laki-laki itu, sesaat kemudian Dia berhasil mensejajarkan badannya di samping Revan.

"Apalagi yang perlu dijelaskan, aku rasa semuanya sudah jelas. Kamu merasa malu jika jalan bersama aku" Revan berdiri menatap Sensi di depannya dan melihat ada mendung hitam bergelayut di mata indah itu.

"bukan begitu Rev, aku hanya sibuk dengan praktek di rumah sakit, aku harap kamu bisa memahami"

"oke Sen, aku terima alasan kamu"

"makasih sayang" senyum merekah keluar di bibirnya. Mendung yang tadi mulai gelap, berangsur-angsur cerah, secerah hatinya.

"Hssssttt.... Jangan panggil sayang-sayang, nanti ada yang dengar " ujar Revan seraya menempelkan jari telunjuk di bibirnya.

"Peduli amat, atau kamu ada pacar disini". Ada nada kecemburuan terbesit di wajah Sensi.

"Gak akan ada dan gak mungkin aku ada pacar disini, karena kamu telah hadir mengisi kekosongan jiwa ini" tegas Revan.

"Mulai gombal e...awas kalau ketahuan, kamu ada pacar, aku akan bunuh diri" ancam Sensi tegas.

"Yahhh udah, entar kalau udah keluar, SMS aku yah, biar aku jemput"

"Oke sayang, aku ke dalam dulu yah."Sensi kemudian meninggalkan Revan yang masih berdiri menatapnya dari belakang. Sensi pergi menjumpai sahabat karib, teman sekampus yang tadi memanggilnya.

"Siapa sih cowok yang tadi di parkiran tuh" tanya Lita sesaat setelah Sensi tiba.keduanya berjalan terus menuju gedung fakultas kedokteran yang berada di samping timur halaman parkir, berhadapan dengan gedung rektorat.

"Ohhh... Itu Revan temanku"

"Teman dekat atau jauh"

"Mau tahu aja, ini rahasia R…A…H…A…S…I…A ..... R…H…S

"Kayaknya Dia bukan orang sini deh"

"Iya, Dia berasal dari wilayah Timur"

"Pantas..."

"Pasti kamu mau bilang pantas black Khan"

Lita hanya tersenyum, menatap sahabatnya.sudah lama mereka berteman. Mungkin sejak mereka berdua masih mengenakan seragam putih merah. Diantara mereka berdua bagaikan saudara kembar. Wajah mereka berdua sedikit mirip, Walau tak setetes darah Sensi mengalir di tubuh Lita, atau sebaliknya.Sensi sering main ke rumah Lita, tapi sebaliknya Lita yang hampir tidak pernah main ke rumah Karena sensi sendiri yang menutup diri.

"Entar kita jalan bareng yah, kalau mau ke rumah sakit"

"Kayaknya aku gak ikut ta"

"Kenapa" ada tanda tanya besar bergayut di wajah Lita.

"Aku ada urusan penting "jawab Sensi datar. Lita tidak menjawab. Ada tanda keheranan besar di wajahnya. Sensi kok tidak seperti ini. sesaat kemudian mereka berdua telah sampai di gedung megah tersebut dan memasukinya.

Setelah urusan di kampus selesai kedua teman karib itu lalu berpisah dengan urusan masing-masing.Lita langsung kembali ke rumah, sementara Sensi menyelinap ke gedung pasca sarjana. Sejenak ekor matanya tadi sempat melihat pemuda timur ini memasuki gedung berlantai lima itu. Dari luar pintu berkaca gelap, Da mendengar suara seseorang.

"tesis anda sudah beres, persiapkan dirimu untuk mengikuti ujian, ooo iya saudara Revan, apakah anda bersedia bergabung bersama kami di kampus ini, anda akan diberi fasilitas yang memadai"

"terima kasih pak, saya lebih memilih kembali ke Timur untuk membangun daerah di sana"

"kalau begitu alasanmu, saya juga tidak memaksa anda"

"terima kasih pak, saya mohon permisi, mari "

"mari, silakan" Revan kemudian meninggalkan ruangan ber-ac. Sensi yang tadi mengintip Revan, cepat-cepat masuk toilet dan bersembunyi.

"ooo ternyata selama in Dia juga kuliah di sini, terus kenapa Dia bilang dirinya seorang penjual koran" ssensi terus bertanya dalam diam. Rasa kagum pada pemuda ini muncul dengan segera. Dia pemuda yang re4la hidup susah demi suksesnys kuliah. Ada perberbedaan besar dengan pria seusianya, mereka selalu mengikuti tren anak muda jaman now yang mengandalkan kekayaan orang tua untuk bisa bergaya sesuai mode jaman sekarang., tetapi Dia si pemuda Timur ini harus bergelut dengan keringat, membanting tulang demi sebuah cita-cita luhur. Masih sempat terngiang di telinganya saat Revan datang d rumah kemarin malam.

" biarlah untuk saat ini, kita konsen pada kuliah, setelah itu cari kerja dan aku akan datang melamarmu. aku akan membawamu ke Timur, meninggalkan Sioux, meninggalkan masa kelammu disini. Biarlah kita mengabdi di sana, membangun peradaban manusia agar setara dengan sesama di wilayah Barat Negeri ini, ehh ternyata Dia punya cita-cita begitu mulia. Membangun peradaban wilayah timur yang selama ini rata-rata penduduknya masih hidup dibawah garis kemiskinan. wlayah yang sebagian besar penduduknya masih buta huruf. Hal ini pernah Dia lihat di saluran televisi, penduduk di salah satu kota di wilayah timur berdemo menuntut keadilan dalam pembagian bantuan langsung tunai pasca banjir bandang yang dikenal dengan badai seroja menghantam wilayah itu. Banyak korban tewas saat badai seroja menghantam wilayah bagian timur, sampai presiden negara ini terjun melihat langsung kerusakan akbat badai tersebut. Hati Seni berbunga-bunga, bayangan akan kehidupan di sana,kehidupan yang sepi jauh dari hiruk pikuk kendaraan dan manusia. Alam yang masih perawan, kehidupan masyarakat yang sederhana dengan ikatan kekeluargaan begitu tinggi, seperti cerita dari seorang sanak keluarganya pernah bekerja sebagai dokter di pedalaman Timur, hidup bahagia dengan orang tersayang, tinggal di rumah sederhana dengan empat orang anak terus mewarnai mimpi indahnya. Dia tersenyum sendiri seperti orang gila baru.

"sayang, aku akan selalu bahagia dan terus bahagia bersamamu selamanya" Sensi membatin sendiri sambil senyum sendiri dalam toilet. Bayangkan akan kebahagiaan dengan kekasihnya terus mewarnai mimpi indahnya.

'tut..... Tut... Sensi kamu dimana' Suara pesan singkat di ponselnya membuyarkan lamunan panjangnya. Dia masih berada di dalam gedung pasca sarjana. Dengan cepat dia membalas SMS Revan

'sayang kamu dimana'

'Di parkiran'

"Tunggu aku disitu, entar lagi aku mau turun"

Sesaat kemudian sensi keluar dari tempatnya bersembunyi lalu terus berjalan menemui kekasihnya yang sudah menunggu lama di areal parkiran.

"Terus ke rumah sakit yah, biar aku antar ' ujar Revan setelah bertemu dengan Sensi.

"Aku gak jadi praktek' jawab Sensi. Matanya berbinar menatap pria di depannya.

"Terus mau kemana, atau mau pulang biar aku antar aja, ooo iya, asal kamu gak malu dibonceng pake motor yang bunyi kayak pesawat tempur ini' gurau Revan seraya melempar senyum paling bahagia.

"Bagaimana kalau kita ke tempat kamu" belum sempat Revan menjawab,

Tolongnya.....diangkat teleponnya....tolong diangkat teleponnya terdengar panggilan di ponsel Sensi, ternyata Lita menelponnya.

"Hallo... Lita, ada apa"

"Hallo sen, kalau mau keluar jangan lewat pintu satu, sebaiknya lewat pintu dua saja, ada sekelompok mahasiswa berdemo di depan pintu satu" lewat ponsel, terdengar suara riuh mahasiswa yang berdemo menuntut pemerintah menurunkan harga sembako. Memang ditengah covid yang menyerang seantero dunia, harga barang melambung tinggi tak terkendali.

"Oke baik Lita" Sensi kemudian menutup panggilan telepon.

"Rev.... Keluar lewat pintu dua saja, ada demo mahasiswa di depan"kata Sensi sambil memasukan ponsel dalam tas hitam miliknya.

"Oke naik aja, yang penting kamu jangan malu yah,"

"Ngapain harus malu, jangan lihat dari mode kendaraan saja, yang penting asas pemanfaatan itu yang perlu" kata Sensi seraya memasang masker di mulutnya.

"Kamu gak bawa masker yah, nih punyaku ada dua kamu ambil satu" sensi menyodorkan sebuah masker pada Revan. sesaat kemudian kedua pasangan berboncengan pergi ke tempat Revan di ujung timur kota Sioux. Bunyi motor seperti pesawat tempur yang sedang lewat dengan asap tebal keluar dari knalpot racing membuat semua orang di pinggir jalan terus mengumpat

" Hoi brengsek, buang saja motor butut itu'

"Motor kau sudah waktunya dipensiunkan" teriak seorang mahasiswa seraya menutup hidungnya dari gangguan asap hitam.

"Cuek aja Sen, lagian ini motor aku, peluk aku donk," kata Revan sambil terus memacu kendaraan yang jalannya kayak bekicot. Sensi mempererat pelukan, tangannya melingkar di pinggang Revan, rasa damai dalam lindungan begitu terasa.kemacetan terjadi di mana-mana. Tampak di depan pintu satu, sekelompok mahasiswa melakukan bakar ban dan aksi treatikal. Spanduk besar dengan tulisan mengecam pemerintah terpampang di baliho besar. Salah satu tuntutan mereka agar pemerintah segera menurunkan harga barang.Sekitar tiga puluh menit kemudian mereka berdua tiba di kost Revan.

"Mari masuk gadisku, wanita impian masa depan" gurau Revan dengan nada guyon sambil Tangannya membuka handel pintu. Sensi hanya diam saja, Dia lalu masuk dan menghempaskan pantat si atas tempat tidur. Kamar kost itu berukuran sedang, lantai keramik. Dinding putih tembok ternoda dengan coretan -coretan tangan jahil manusia. Di sana sini tampak coretan tangan dengan rumus-rumus fisika. Hanya ada sebuah kursi dan meja.

"Maaf sen, aku tinggal sebentar. Revan kemudian masuk kamar mandi yang berada di dalam kost.sesaat kemudian terdengar guyuran air, menandakan ada orang lagi mandi. Sensi hanya diam saja, matanya menangkap sebuah album foto di bawah meja belajar. Sekilas tangannya meraih album tersebut dan membukanya satu persatu. 'maaf, nunggu terlalu lama" suara Revan mengagetkan Sensi yang sementara asyik membuka lembaran demi lembaran album.Revan masuk dengan pakaian yang sudah rapi, ditangannya ada sebuah baki dengan dua buah gelas berisi teh hangat dan sepiring emping jagung.

"Silakan minum Sen, ini namax jagung titih, makanan khas orang timur' kata Revan seraya meletakan gelas di lantai.

"OOO jadi ini makanan pokok daerah kamu ya Rev" kata Sensi, sementara matanya menangkap sesosok wanita dalam album itu.

"Ehhh...Rev ini siapa,"

"OOO iya, ini Siska, gadis yang pernah aku ceritain ke kamu"

"Terus yang ini" tangan Sensi menunjuk ke arah sekelompok anak remaja beranjak dewasa yang sedang mencabut rumput di halaman sebuah gedung mewah,

"Ini foto-foto saat aku masih di SMA,"

"Kok laki-laki semua'

"Iya, namanya juga seminari "

"Apa tuh seminari"

"Seminari itu sekolah khusus untuk para calon pastor, jadi siswanya hanya anak laki-laki saja, terus nanti ada pembinaan lanjutan di seminari tinggi" Revan terus menjelaskan setiap pertanyaan gadis cantik penuh pesona bagaikan bidadari yang turun dari kahyangan ini.

"Pastor....?? Apaan tuh"

"Pastor dalam ajaran agama yang aku jalani, adalah mereka yang secara khusus mengikhlaskan dirinya untuk melayani Tuhan dan sesama, jadi mereka ini tidak menikah"

"Terus kenapa kamu gak jadi pastor'

"Kalau aku jadi pastor, jelas aku gak akan bertemu kamu, lalu jatuh cinta sama kamu dan menikahi sama kamu' seloroh Revan, senyum tipis mengambang dibibirnya.

Hati Sensi diliputi rasa bahagia mendengar ucapan kekasih yang berkulit coklat kehitaman. Tangannya terus membolak-balik album kenangan itu, sesekali tangannya menyesap air teh yang tinggal sedikit, sementara mulutnya komat-kamit mengunyah jagung Titi bercampur kacang tanah. Keras tapi lembut gurih dan enak.

tak terasa hari sudah gelap. Cahaya kemilau sang Surya, hilang bersama dengan waktu yang terus berputar, senja berganti warna. Bintang yang selama ini selalu menampakkan batang hidungnya, kini seolah enggan mau keluar. Awan gelap bergelayut, mendung hitam menyelimuti kota Sioux. Rintik-rintik hujan turun perlahan membasahi bumi, hujan yang tadi sebatas rintik-rintik kini menjadi lebat bagaikan air yang ditumpahkan dari langit, sepertinya Tuhan membuka tingkap-tingkap langit untuk meurunkan hujan bagi para penghuni alam semesta. Udara yang tadi begitu panas dan menggerahkan kini berganti sejuk dan dingin.

Sepasang anak manusia yang lagi kasmaran duduk menatap senja yang diselimuti kabut tebal Keduanya hanya diam membisu, tenggelam dalam alam hayalan.