Keesokan harinya, kebetulan hari itu adalah hari Minggu. Waktu Flora untuk membantu Marko lumayan panjang. Saat itu Flora sudah siap untuk pergi, tetapi dia belum melihat kehadiran Marko.
Flora : "Duh, kok Marko belum muncul ya? Jika dia tidak ada, aku kan tidak tahu arah harus kemana"
Marko : "Aku disini" ujarnya yang tiba tiba muncul
Flora : "Oke, sekarang mulai darimana?"
Marko : "Aku ingin kamu datang ke alamat yang aku sebutkan"
Flora : "Baiklah"
Flora pun pergi ke tempat yang Marko sebutkan, dia sampai di sebuah rumah yang sangat besar dan indah.
Flora : "Woooaaahhh"
Marko : "Sebelum masuk, aku ingin meminta tolong belikan bunga mawar merah di toko itu"
Flora : "O..oke"
Flora pun pergi membeli bunga mawar merah untuk Marko. Setalah dia membelinya, Marko meminta Flora untuk masuk ke rumah besar itu.
Marko : "Sekarang, masuklah ke rumah itu"
Flora : "Ha? Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu apapun tentang kamu"
Marko : "Kamu hanya perlu mengambil cincin tunangan dari kamarku"
Flora : "Iya tapi bagaimana bisa? Nanti orang tua kamu bingung kenapa aku tiba tiba datang dan meminta cincin yang kamu mau, aku kan tidak mengenal keluargamu"
Marko : "Katakan saja jika kamu temannya Arin"
Flora : "S..siapa Arin?"
Marko : "Dia kekasihku"
Flora : "Oke, aku sudah mengerti apa maksudmu"
Saat itu Flora memberanikan diri untuk mengetuk pintunya...
"TOK...TOK...TOK"
Ibunya Marko pun keluar...
Ibu Marko : "Siapa kamu?"
Flora : "Saya... Saya temannya Arin Bu"
Ibu Marko : "Untuk apa datang kesini?"
Flora : "Saya ingin mengambil cincin yang Marko beli untuk Arin Bu, saya ingin memberikan cincin itu pada Arin"
Ibu Marko : "Apa?cincin?"
Flora : "Iya, sebelum meninggal Marko sangat ingin memberikan cincin itu Bu, demi ketenangan Marko, tolong berikan cincin itu"
Ibu Marko : "Tunggu sebentar" ujarnya lalu kembali masuk untuk mengambil cincin itu
Ibu Marko pun kembali dan memberikan cincin tersebut kepada Flora.
Ibu Marko : "Ini, ambillah"
Flora : "Terima kasih banyak Bu"
Ibu Marko : "Urusan kita berarti sudah selesai, tolong jangan kembali lagi!" Ujarnya sambil masuk dan menutup pintu dengan kerasnya
Flora : "Ya ampun, ibumu kasar sekali ya"
Marko terdiam dengan wajah yang sangat sedih...
Flora : "Kita duduk dulu disana, aku ingin kamu menceritakan segalanya sama aku, supaya aku tidak kebingungan seperti ini"
Marko mengangguk...
Flora : "Apa yang terjadi padamu sebenarnya?"
Marko : "Sebenarnya Ibuku tidak menyetujui hubunganku dengan Arin"
Flora : "Kenapa?"
Marko : "Karena... Arin berasal dari keluarga yang sederhana, orang tuaku tidak setuju, mereka ingin aku menikah dengan wanita pilihan mereka"
Flora : "Oooh pantas saja ibumu ketus sekali jika tentang Arin, lalu... Arin bagaimana?"
Marko : "Arin, dia gadis yang sangat baik, wajahnya juga sangat cantik, itulah alasan kenapa aku sangat menyukainya. Kami sudah lama menjalin hubungan, dari sejak 1 SMA kita sudah pacaran. Arin sudah berkali kali meminta kepastian padaku, dia ingin aku cepat cepat melamar dan menikahinya. Tapi, disaat aku akan melakukannya... Arin malah memutuskan hubungan kita, itulah kenapa kemarin aku melamun saat menyebrang, karena setelah membeli bunga untuknya aku menerima pesan jika Arin ingin mengakhiri segalanya:)"
Flora : "Sekarang aku mengerti, kamu ingin memberikan bunga terakhir ini untuknya kan?"
Marko : "(Mengangguk) Bunga dan cincin, adalah hal yang sangat disukai wanita, iya kan?"
Flora tersenyum dan mengangguk...
Marko : "Apalagi Arin, dia sangat suka dengan bunga mawar merah"
Flora : "Dia pasti akan sangat senang jika tahu kamu ingin memberikan dia bunga dan cincin"
Marko : "Tapi takdir tidak memihakku"
Flora : "Tidak papa, kamu masih bisa menyampaikan semuanya"
Marko : "Waktuku tidak banyak, aku ingin kamu segera menemuinya"
Flora : "Ke alamat yang tadi kan?"
Marko mengangguk...
Saat itu, Flora sampai di rumah Arin. Dia melihat Arin sedang termenung sendirian di luar rumahnya, dia pun menghampirinya.
Flora : "Hai"
Arin : "S...siapa kamu?"
Flora : "Aku Flora, temannya Marko"
Arin : "Apa??"
Flora : "Teman sejak kemarin kok, bukan teman lama"
Arin : "Kamu jangan bercanda ya, Marko..."
Flora : "Sudah meninggal kan?"
Arin : "I..iya"
Flora : "Maaf aku mengganggu sebentar, aku hanya ingin memberi tahumu sesuatu tentang Marko"
Arin : "A...apa?"
Flora : "Marko, dia datang padaku"
Arin : "M... maksudmu?"
Flora : "Dia ingin kamu tahu jika sebelum kecelakaan terjadi, dia sudah membeli bunga dan cincin ini untuk kamu. Dia ingin membuktikan jika dia benar benar serius sama kamu Rin, karna melihat pesan dari kamu Marko melamun dan dia tidak sadar saat menyebrang ada truk yang sedang melaju dengan cepat" ujarnya sambil memberikan bunga dan cincin itu pada Arin
Arin menerimanya dengan tangisan karena menyesal...
Arin : "J...jadi... Kecelakaan itu terjadi karena aku?:("
Flora : "Tidak, jangan menyalahkan dirimu sendiri, semuanya sudah takdir, bukan karena kesalahan siapapun"
Marko : "Flo, aku ingin bicara padanya, apa kamu bisa pergi dulu? Berikan waktu untukku dan Arin walau hanya sebentar"
Flora tersenyum dan mengangguk...
Flora : "Marko ingin bicara padamu" ujarnya lalu pergi
Arin : "T... tapi..."
Marko : "Arin..." Ucapnya yang tiba tiba muncul di hadapan Arin
Arin : "M...Marko?"
Marko : "(Tersenyum) Maafkan aku Rin, aku terlambat untuk membuktikan semuanya sama kamu"
Arin : "Tidak Marko, harusnya aku yang minta maaf, karena aku kamu mengalami kecelakaan itu, maafkan aku:("
Marko : "Tidak, tolong jangan salahkan dirimu atas semua yang terjadi"
Arin : "Seandainya aku tidak mengirim pesan seperti itu, mungkin kamu..."
Marko : "Sssttt, aku sudah ikhlas, dan kamu juga harus merelakan aku, jangan sedih terus seperti ini"
Arin : "Marko, aku janji akan selalu menyimpan cincin ini untuk kamu:)"
Marko : "Aku bahagia dengernya Rin, sekarang aku sudah tenang... Aku harap kamu tidak membenciku lagi ya?"
Arin : "Saat itu aku tidak membencimu, aku hanya kesal saja"
Marko : "Aku mengerti"
Arin : "Marko, jangan pergi:("
Marko : "Aku harus pergi, jaga dirimu baik baik"
Arin menganggukkan kepalanya...
Marko : "Aku sayang sama kamu"
Arin : "Aku juga sayang kamu Marko"
Sebelum pergi, Marko mencium kening Arin untuk terakhir kalinya, lalu setelah itu dia menghilang untuk selamanya. Flora melihat mereka dari jauh, dia menangis dan sangat terharu akan kisah cinta mereka.
***
Arin : "Flora, terima kasih, karena kamu aku dan Marko bisa bertemu untuk terakhir kalinya walau hanya sebentar"
Flora : "Iya, aku ikut bahagia Marko sudah bisa pergi dengan tenang"
Arin tersenyum dan mengangguk...