Chereads / Duchess Yang Menginginkan Suami / Chapter 4 - Kesepakatan Mereka

Chapter 4 - Kesepakatan Mereka

"Kau akan menjadi suamiku." 

Alexandra langsung berkata seperti itu dengan suara besar dan penuh kepercayaan diri.

"Tunggu dulu, aku ke sini hanya mengawal, bagaimana bisa aku menjadi suami Anda yang terhormat?" 

Lucian tidak percaya dengan apa yang dia dengar, seperti omong kosong yang sangat memekakkan telinganya. 

Dia terkejut dan di sekitarnya juga bersikap dengan sangan membingungkan.

Alfo yang paling vokal untuk menyuruh Alexandra menikah menatap Lucian tajam. Dia belum bisa menerima kenyataan ini, bukan seperti ini yang dia harapkan.

"Tapi pernikahan itu bukan hal sembarang yang bisa siapa saja menikahi Anda, Duchess."

Suaranya lantang ketika bicara, sebisah mungkin dia akan menolak hal ini terjadi. 

"Keturunan Rissingshire yang sangat penting. Ada alasan aku memilihnya."

[Selain dia sangat manis.]

Alexandra duduk di singgasananya yang baru saja diganti dengan singgasana lain. Karena telah hancur dua kali, mereka membuatnya dengan jumlah cukup banyak, menyimpannya dalam gudang yang dirawat dengan sangat baik. 

Mereka cepat tanggap karena berpikir ini pasti terjadi lagi, dan benar saja dugaan mereka. Sekarang terbukti.

Alexandra menatap dengan sorot mata rendah pada Alfo dan pengikut lainnya yang gelisah. Di antara mereka ada yang merasa kalau putra mereka lebih baik untuk Duchess dibandingkan pria itu. 

Keegoisan  muncul begitu saja karena kesatria bayaran malah ingin mengambil tempat di keluarga Rissingshire.

"Kalian meremehkan ku?" suara berat Alexandra yang mengancam membuat mereka semua terdiam. Dia benar-benar tidak menyukai perdebatan ini, bisa-busa dia berubah menjadi naga kembali karena ocehan mereka.

Alexandra beralih melihat ke Lucian yang masih berdiri sendirian tanpa mau bergabung ke dekat para pengikutnya. Alexandra membiarkannya.

"Saat dia melihatku dalam sosok naga, dia tidak kabur, dan ketika aku menciumnya, tubuhku bereaksi. Berubah menjadi manusia. Kalian tahu kenapa bisa begitu?" 

Alexandra melihat ke arah para pengikutnya yang saling bicara satu sama lain. Mereka semua melihat kejadian itu, tepat di depan mata mereka yang sulit membuat mereka mengatakan penolakkan lagi.

"Kalau kalian membawakan pengantin lain, bisa-bisa mereka aku makan." 

Alexandra menyandarkan pipi kanannya ke tangan kanannya, memperhatikan mereka yang mulai ketakutan. Mulut mereka rapat, dan mengangguk menyetujui ucapannya. Telah lama mereka mencari pengantin untuk duchessnya ini dan tidak ketemu hinhha sekarang.

Lucian menghelakan napasnya, kemudian berjalan lebih dekat. Sejak tadi dia telah mendengarnya, tapi dia seperti tahanan saja.

"Anda tidak minta pendapat saya?" tanya Lucian dengan gugup, senyum yang dia berikan saja tidak mengembang dengan baik. 

[Manis sekali.]

Alexandra tersenyum, tapi di hadapan mereka semua, senyumnya itu terlihat kejam. Bawaan dari wajahnya yang tegas yang seringkali di salah artikan oleh orang lain. 

"Apa pendapatmu? Kau pasti senang menjadi suamiku, aku akan memberikan apa pun yang kau mau." Suaranya mendesak, tidak ada niat dalam dirinya untuk Lucian memberikan penjelasan pendapatnya. 

"Apa pun?" 

Sungguh tawaran yang membuat dia goyah. Dia bisa hidup dengan baik tanpa perlu ke sana ke sini mencari pekerjaan. Saat dia melihat wanita di depannya ini, dia juga bukanlah wanita yang jelek, matanya sangat indah dan dia sangat cantik. Lucian juga melihat tubuhnya yang sintal, buah dada yang besar dan terlihat sangat nyaman untuk dia pegang.

[Apa yang kupikirkan?]

Lucian memegang kepalanya sendiri untuk menghilangkan pikiran buruk itu. Setelah dia bisa mengontrol dirinya, dia melihat ke arah Alexandra lagi. 

"Bukannya menurut Anda itu terlalu cepat?"

"Maksudmu menikah?" tanya Alexandra dengan suara dalam yang tenang. 

"Ya. Aku tidak mau kalau langsung menikah begitu saja. Bukankah kita butuh mengenal lebih jauh baru bisa menikah? Bisa saja ternyata Anda mencintai orang lain?"  Lucian menjelaskan dengan kalimat yang masuk akal. Kalau Alexandra ternyata menyukai pria lain saat dia telah menikah dengan Lucian, itu akan menjadi skandal yang lebih besar.

"Kau benar." 

Alexandra diam untuk sejenak, walaupun wajah tanpa ekspresinya terlihat dingin tapi dia tetap indah untuk dipandang. Karena itulah mata hijau Lucian sejak tadi tidak bisa mengalihkan pandangannya ke yang lain. 

Alexandra mengangguk sekali dengan samar saat menemukan jawabannya. Dia melirik Lucian tenang walaupun para pengikutnya memandang Lucian sangat tajam. 

"Kalau begitu, bagaimana kalau kau menjadi kesatria di Duchi Rissingshire dan sekalian tunanganku?" 

Semua pengikutnya menatap tidak percaya pada Alexandra, kenapa mereka mendapatkan pemimpin seperti ini?

Bahkan Alfo mengelap sudut matanya, dia membayangkan Felix—Ayah Alexandra, yang mungkin menangis karena kelakuan anaknya ini. 

[Maafkan aku, Duke Felix. Alexandra menjadi orang yang sedikit liar.]

Lucian memikirkan keuntungan apa saja yang dia dapatkan jika dia menerima tawaran dari Duchess Rissingshire.

"Berapa gaji menjadi seorang kesatria di Duchy Rissingshire, Duchess?" tanya Lucian membuat telinga Alexandra.

"Seratus lima puluh koin emas sebulannya, maka setahun seribu delapan ratus koin emas," jawab Alexandra tenang, membuat mata pengikutnya gelisah.

Gaji yang sangat besar, sulit mendapatkan tawaran mahal seperti ini. Lucian tidak bisa mengumpulkan seribu delapan ratus koin emas walaupun dia bekerja selama dua tahun menjadi tentara bayaran.

"Baiklah, saya akan menerima tawaran Anda. Berarti kita harus memulai dengan saling mengenal lebih dulu."  

Lucian tersenyum. Pilihan ini lebih meringankannya, dia akan menjadi kesatria bahkan kalau Duchess mencintai pria lain, dia akan terus menjadi kesatrian di Rissingshire atau walaupun dia pergi dari sini setelah menjadi kesatria Rissingshire, dia bisa bekerja di keluarga lain. 

"Namaku Alexandra Rissingshire, kau boleh memanggilku Lexa, Lucian."

Lucian tersenyum manis dengan mata yang beradu tatap dengan Alexandra. 

"Baiklah, Duchess Lexa."

"Tidak, hanya Lexa saja." Alexandra menekan masa bicaranya agar Lucian memanggil nama panggilan kedua orang tuanya. 

Lucian membuka mulut dengan ragu. "Le-Lexa?"

"ya."

Senyum yang indah membuat yang lainnya terdiam. mereka tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi. Keduanya terlihat saling bersikap manis. 

Berita tentang Duchess mereka yang menemukan calon suami tersebar di seluruh mansion dengan cepat. Mereka membicarakan hal itu dengan heboh, apalagi tentang penampilan sang calon suami Duchess yang menurut mereka kurang terlihat gagah perkasa. 

Dia terlalu manis. 

Niles, kepala pelayan di Duchy Rissingshire telah mengantar Lucian ke kamarnya. Dia tidak banyak bicara dan bersikap ramah. Setelah mengantar Lucian, dia langsung keluar begitu saja dari kamar Lucian. 

Lucian menjatuhkan dirinya di kasur yang empuk, kasur yang besar dengan empat tiang kayu yang diukir dengan sangat cantik. Kayu yang memiliki warna merah yang khas wilayah Rissingshire.

"Aku akan menghabiskan waktu sebentar untuk ada di sini."

Lucian memejamkan matanya, terlelap di dalam dunia mimpi yang bercampur dengan kenyataannya. Kilatan ungu yang muncul dan asap tebal itu.

Lucian tersenyum di dalam mimpinya.