Detektif Lee terdiam, ia pun hendak menceritakan sebuah kisah masa lalu kepada Kris dengan seksama, namun sayangnya suasana sungguh tidak mendukungnya.
"Kris, jangan diambil pusing besok kita harus kembali ke tempat kejadian perkara, karena sejujurnya aku sudah mengetahui pembunuh dari Utan, hanya saja aku masih khawatir soal pelakunya jika ia berada–"
Tiba tiba listrik mati seketika, membuat keadaan semakin mencekam, bau anyir juga kembali menerpa penciuman Kris dan juga Lee secara bersamaan. Kris menarik nafasnya panjang ia beranjak dan berniat ingin mencari Nancy kekasihnya, sayangnya Lee menahannya.
"Sudahlah, jangan bergerak aku sudah menelepon bala bantuan, sebentar lagi listrik akan segera hidup, jika kamu memaksa bergerak, nasibmu akan sama seperti Fian," ucap Lee hingga membuat Kris terdiam sejenak.
Tak lama keduanya mendengar seseorang wanita tengah mengerang, namun Kris rasanya tidak asing dengan suara itu, meski sekarang bulu kuduknya berdiri. Ia mencoba menahan gejolak ketakutan dalam dirinya.
"Lee apa kamu mendengar seseorang tengah berteriak?" tanya Kris kepada Lee di tengah kegelapan, Lee tidak banyak menjawab ia justru mengarahkan tembaknya ke arah Kris yang duduk di depan nya, pikiran Kris menjadi kacau sekarang, apa jangan jangan-jangan Detektif Lee berniat membunuhnya dan selama ini semuanya hanyalah alibinya untuk melindungi Kris dan
DUAAAR
Suara pintu kamar seolah terusik dan suara derap langkah terdengar setelahnya.
Kris membeku ketakutan dan setelahnya listrik kembali hidup, ia melihat dengan jelas bekas cipratan darah di depan kamar nya. Kris gemetar seketika, Detektif Lee segera memasukkan tembaknya kembali di dalam sakunya.
"Jangan khawatir, orang yang sama saat membunuh Utan sudah kutembak, tapi sayangnya hanya mengenai lengan nya, maaf karena membuatmu terkejut,"
"O–o–rang yang sama? Maksudnya?" tanya Kris.
"Sudahlah, malam ini aku akan menemani mu disini, besok aku akan mengirimkan dua penjaga di rumah ini untuk menjagamu,"
"Lee, aku minta maaf aku pikir tadi kamu akan men–"
"Hahhaa, tidak akan. Jangan berpikiran bodoh, sudah istirahatlah, aku akan berjaga semalaman disini,"
Kris tersenyum lega, meski rasanya tadi ia begitu terkejut dengan aksi Lee di depan nya. Detektif muda dengan wajah tampan itu sungguh hebat, dan Kris mengakui jika ia memiliki banyak keahlian daripada sekedar otaknya yang begitu brilian.
"Lee, aku akan menengok pacarku, aku takut dia tidak sedang baik baik saja," ucap Kris yang kembali mengingat Nancy tidak terlihat saat gelap menerpa rumah tua bekas peninggalan Belanda itu.
Lee hanya mengangguk. Kris pun segera berlari mencari Nancy, mulai dari sudut dapur, kamar mandi dan terakhir di dalam kamarnya.
Ia bahkan melihat gadis itu tertidur dengan pulasnya. Kris segera memeluk kekasihnya begitu erat dan berbisik lirih di telinga gadis dengan rambut ikal itu.
"Nancy, aku khawatir..aku takut, kamu tidak apa apa 'kan sayang?" ucap Kris.
Nancy menggeliatkan tubuhnya, ia perlahan membuka matanya, dan menatap Kris dengan lembut.
"Sayang ada apa? Kenapa kamu begitu cemas?" tanya Nancy kepada Kris.
"A—a–pa? Apa kamu tidak tahu jika listrik sedang mati tadi? Apa kamu tidak mendengar suara tembakan? Sayang, kamu tidak sedang meminum obat tidur kan?" tanya Kris dengan mengguncang bahu Nancy.
Nancy tentu saja keheranan, ia pun hanya menjawab, "Aku lelah Beb,A–"
"Beb? Mulai kapan kamu memanggilku Beb?" tanya Kris keheranan.
"Sejak sekarang, karena aku sedang bermimpi begitu indah, dan di saat itu kamu memanggilku dengan sebutan Baby,"
Kris terdiam, ia masih berusaha untuk mempercayai ucapan kekasihnya. Sementara di luar ruangan, Detektif Lee sedang mengecek wastafel dengan dinding yang kerap bergerak sendiri seperti ucapan Kris tadi.
Saat menghidupkan kran air wastafel, bau anyir yang menyengat dengan kuat kembali menyerang penciuman nya.
Ia pun bergegas mematikan kran wastafel tersebut, dan seketika bau anyir telah lenyap.
Ini sangat aneh bagi Lee, ia pun melihat saringan air di wastafel dengan seksama. Dan saat itu dinding seolah bergerak, Lee sangat terkejut semuanya persis seperti yang diceritakan Kris tadi. Ia pun segera bangkit dan mencoba mendengar suara dari dalam dinding itu.
"Tolong, tolong lepaskan aku, tolong," suara lirih di tengah malam seperti ini tentunya akan menakuti siapa saja yang mendengarnya, namun tidak dengan Detektif Lee, ia semakin menguatkan tekadnya untuk membongkar dinding rumah tua peninggalan koloni belanda itu.
"Lihat saja, setelah buktinya terkumpul, aku sendiri yang akan menjebloskan mu ke sell tahanan dan hukuman eksekusi mati," lirih Detektif Lee. Ia pun meninggalkan dapur dan kembali duduk di ruang tengah, tatkala itu matanya tertuju ke sebuah lukisan seorang wanita cantik dengan membawa tas berlogokan huruf C di tengah nya.
Dengan sigap Detektif Lee segera membalik lukisan itu, dan benar saja sebuah surat wasiat berada di balik lukisan, ia pun bergegas menyimpan surat itu dengan cepat.
Ia tidak ingin membaca surat itu sekarang, Detektif Lee sangat handal dan pemberani. Bahkan ia memiliki seribu mata untuk mengawasi apapun yang berada di sekitarnya, tidak lama seorang rekan jurnalis menghibunginya di pukul sebelas malam.Ia pun segera mengangkat panggilan itu.
"Halo,"
"Halo? Detektif Lee?"
"Ya, ada apa saudara Gun?" tanya Lee dengan heran.
"Detektif ada kabar buruk, ibu sambung Utan juga tewas di tabrak sebuah mobil dengan kecepatan tinggi saat ini, wanita muda itu terpaksa mati saat ia hendak membeli sebuah sabun mandi untuk suaminya," ucap Gunawan dengan panik.
"Baiklah, aku akan segera ke tempat kejadian untuk memeriksa mayatnya, bisakah kamu kemari, untuk sekedar menemani Kris?" tanya Detektif Lee.
"Apa? Baiklah tidak masalah, aku akan kesana menggantikanmu Detektif Lee. Dimana posisi Tuan Muda Detektif sekarang?" tanya Gunawan lagi.
"Di kompleks Djakarta Lloyd, rumah terakhir. Di depan jalan raya. Ingat jangan sendiri, bawalah dua temanmu karena Kris sedang butuh kalian untuk mendokumentasikan banyak hal disini," ucap Lee dengan sedikit berbohong. Ia takut jika pelaku pembunuhan itu kembali menyerang Gunawan jika ia hanya sendirian.
"Baiklah tidak masalah, aku bersama Dikman akan menghubungi Tentara Ben untuk segera ke lokasi," ucap Gunawan.
"Baguslah kalau begitu, jangan lupa share loc dimana tempat kejadian kecelakaan dari ibu sambung Utan padaku sekarang,"
"Siap perintah akan segera saya laksanakan Tuan Detektif." Telepon terputus, dan Detektif Lee berniat untuk pamit kepada Kris terlebih dahulu, namun saat ia membuka pintu kamar Kris sedikit, Kris terlihat asyik melakukan kegiatan orang dewasa bersama pacarnya di dalam sana, Lee hanya menarik nafasnya dalam dalam dan secepat kilat ia kembali menutup pintu itu dengan pelan.
Ia menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan seraya menarik nafasnya dalam dalam. Tak lama Tentara Ben datang dan mengetuk pintu rumah di komplek Djakarta Lloyd, Lee segera bergegas membuka pintu dan tersenyum menyambut kedatangan Tentara Ben. Laki laki itu tidak sendiri ia, ia datang besama dua rekan nya dan dua rekan Jurnalis dibelakang nya.
BERSAMBUNG