"Malam Detektif Lee," sapa Gunawan.
"Malam," balas Detektif Lee.
Tentara Ben yang melihat percikan darah di depan kamar Kris segera menanyakan hal ini kepada Detektif Lee.
"Detektif, kenapa ada bercak darah di sini? Apa yang terjadi?"
"Wah, iya ini darah segar sepertinya ini baru saja terciprat dari tubuh seseorang," ucap Okan kepada Gunawan rekan nya.
"Tadi, ada seseorang yang akan mencelakai Kris, dan satu lagi seorang Jurnalis baru saja tewas karena luka tusukan di perutnya," ucap Detektif Lee dengan menarik nafasnya dalam dalam. Semua yang mendengarnya menjadi terkejut, apalagi tentara Ben. Ia menjadi begitu serius.
"Fian tewas?" teriak Okan yang terkejut sehingga membuat Kris tersadar dari gerakan nya dan kembali keluar dari kamarnya menyambut teman teman nya yang gaduh.
KRIET
Gunawan memeluk Kris dengan hangat, disambut Okan yang terlihat khawatir padanya.
"Kris apa kamu baik baik saja?" tanya Okan.
"Kalian? Ada apa kemari?" tanya Kris keheranan.
"Detektif Lee akan segera pergi ke lokasi kejadian dimana ibu sambung Utan tewas di tabrak mobil, malam ini. Jadi kami ditugaskan untuk menemanimu ramai ramai disini," Jelas Gunawan.
"Detektif, aku ikut denganmu, bagaimana?" ucap Kris tiba tiba. Sayangnya Detektif menolak dengan halus.
"Sebaiknya jaga pacarmu dengan baik Kris, saat ini aku sedang ingin fokus untuk meneliti mayat ibu sambung Utan," ucap Detektif.
Kris hanya mengangguk setuju. Kemudian ia segera menyuruh Okan untuk membuat kopi di dapur bersama Tentara Ben, ia juga menjelaskan kejadian kejadian yang menimpanya malam ini, semuanya tampak ketakutan mendengar nasib Fian yang harus mati penasaran dengan kondisi mengenaskan seperti itu.
Suasana lebih mencekam lagi, karena pihak forensik menemukan bukti kuat atas pembunuhan Fian, yakni sebuah pisau lipat yang berada di dalam saku korban, kemungkinan pelaku sudah meletakkan disana agar Fian dikira bunuh diri, Detektif Lee yang menerima kabar tersebut di ponselnya segera duduk termenung, kini tugasnya semakin banyak ia harus menyelidiki masalah kematian yang terus menerus mengganjal di benaknya.
Tentara Ben hanya memukul pundak lelaki itu dengan seksama.
"Sabar Lee, semuanya akan terbayarkan. Kasus ini akan segera terungkap," hibur Ben.
Lee pun mengangguk dan segera pamit untuk menyelidiki mayat ibu sambung Utan yang juga terbunuh karena ditabrak mobil.
Kris juga memeluk Lee sebagai tanda persahabatan mereka, malam itu susasana Djakarta Lloyd begitu ramai dihiasi oleh obrolan kecil dari Okan, Gunawan, Tentara Ben dan Tentara Jo tentunya dan Kris tentunya.
Hingga keesokan harinya, Kris segera bersiap untuk berangkat ke rumah sakit untuk melihat jasad Fian teman nya untuk terakhir kalinya, ia kali ini menjenguk bersama Nancy pacarnya, Okan rekan nya dan Gunawan juga.
Kedua teman nya terlihat begitu tegang kala Kris menceritakan kejadian yang menimpa Fian semalam, mereka tentu tidak akan tinggal di rumah kuno peninggalan Belanda itu jika tidak ditemani oleh dua tentara. Karena cerita Kris begitu menyeramkan, apalagi ketika perihal bau anyir karena air yang keluar dari wastafel dan wajah Kris yang mengeluarkan darah ketika berada di kamar mandi, semuanya begitu mengerikan untuk dibayangkan oleh Okan dan Gun.
Nancy yang mendengar cerita Kris juga tidak bersemangat, ia hanya terdiam dan terlihat cemas. Hingga tiba di Rumah sakit, Kris segera menemui Ryan seorang penjaga kamar mayat, di Rumah sakit.
Menurut Tim Forensik Fian jelas jelas dibunuh oleh sebuah pisau lipat dan ajaibnya tidak ada sidik jari yang ditemukan dari pemilik pisau lipat tersebut.
Okan dan Gun sangat bersedih melihat mayat teman nya yang tergeletak dengan dua kapas yang menyumbat hidungnya, tak lama keluarga Fian juga datang, Ibunya begitu shock dan terpukul. Ia meraung keras menangis tanpa arah. Hingga membuat Kris terenyuh dan menenangkan wanita itu.
"Sabar Bu, Fian akan baik baik saja di alam sana, kalau ibu menangis terus arwahnya tidak tenang," hibur Kris kepada wanita paruh baya itu.
Ibunya terisak dan memandang Kris dengan lemah, Kris yang tidak tega hanya terdiam dan mencoba meyakinkan ibunda Fian dengan isyarat matanya.
Akhirnya perempuan itu luluh, dan kini mayat Fian telah siap di bawa pulang oleh pihak keluarga, Okan dan Gun juga ikut meneteskan air mata karena kematian Fian.
Setelah dari rumah sakit dan membantu memboyong mayat Fian di mobil keluarga Fian, Detektif Lee menghubungi Kris untuk segera ke kantornya ada beberapa pembahasan mengenai masalah Utan, Fian dan Ibu sambung Utan yang meninggal.
KRIIINGGG
"Halo, Detektif Lee?"
"Halo Kris, bisakah kamu ke kantor bersama Okan dan Gun sekarang? Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan mengenai masalah Utan, Fian dan ibu sambungnya,"
"Baiklah Detektif aku akan segera kesana,"
"Ya, tapi sebaiknya jangan bawa pacarmu masuk ke ruangan, karena ini menyangkut ke profesionalan dalam bekerja," pesan Lee kepada Kris.
Kris hanya menjawab setuju dan segera mematikan sambungan telepon nya, setelahnya ia mengajak Okan dan Gun untuk pergi ke kantor Detektif Lee bersama Nancy pacarnya juga tentunya.
Selama diperjalanan Okan menanyakan hal hal aneh kepada Kris seolah menyudutkan laki laki itu jika ia yang sengaja membunuh Fian.
"Kris, kenapa Fian bisa tewas seperti itu? Aku pikir jika ia di tusuk oleh seseorang, itu sangat tidak mungkin, apalagi kematian nya ketika kamu pergi berbelanja, apa jangan jangan itu hanya alibimu supaya kamu terhindar dari sebutan Sang pembunuh?" ucap Okan yang membuat Kris terpukul dan kesal.
"Apa maksudmu? Aku tidak pernah ingin menjadi seorang pembunuh! Dan kala itu aku mengajak Nancy pacarku untuk makan diluar, tapi Fian yang melarang ku supaya berhemat, dan Fian juga yang berjanji akan memasakkan menu makan malam, hingga akhirnya aku mengajak pacarku untuk berbelanja sayangnya karena ia tidak enak badan ia hanya beristirahat di kamar," ucap Kris panjang lebar.
"Nancy, kalau begitu apa kamu pembunuh nya?" tanya Okan, hingga membuat Nancy meneteskan air matanya tiba tiba. Kris yang nyaris masih kesal segera memaki dan mencerca Okan sejadi jadinya.
"Tutup mulutmu Okan! Dia pacarku! Dia seorang wanita, harusnya kamu paham bagaimana posisi dia di saat itu, lagipula kondisi rumah itu benar benar angker, bisa saja Fian ketakutan dan berlari dan tidak sengaja mengeluarkan pisau lipat miliknya untuk melawan para hantu!" bentak Kris yang membuat Okan tertawa sinis.
"Hahahaha, melawan hantu? Kamu pikir Fian seorang anak kecil? Penjelasan mu tidak masuk akal," ucap Okan yang bersikeras jika pembunuhan itu dilakukan oleh Nancy kekasih Kris.
"Sudah sudah, jangan bertengkar, aku yakin masalah ini sudah dipecahkan dengan ahlinya, jadi jangan saling menyakiti antar jurnalis seperti kita," nasihat Gun kepada keduanya agar berhenti berargumen mulut.
Nancy masih menangis tersedu - sedu.. hingga membuat Kris dan dua teman nya terheran, mungkinkah gadis itu mengetahui pelakunya?
"Nancy…"
BERSAMBUNG