Rintik-rintik hujan turun di malam gelap semakin lebat dan deras. duaaaarrrr….. duaaaarrrr..... duaaaarrrr….. suara petir menggelegar diikuti sambaran kilat memutuskan aliran listrik. Malam itu segenap penjuru kota Sioux menjadi gelap gulita. Dengan bantuan cahaya ponsel, Revan mengambil sebatang lilin dan menyalakannya. Di bawah ctemaram cahaya lilin, bayangan kedua anak manusia meliuk-liuk di terpa angin malam yang semakin dingin. Hujan masih turun dengan lebat, tak ada tanda-tanda mau berhenti. Bayangan akan banjir bandang yang pernah menerjang desa kelahirannya terus menghantui Revan. Sekitar tahun tujuh puluhan ,banjir besar membawa serta jutaan kubik material tanah dan pasir dari gunung, menenggelamkan desanya daalam lautan pasir. Banyak penduduk di desanya menjadi korban keganasan alam, termasuk kakek dan neneknya yang pada malam kejadian berada di kebun menjaga pada dan jagung dari serangan babi hutan. Bahkan ada yang sampai hari ini hilang ditelan bumi. Saat itu dirinya masih berusia satu tahun., badannya terlepas dari gendongan ibu ketika berusaha menyelamatkan diri ke dataran lebih tinggi saat banjir besar itu datang dan sempat terseret arus sejauh lima kilo meter. Ketika dilakukan pencarian oleh semua penduduk desa yang selamat, dirinya ditemukan terdampar di dalam rumpun bambu yang tumbuh dengan lebat di area jalur banjir. Semua itu hanya karena mujizat dari Tuhan, sehingga Dia masih menghirup nafas kehidupan sampai detik ini.
Sensi beringsut menahan hawa dingin semakin menusuk. Dia menggigil kedinginan. Badannya gemetar. Kenangan buruk di malam penuh neraka datang lagi. Di saat jam dan suasana hujan seperti ini, kegadisannya terenggut secara paksa. Sensi berteriak histeris diikuti tangisan menyayat hati. Kisah kelam di malam itu masih terus menghantui dirinya. Revan lalu menarik gadis itu dalam pelukan, memberi kehangatan dan kekuatan jiwa pada kekasihnya. Sesaat kemudian Sensi merasa aman dalam pelukan kekasih yang sangat mencintainya. Pemuda dari wilayah Timur negeri ini, yang mau menerima dirinya seperti keadaan sekarang ini.
"Gimana nih Sen, udah baikan" kata Revan memecahkan kesunyian, tangannya semakin memeluk erat pinggang Sensi yang ramping, sesekali Dia membelai rambut panjang gadis cantik yang selalu hadir dalam mimpi indahnya sekaligus mau menunjukan bahwa betapa Dia sangat mencintai wanita rebutan seantero kota Sioux. Sensi hanya mengangguk pelan dan berusaha menenangkan diri. Tak lama kemudian perasaannya menjadi normal kembali, senyum mengembang ketika sadar dirinya ada dalam pelukan sang pemuda impiannya. Ayah dari calon anak-anak mereka nanti. Tak ada yang bisa memisahkan Revan dari sisinya, Dia lebih baik mati daripada harus berpisah dengan Revan.
"terus gimana nih, hujan gak berhenti"
"iyah okelah, kita tunggu aja, kalau gak berhenti, ya… terpaksa aja"
"terpaksa….?? Maksud kamu"
"terpaksa nginap laaaa"
"gak boleh"
"kenapa Rev, kamu gak sayang ama aku"
"siapa bilang aku gak sayang sama kamu Sen"
"terus kenapa gak mau aku nginap, anggap aja aku ini istrimu"
"gak baik kamu nginap disini, entar aku antar kamu pulang aja"
"Maaf Rev, jujur saja, aku rasa nyaman disini, kamu jangan memaksa aku pulang. Kamu tahu gak, bertahun-tahun lamanya aku dilanda kesepian, rasa ditinggalkan dalam kesendirian, disaat aku mengalami musibah tak ada yang bisa aku andalkan, tak ada yang bisa membantu aku mengatasi persoalan yang aku alami ini. Ayah ibuku hanya sibuk dengan urusan masing-masing. Aku sepertinya berjalan dalam kegelapan, tanpa ada yang menuntun aku. Semua kuhadapi sendirian. Lita juga tidak banyak membantu, Hanya kekuatan do'a yang menguatkan aku" Sensi menatap pemuda yang sedang memeluk dirinya erat-erat.
"bagaimana kalau orang tuamu mencari" ada rasa cemas terpantul diwajahnya.
"mereka tak akan mencari, buktinya sampai jam begini gak ada telpon, aku sudah bosan di rumah. Kamu bisa bayangkan gak, bagaimana seorang ibu dikatakan baik kalau dia membawa brondong tidur di rumah disaat ayahku lagi sibuk dengan urusan bisnisnya. Dan bagaimana seorang ayah disebut ayah yang penuh tanggung jawab kalau dia lagi sibuk mengurus anak laki-lakinya dari istri kedua, yang adalah adik dari ibuku. Ayahku sangat menginginkan anak laki-laki sebagai penerus tahta kerajaan bisnisnya.disaat ibuku hanya memberikan satu anak perempuan kepada ayahku, tanpa sepengetahuan ibu dan restunya, ayahku menikah adik iparnya. Banyak yang bilang rumah adalah surga dunia, tapi bagiku rumahku bukan tempat yang nyaman bagi diriku. lagian mereka sekarang di luar propinsi, jadi jangan maksa aku untuk pulang malam ini" jawab Sensi dengan suara serak. Kedua bola Matanya sudah mengeluarkan air, ibarat mata itu ssebuah sumber air yang memancarkan air kehidupan. Isak tangis menahan kepedihan hatinya.ada begitu banyak persoalan hidup yang datang silih berganti.
"Aku mencintaimu Rev, aku takut sekali kehilangan dirimu"
"Aku juga sayang sama kamu, terus masalahnya apa sampai kamu sedemikian takut begini"
Sensi hanya diam terpaku dalam pelukan kekasih yang sangat dicintainya.air mata kepedihan terus mengucur bagaikan air hujan turun membasahi bumi. Tanga Revan sesekali membelai rambut panjang untuk memberikan kekuatan pada diri gadis impian masa depan.
"sebenarnya, sebelum aku berjumpa dengan kamu, ayahku sudah menjodohkan aku dengan seorang pria, anak dari teman ayahku yang saat ini mengambil kuliah di Jerman aku memang sudah mengenal Dia sejak kecil, tapi aku gak punya perasaan apa-apa terhadap Dia. Aku menganggap Dia seperti saudara" sensi melanjutkan ceritanya.
"apakah Dia mencintaimu"tanya Revan dengan lembut. Ada rasa cemburu muncul dihatinya.
"gak kok, pernah Dia telepon saya dari Jerman, dan mengatakan, bahwa Dia juga tidak punya perasaan apa-apa terhadap aku, Dia merasa berat menerimaku sebagai istrinya. Karena sejak kecil kami seperti saudara. Dia berencana tidak mau pulang ke negara ini, tapi ayahnya mendesak untuk pulang"
"terus Dia juga mau pulang yah"
"sampai saat ini Dia belum mau pulang, dengan alasan mau ambil gelar Doktor"
"saya rasa gak ada yang mau dikuatirkan, jangan takut. Aku selalu disampingmu, segalak apapun ayahmu, nanti bertemu dengan aku, pasti luluh hatinya mellihat aku mempersunting anak gadisnya, percayalah padaku. Cinta akan mengalahkan segalanya." ujar Revan dengan penuh percaya diri sembari meyakinkan Sensi yang masih diliputi keraguan besar.
"iya… kita harus yakin pada kekuatan cinta" raut wajah Sensi berubah. Binar-binar kebahagian terbesit di mata indahnya. Hatinya tadi galau, saat ini dihiasi dengan mekaran warna warni bunga cinta. Senyum indah bermekaran dari bibir tipis nan seksi.
"ooo iya, ngomong-ngomong, dari tadi aku lapar nih, sekarang udah jam begini, hujan gak berhenti. gelap lagi dimana beli makanan" kata Revan seraya melepaskan pelukan di tubuh kurus Sensi. Diluar hujan terus bercucuran, kilat dan petir masih sambar menyambar. Tak terasa jam di tangan Sensi hampir menunjukan pukul dua belas malam.
"gini aja daripada kita tidur dalam kelaparan, sebaiknya kita alas perut dengan makan jagung titi dan minum teh saja, gak makan satu malam, kita gak mati kelaparan, heheheh…" Revan kemudian masuk ke belakang dan mengambil sekantong jagung titi kiriman dari ibunya di kampung lewat orang sekampungnya yang kuliah juga di kampus yang sama dengan Dia.
"ayo dimakan, jangan bilang ini keras seperti batu yah," seloroh Revan membuat mau-tidak mau Sensi juga ikut tersenyum sekaligus menghilangkan kegalauan di hatinya. Keduanya duduk sambil terus mengunyah biji jagung yang sudah goreng pakai mentega. Rasanya gurih dan manis, ada sedikit asin, kayak permen rasa nano-nano. Sensi sudah beberapa kali menguap. Rasa kantuk tak tertahan lagi.
"tidurlah Sen kalau matamu sudah berat" kata Revan sambil mengemasi sisa makan mereka. Sensi tidak menggubris, sambil membaringkan diri diatas pembaringan, matanya menerawang menatap langit-langit rumah.
"kamu diatas, aku dibawah aja, jangan takut, aku gak ngapain-ngapain kamu, percayalah, kta tidak akan berbuat dosa"
"aku yakin, kamu tak sebodoh itu, aku percaya, kamu selalu menjaga aku, menghormati aku sebagai layaknya sorang saudara laki-laki melindungi saudara perempuannya"
"aku menghargaimu sayang. Seorang laki-laki dan perempuan kalau sudah berada dalam satu kamar, pasti timbul pikiran aneh-aneh. Sekali lagi aku menghargaimu. Untuk yang satu ini, bukan saatnya kita berbuat.nanti satu saat kita akan berbuat ini demi melanjutkan keturunan" Revan kemudian membentangkan karpet di lantai untuk membaringkan dirinya.
"terima kasih Rev, aku kagum padamu, tak sembarang kamu menyentuh aku, walau aku sadar diriku mungkin tak seperti yang kamu harapkan, tapi aku kasihan entar kamu kedinginan dan masuk angin" Sensi membalikan tubuhnya menatap Revan yang terbaring di lantai kamar tidurnya.
"hussss jangan bahas yang itu lagi, aku udah terbiasa kok tidur di lantai, dulu saat masih di SMA, aku pernah tidur dialam terbuka"
"gak Rev, aku gak rela kamu kedinginan "
"tak apa, biar aku disini aja, met bobo sayang" Sensi hanya diam Dia kehabisan kata-kata untuk mengajak Revan berbaring disampingnya. Betapa teguhnya hati pria ini. Rasa kagum dan bangga pada kekasihnya semakin bertambah. Seperti ada cerita yang pernah Dia dengar, bahwa seorang pemuda Timur selalu menghargai kaum perempuan, setia dalam perkawinan. Jarang terdengar ada pelecehan dan pemerkosaan terhadap perempuan di wilayah Timur. Dan kalau sudah menikah, jarang terdengar kata cerai meluncur dari mulut laki-laki Timur. Prinsip orang Timur dalam pernikahan hanya satu sampai maut memisahkan. Masyarakat diwilayah Timur, walau hidupnya masih sederhana, selalu mengandalkan kesetiaan dalam perkawinan. Dan tidak ada kata dalam kamus hidup anak Laki-Laki Timur bisa memiliki istri lebih dari satu.
Sesaat kemudian keduanya tenggelam dalam mimpi yang indah. Memimpikan masa depan bersama. Masa depan sepasang kekasih ini ada ditangan mereka sendiri. Semua itu karena cinta yang menyatukan. Karena cinta, mereka saling memguatkan. Karena cinta pula mereka berdua berjanji untuk tetap saling mencintai walau ada banyak halangan yang menghalangi perjalanan cinta mereka berdua. Kekuatan cintalah mampu mengalahkan segalanya. Temaram cahaya lilin yang meliuk-liuk diterpa angin malam mengiringi tidur malam mereka berdua.sementara di luar, hujan masih turun tak henti-henti
********
Di ufuk timur, fajar pagi kembali merekah. Sang Surya mulai mengintip dibalik punggung bukit di bagian Utara kota itu, sembari memancarkan biasan-biasan yang masih redup, cahayanya laksana kembang menguncup di pagi hari. Hujan semalam meninggalkan jalanan becek dan berlumpur. Lampu listrik yang semalam padam, kini sudah menyala terang benderang menerangi wajah kota yang semula diliputi kabut kegelapan. Geliat kehidupan pagi mulai nampak. Sesekali terdengar deru kendaraan membawa arus penumpang dan barang ke segala penjuru kota. Kehidupan kota Sioux mulai perlahan-lahan berangsur sibuk. Aktifitas ekonomi untuk meningkatkan perekonomian para penghuni kota mulai menggeliat. Pasar Inpres terletak di seberang kost Revan, dengan warna tembok sudah memudar dan atap seng sudah karatan sana sini, mulai gaduh dengan suara para pedagang yang sejak pagi-pagi buta selepas sholat subuh, mulai berdatangan di pasar. Berbagai jenis barang dagangan dijajakan di atas lapak-lapak bambu. Sementara itu dari kejauhan di masjid sayup-sayup terdengar suara adzan memanggil jemaah untuk melaksanakan shalat subuh. Revan pun terjaga dari mimpi indahnya, Dengan segera Dia membangunkan Sensi yang masih terlena dengan mimpi indah untuk melakukan shalat subuh di kamar. Serta merta Dia menyiapkan koran bekas dan membentang di atas tikar untuk sang kekasih yang akan melaksanakan sholat subuh.
"Sen....sen... " Panggil Revan seraya mengguncang tubuh Sensi yang masih terlelap.
" Iya... Kenapa sayang''Sensi dengan suara masih berat menjawab Revan yang terus memanggil dirinya.
"Ingat shalat donk'
Tanpa berkata-kata Sensi lalu bangkit mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat subuh di atas karpet yang beralaskan dengan koran.
"Terimakasih Rev, udah mengingatkan aku untuk shalat"
"Itu namanya toleransi. Hidup ditengah masyarakat pluralis, kita harus mengedepankan toleransi terhadap sesama yang berbeda keyakinan. Ak menghormati perbedaan di antara kita"
"Makasih sayang, kamu begitu perhatian "
Sensi lalu melakukan sholat subuh di kamar pacarnya yang berbeda agama dengan dirinya. Suara lantunan ayat suci Alquran dari mulutnya terdengar merdu.
"Yah...udah, kamu mandi dan entar aku antar pulang" kata Revan setelah melihat sang kekasih telah usai melakukan sholat subuh.
"Jangan Rev, biar aku pulang Sendiri, jangan repot -repot. Makasih yah atas tawarannya. Lain kali aja kamu antar aku"
"Kenapa Sen, biar aku antar aja, sekalian mau kenalan Ama calon mertua" Revan berkeras menghantar Sensi pulang ke rumah di pinggiran kota tua Sioux.
"Aku mohon jangan Rev, biar aku pulang sendiri, lagian ayah ibuku belum kembali"
Sensi terus bersikeras menolak permintaan Revan, tangan memencet aplikasi ojek online untuk mengantarnya pulang ke rumah.
Kamu tidak tahu bagaimana sikap ayahku Rev, Dia orangnya keras dan kasar. Lain kali aja yah. Sensi bicara dalam hati. Ada ketakutan besar di hatinya. Ayahnya sangat tidak setuju dengan laki-laki lain. Jodohnya sudah ditentukan, dan Sensi harus menerima tanpa protes. Laki-laki yang dijodohkan dengan dirinya, juga menolak untuk dijodohkan. Dalam hati Sensi bertekad untuk kabur ke Timur bersama dengan kekasihnya ini jika ayahnya terus memaksakan untuk menjodohkan dengan putra temannya.
Ting.... tong...Sebuah pesan muncul di aplikasi, ojek yang dipesannya sudah menunggu di depan.
'maaf sayang, aku pulang yah, kalau udah nyampe baru aku SMS kamu" kata Sensi seraya berjalan keluar menuju pengojek yang sudah menunggu dari tadi. Revan tidak menjawab, rasa jengkel pada Sensi yang menolak diantar sangat kentara. Revan hanya memandang Sensi dari belakang. Ada kegusaran tergambar jelas di wajah pria berkulit gelap.
********
Sementara itu, disebuah rumah di kawasan perumahan elit yang berada dipinggiran kota tua Sioux, seorang ayah duduk dengan wajah bengis. Sementara istri terus membujuk agar sedikit tenang. Putri tunggalnya sejak kedatangan mereka semalam, tak ada kabar. Lewat asisten rumah tangga, diperoleh informasi bahwa putri tunggalnya lagi dekat dengan seorang pemuda dari kawasan timur. Suatu tindakan yang tidak bisa diterima. Mau ditaruh kemana wajah ini. Bagaimana Dia menghadapi keluarga tuan Ilham. Perusahaannya lagi bermasalah, atas bantuan tuan Ilham, masalah keuangan bisa diatasi. Dia sudah berjanji dengan tuan Ilham untuk tetap menjalin persahabatan dengan menjodohkan anak-anak mereka. Tapi dengan melihat kenyataan ini, bagaimana Dia memasang mukanya. Anak Tuan Ilham pewaris harta kekayaan, nilai kalau dihabiskan bisa menghabiskan waktu selama tujuh turunan. Sementara perusahaannya kali ini mulai goyah, harga saham di pasar modal jatuh di level terendah. Beruntung tuan Ilham teman semasa kecil yang kini sukses jadi pengusaha tambang batu bara datang dan memberikan suntikan dana segar, tapi dengan satu syarat, anak-anak mereka harus dijodohkan. Hal ini yang membuat dirinya pusing ketika mendengar kabar putrinya lagi dekat dengan seorang pemuda dari wilayah Timur. Saat itu hatinya lagi risau.
Sensi baru saja tiba di rumah. Situasi rumah tampak sepi seperti tak ada penghuni. Dirinya begitu kaget saat melihat ayah dan ibunya lagi duduk di ruang tamu. Dengan langkah berjingkrat Dia pelan-pelan melangkah masuk ke dalam rumah. Sambil merapikan rambutnya yang tampak kusut Dia memutar masuk lewat pintu belakang,
"Ayah udah pulang Bik" tanya Sensi secara berbisik pada asisten rumah tangga yang lagi asyik menyapu halaman rumah.
"iya, kemarin sore tuan dan nyonya baru sampai. waduh non, tuan marah besar, saat tuan tahu non gak ada di rumah"
"terus Bik bilang apa sama ayah"
"Bibik jujur aja sama tuan, bibik bilang non lagi ke kampus, Bibik juga bilang non lagi dekat ama orang Timur". Sensi sempat kaget dengan ucapan Bibik yang begitu jujur dan polos.
"kenapa Bibik bilang seperti itu"
"lalu apakah Bibik harus bohong sama tuan"
"yahh udah" sensi mendengus kesal. Ada rasa takut bermunculan di hati. Dia mencoba memberanikan diri masuk ke kamar di lantai dua. Saat melewati ruang tamu langkahnya sempat terhenti. Suara ibunda yang menegur membuatnya mati langkah.
"Sensi, darimana nak"
"aku lagi di rumah sakit ada praktek, kebetulan kemarin ada pasien tabrakan jadi terpaksa nginap di sana" kata Sensi berusaha menutupi kecemasannya. Kemudian Dia melangkah naik ke kamar, tapi dicegah oleh ayahnya.
"hei mau kemana, kamu jangan bohong sama ayah yah, kemarin di bandara ayah telpon Lita, bilangnya kamu gak praktek" seru Tuan Sadam dengan suara keras. Sensi hanya diam menunduk. Tak kuasa melawan ayahnya. Dia tahu sifat ayahnya yang cepat naik darah.
"jawab" teriak Tuan Sadam lebih keras lagi. Sensi terus diam, tak ada suara keluar dari mulutnya, dirinya seperti tersangka yang sedang diinterogasi aparat penegak hukum.
"Plaaaaaaakkk" sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Meninggalkan gambar lima jari tangan manusia tercetak di sana. Pipi mulus itu memar seketika terkena benturan benda keras. Sensi hanya meringis menahan sakit yang tak terperikan. Matanya berkaca-kaca menahan tangis jangan sampai meledak. Nyonya Mirna juga hanya diam tak memberikan pembelaan ketika tangan kasar sang ayah mendarat di pipinya. Tatapan nyonya Mirna terlihat sinis. Dia sangat membenci putrinya, hal ini karena Sensi tahu rahasia Nyonya Mirna yang sering membawa brondong di kamar saat suaminya tak ada di rumah.
" Ayah… maafkan aku" kata Sensi dengan suara serak menahan tangis.
" duduk dan dengar baik-baik, semalam saat ayah masih di propinsi paling barat, tuan Ilham menelpon untuk membicarakan pernikahan kamu dan Iwan, ayah sepakat tahun depan kamu dan Iwan akan menikah" Tuan Sadam menyerocos bagaikan beo saja, tak memberi kesempatan kepada Sensi untuk berbicara. Berita ini tentu saja sangat mengejutkan sekaligus meresahkan Sensi. Rupanya Dia juga sudah muak dengan kehidupan yang penuh dengan kemunafikan seperti ini. Dengan mengumpulkan seluruh keberanian Dia menjawab ayahnya.
" Ayah, bukannya minggu lalu Iwan pernah telpon aku, Dia bilang tak akan meneruskan hubungan kami, karena Dia tidak mencintaiku. Iwan juga bilang akan mengambil doktornya"
" kalian berdua itu anak kami, saya dan tuan Ilham sudah mengatur segalanya. Pokoknya tahun depan kalian akan menikah" Tuan Sadam bicara dengan tegas tak ada senyum di wajahnya. Sensi hanya memandang ayahnya dengan linangan air mata. Tanpa banyak bicara Dia lari masuk kamar dan menumpahkan segala emosi dan kekesalan. Sensi wanita cantk menangis dalam diam tak ada suara keluar dari mulutnya. Hanya air mata yang terus berderai membasahi bantal dan kasur. Gadis ini sudah menderita, disaat kebahagian datang menjemput, selalu ada masalah sehingga membuat dirinya tidak tenang dalam menjalani hidup ini. Rasanya ingin bunuh diri saja. Ketika niat itu timbul, selalu muncul bayangan akan siksa api neraka, sehingga Dia mengurung niat mau bunuh diri.
" Sensi anakku, masa depan ada di tanganmu, percayalah pada-Ku, aku akan mengatasi semua persoalan hidupmu." Sebuah bisikan menyentuh kalbu terdalam hatinya. Sensi duduk merenung, air mata yang mengalir bagaikan anak sungai telah kering. Dia hanya merenung kembali pesan suara yang baru muncul. Apakah gerangan terjadi.