Bel berbunyi sangat keras membuat mata siswa-siswi yang ngantuk kembali terjaga. Bukan hanya karena terkejut, melainkan seperti sudah menjadi hal wajar jika siswa akan kembali bersemangat ketika jam pelajaran telah selesai. Ana yang sudah bersiap-siap untuk pulang juga menenteng backpacknya keluar dari gerbang sekolah menuju halte busway yang berada tak jauh dari sekolah Alma. Kini Ana tak perlu khawatir akan adiknya yang akan menungggu lama disekolah karena Alma kini sudah bisa menaiki ojek online yang dipesankan gurunya untuk pulang ke rumah, sedikit meringankan tanggungjawab Ana. Tak hanya itu, Alma yang kini beranjak besar sudah seperti terbiasa untuk membantu kakaknya. Dirinya segera berganti pakaian dan merebus berbagai bagian ayam dengan rempah-rempah yang disiapkan Ana saat malam hari, selanjutnya Ana hanya perlu melanjutkan memasak bahan yang sudah dihilangkan bau amisnya dengan bumbu semur seperti biasa. Tak jarang Alma juga ikut menjemur tikar yang akan dipakainya nanti malam jikalau dirinya pulang sekolah agak siangan.
"Udah selesai semua?" tanya Ana baru pulang sekolah.
"Belum semua sih kak, ini tinggal dibumbui aja. Aku lagi nusukin sosis sama bakso, trus yang buat wedang jahe juga belum aku bikin" jelas Alma yang sedari tadi sibuk membuat sate dari sosis, bakso atau bahan bakaran lain yang tidak perlu dibumbui terlebih dahulu.
"Oh, yaudah. Biar aku aja, kamu selesein itu ya. Soalnya bumbu buat olesan bakaran juga abis" jawab Ana yang pergi menuju kamar untuk berganti pakaian.
"Nanti aku aja kak yang beli, sekalian mau beli lem kertas buat tugas prakarya besok!" seru Alma yang berada didapur.
"He'em" jawab Ana singkat karena mulutnya masih terkunci dasi yang dilepasnya dan akan digantung bersama seragam sekolahnya.
Dua kakak beradik mengerjakan persiapan berjualanan angkringan, Alma yang kembali dari membeli bahan-bahan yang kurang mulai mengangkat tikar yang dijemur dan menatanya menjadi satu sebelum akhirnya dibawa ke tempat berjualan. Dengan sigap pula Ana mengelompokkan bahan-bahan yang nanti akan dibawa untu berjualan, beberapa kotak makanan dan teko berisi wedang jahe juga sudah siap.
"Alma! Kakak nyiapin gerobak dulu ya, sekalian ini tikarnya kakak bawa!" seru Ana memberitahu Alma yang berada didalam rumah memberesken printilan kecil yang belum seselai.
"Iya kak, tunggu. Ini wedang jahenya bawa aja, nanti sate-sateannya aku yang bawa!" jawab Alma buru-buru membawa teko berisi wedang jahe dari dalam rumah.
"Wah! Adek kakak udah besar ternyata, udah kuat ngangkat teko" ledek Ana melihat adeknya kesusahan mengangkat teko.
Ana yang membawa beberapa tikar dan teko berisi wedang jahe berjalan meninggalkan rumah menuju gerobak angkringan yang sebelumnya sudah ia siapkan disore hari. Alma yang berada dirumah degan teliti memasukkan kotak berisi sate kedalam tas jinjing pasar yang biasa ia bawa, semuanya disusun dengan rapi agar tak tercampur satu sama lain. Setelah semuanya sudah siap, Alma bergegas mengunci pintu rumah dan pergi menyusul kakanya berjualan di angkringan karena hari sudah beranjak menggelap.
Dengan lincah Alma melayani setiap pembeli yang datang memilih makanan yang diakan dibakar lagi atau beberapa gorengan yang dapat dibawa disebuah piring plastic seperti layaknya disebuah angkringan, dimana setiap pembeli yang sudah memilik makanan akan menunggu makannanya diantarkan ketempat yang ia pilih untuk duduk. Beberapa tikar bersih bisa mereka pilih sendiri karena setiap tikar apat digunakan oleh beberapa orang saja atau jika banyak orang yang berkumpul dalam satu kelompok dapat memilih tikar yang lebih lebar. Ana bertugas membakar sate-satengan yang dipesan orang dan Alma bertugas membuatkan minuman serta mengantarkan beberapa makanan ke tempat duduk pelanggannya. Namun, sedang asyiknya melayani pembeli, bencana yang tidak diharapkan datang ke tenda angkringan Ana.
"Ooooh, jadi ini anak orang miskin yang berani deketin Gaska?!" seru seorang perempuan datang memasuki tenda angkringan Ana.
Sontak Ana dan Alma berbalik melihat siapa yang datang ke angkringannya dengan kalimat pembuka yang menyakitkan. Namun, Ana kembali fokus membakar sate-sateannya dan tidak menghiraukan orang itu
"Apaan nih? Hih, makanannya berdebu semua" jawab seorang gadis lainnya sambil membuang-buang makanan dan sengaja menginjaknya dengan sepatu boots yang dipakainya.
"Heh! Apa-apaan ini?!" bentak Alma menghentikan tingkah segerombolan gadis.
"Nggak usah banyak bacod anak kecil" jawab seorang perempuan yang datang dibalik beberapa gadis.
Zoya datang dengan membawa dendam yang belum usai kepada Ana yang dinilai merebut kekasihnya. Membawa beberapa teman perkuliahannya yang sama-sama dari keluarga kaya yang tidak berperasaan. Ana yang melihat adiknya berhadapan dengan Zoya langsung menggeret adiknya untuk berlindung dibalik badannya. Untung saja semua pelanggan sudah selesai ia layani, meskipun beberapa minuman yang dipesan belum diantarkan.
"Oh, kamu adiknya perempuan gatel ini ya?" tanya Zoya melirik Alma yang berada dibalik badan Ana.
"Ada perlu apa kamu datang kesini?" tanya Ana tanpa menatap mata Zoya.
"Aku? Suka-suka aku dong. Lagian ini kan bukan tempat kamu, aku bisa kok usir kamu dari tempat ini. Biar kamu nggak bisa jualan disini dan jadi gembel" ancam Zoya yang diteruskan dengan tertawa puas bersama teman-temannya dan pergi meninggalkan tenda angkringan Ana. Alma yang keburu marah berlari mengikuti Zoya dan menyiramkan segelas es kopi yang tadinya akan diantarkan ke pelanggan.
"Eh, apa-apaan nih?!" seru Zoya kaget melihat baju putihnya basah karena es kopi.
Alma yang puas menyiram minuman itu pun berlari menuju tenda angkringan untuk berlindung dari kejaran Zoya. Zoya yang keburu malu pun buru-buru menuju mobilnya, karena seluruh mata sudah tertuju kepadanya sedari dirinya keluar dari tenda angkringan Ana. Meskipun suasana terlihat sepi, sangat tidak mungkin beberapa pelanggan Ana tidak melihat perlakukan Zoya kepada Ana didalam tenda angkringannya. Apalagi beberapa pelanggan yang hendak mengambil minuman yang dipesannya melihat Ana di bully oleh Zoya pun ikut menaruh kesal kepada Zoya.
Hari beranjak petang dan Ana bergegas memberesi dagangannya, syukurlah hari ini beberapa menu yang dijual habis terjual. Mekipun beberapa makanan masih tersisa, Ana tetap membakar sate-satean yang tersisa. Diletakkannya beberapa sate kedalam plastik dengan beberapa variasi yang tersisa. Dibawanya pulang beberapa plastik makanan yang tersisa, dengan langkah lelahnya Ana paksakan diri berjalan menuju rumahnya. Tak lupa beberapa kantong plastik berisi makanan dibagikan kepada gelandangan atau anak kecil yang sedang berjualan rokok dari bis satu ke bis yang lain yang kemudian sisanya dapat digoreng untuk lauk besok pagi dan jika masih sisa pasti akan dibuat bekal untuk Alma yang tidak suka jajan disekolah. Bukan karena Ana tidak memberinya uang jajan, namun karena Alma sudah mulai berfikir mengenaik kelanjutan sekolahnya.
"Semoga suatu saat kita bisa beli motor ya kak" kata Alma dengan mengusap-usap matanya yang menahan kantuk.
"Iya, doain ya. Biar kakak bisa cepet ngumpulin uang buat beli motor dan sekolah kamu" jawab Ana lembut meskipun tengah menenteng tumpukan tikar yang akan dijemurnya besok pagi.
"Capek banget kak" keluh Alma yang menenteng teko kosong dan tas jinjing yang biasa diisi bermacam-macam makanan.
"Siniin tasnya, biar kakak aja yang bawa" kata Ana sembari mengambil tas jinjing dari tangan Alma.
"Kalo aja ibu sama bapak kita masih ada ya kak" kata Alma lagi.
"Besok kita tengok mereka berdua ya, dek. Lama lho kita yang main kesana" ucap Ana yang bergegas membuka pintu rumah.
Diletakkannya segala barang yang dibawanya tadi, Alma langsung bergegas kekamar mandi untuk buang air kecil dan membersihkan badan setelah setengah hari berjualan. Ana yang menutup pintu juga bergegas menaruh segala kotak yang akan dicucinya besok pagi. Keduanya beranjak menuju tempat tidur masing-masing ketika telah membereskan semuanya. Rasa kantuk dan lelah membuat Ana tertidur setelah memutuskan mengisi daya di hpnya. Hari ini berjalan dengan baik, meski diiringi keluh dan kesah dari Alma yang merindukan sosok kedua orang tuanya. Ana yang juga merindukan kedua orang tuanya hanya bisa berdoa untuk keselamatan kedua orang tuanya, berdoa agar adanya mukjizat yang dapat menyatukan mereka kembali.