Chereads / Duchess Yang Menginginkan Suami / Chapter 10 - Berbincang Denganmu

Chapter 10 - Berbincang Denganmu

"Ibu, kenapa Ayah seperti itu?" Alexandra kecil memegang baju ibunya. Matanya yang berwarna keemasan menatap ibunya yang sejak tadi tatapannya hanya tertuju pada ayahnya. 

Alexandra menarik baju ibunya, dan akhirnya membuat ibunya tersadar. 

Mata yang awalnya membulat itu akhirnya mengecil, senyum muncul di wajah ibunya tapi dengan cara yang membuat Alexandra tidak nyaman.

Ibunya hanya mencoba untuk menenangkan Alexandra yang panik. 

"Ayahmu hanya sedikit pusing saja. Bagaimana kalau Lexa bermain bersama Alfo saja? Ibu akan menemani ayah."  Ibu Lexa melihat Alfo dan kemudian Alfo memegang tangan kecil Alexandra, membawanya menjauh dari kamar kedua orang tuanya. 

Alfo sangat mengerti dengan apa yang terjadi pada Duke nya.

Pintu besar dengan ukiran indah berwarna keemasan itu tertutup. Pemandangan terakhir yang Alexandra lihat adalah Ibunya yang menatap wajah ayahnya dengan khawatir.

Alexandra membuka matanya dengan cepat, nafasnya terburu-buru karena mimpi barusan yang membuatnya kesulitan bernapas. 

Keringat membasahi keningnya, dia merasa tidak nyaman sekali.

Thump! Thump! Thump!

Detak jantungnya cepat. Ini seperti akan meledak!

"Alexandra, ada apa?" Lucian menyentuh pipi Alexandra, membuat mata Alexandra mengerjap dan melihat Lucian, pupuknya mengecil, tatapannya menjadi lebih tenang walaupun napasnya belum sangat tenang. 

"Lucian ...." 

"Ya, aku di sini." Lucian menatap Alexandra dengan khawatir, dia sedang memperhatikan Alexandra dengan saksama, dengan mata tenang yang mengamati.

Alexandra menyentuh keningnya dengan kasar, dan mengerutkan keningnya. 

"Tidak ada. Bagaimana dengan pelajaranmu?" Alexandra menjauhkan buku tebal di depannya, membuat suara berisik yang membuat telinganya sakit

Di sekelilingnya banyak buku-buku yang tersusun rapi di rak-rak besar memenuhi ruangan, di atas meja panjang, di meja tempatnya berada ada dua tumpuk buku besar dari buku yang baru saja dia baca saat melihat Lucian yang mendapatkan pelajaran dari Alfo tentang Rissingshire. 

Karena Alfo yang sangat cerewet mengenai pertunangan ini, dia merasa kalau Lucian harus memiliki wawasan tentang Rissingshire agar tidak terlalu membuat malu Rissingshire. Lucian harus tampak dengan sangat membanggakan dan pintar dalam menangani masalah.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Alexandra menyusul Alfo dan Lucian ke perpustakaan keluarga, dan memperhatikan Alfo dalam memberikan pelajaran untuk Lucian. Alexandra takut Alfo yang berisik dan bermulut keji itu melukai hati Lucian. Dengan kedatangannya tadi, Alfo tidak banyak bicara. Dia menjaga sikapnya sebelum dia mendapatkan hukuman dari Alexandra. 

Kemarin saat duel terjadi antara Lucian dan Garit, Alfo mendapatkan hukuman berupa mengurusi masalah di salah satu desa di timur wilayah Rissingshire, Alexandra memberi waktu dua puluh empat jam untuk Aldo menyelesaikannya, membuat Alfo sedetik pun tidak bisa beristirahat. 

Mengingat hal tersebut membuat tubuh Alfo merinding. 

"Semuanya berjalan baik. Tuan Alfo mengajarkanku dengan baik." Lucian mengatakannya sambil tersenyum. Dia masih memperhatikan Alexandra dan melihat sedikit keringat di keningnya, Lucian mengambil sapu tangannya dari dalam kantong bajunya, kemudian mengelap keringat yang muncul di kening Alexandra. 

"Eh?" 

Alexandra terkejut, dia memandang Lucian tanpa berkedip seolah melamun adalah kebiasaannya. 

Lucian yang melihat ekspresi terkejut Alexandra segera menyingkirkan sapu tangannya, memasukkannya kembali ke dalam kantong bajunya. 

"Maafkan aku karena sapu tangan murahan ini malah menyentuh wajahmu yang berharga." Sekali lagi Lucian meminta maaf pada Alexandra seperti yang sudah-sudah, itu membuat Alexandra tidak suka. Padahal Lucian memberikan perhatian padanya.

"Tidak. Aku senang atas perhatianmu," ujar Alexandra dengan suara yang dingin dan datar. Orang yang mendengarnya akan merasakan kedinginan yang terjadi, apalagi Alexandra menunduk dan menghindari kontak mata dengan Lucian. 

[Aku membuat kesalahan lagi ...] 

Lucian tersenyum dengan canggung, menghadapi wanita berjiwa kuat di depannya ini membuatnya bingung karena dia cukup sulit di tebak, sikapnya masih seperti pusaran air yang cukup menakutkan

Alexandra selaku bisa melakukan apa pun dengan kemauannya sendiri, dia adalah wanita paling kuat di kekaisaran Asteorene  ini. 

"Duchess Rissingshire, guru dansa Anda akan tiba besok." Alfo mendekat pada mereka berdua. Sejak tadi saat dia sedang membereskan buku pelajarannya, dia melihat Lucian dan Alexandra sedang bicara berdua dan terlihat begitu dekat. 

Entah kenapa saat dia melihat itu, dia ingin menarik Lucian. Kebetulan sekali dia ingat mengenai surat yang baru datang tentang guru dansa yang akan mengajari dua orang di depannya ini. 

"Siapa?" tanya Alexandra pada Alfo. Dia menatap Alfo dengan saksama, jika Alfo yang memilihkan guru untuknya itu pasti bukan guru yang sembarangan.

Tatapannya sudah seperti biasa, lurus, dingin, dan mendominasi. Siapa pun yang berhadapan dengan Alexandra akan merasakan kalau dia adalah orang hebat yang penuh kharisma. 

"Countess  Wisewint, istri saya." Alfo membusungkan dadanya dengan bangga. 

Dia bahkan mengingat wajah istrinya yang sedang tersenyum padanya sambil bersemu merah seperti buah tomat. 

"Kalau begitu aku percayakan pada Marie. Dia sungguh istri yang sangat hebat, bisa tahan dengan orang menyebalkan sepertimu." Alexandra menatap dingin Alfi yang membuat Alfo tersenyum cerah.   

Setelah urusan belajarnya selesai, mereka bertiga berjalan bersama. 

"Sampai kapan kau akan mengikutimu, Alfo?" tanya Alexandra. 

Sejak tadi dia melihat Alfo ada di tengah-tengah dirinya dan Lucian. 

"Saya pikir Anda akan membutuhkan saya." Alfo menyentuh dadanya dengan bangga, tapi Alexandra tidak melihatnya. Sedangkan Lucian sejak tadi selalu tersenyum memperhatikan interaksi keduanya. 

"Aku tidak membutuhkanmu, dan sekarang aku sedang berjalan bersama tunanganku. Kau tidak tahu maksudnya?" tanya Alexandra angkuh. 

[ Tentu saja aku tahu, tapi aku tidak mau menyingkir dari sini dengan mudah ...] Alfo masih terus tersenyum untuk menutupi keinginan di dalam hatinya. 

"Menyingkirkan dan urusi tentang penyaluran dana bantuan untuk wilayah yang terkena bencana, Alfo." Alexandra berhenti dan melihat Alfo, melihat tatapan Alexandra yang sangat serjhs, akhirnya Alfo mengangguk  dan menunduk. 

"Baiklah, Duchess Rissingshire." 

Alfo meninggalkan mereka berdua, walaupun Aldo menyebalkan, tapi dia selalu serius mengurus tentang Duchy Rissingshire. 

Sekarang tinggal Alexandra dan Lucian berdua. Mereka terus berjalan hingga mereka melewati taman dan melihat danau tempat mereka pertama kali bertemu. 

"Kau ingat tempat ini, Lucian?"

Lucian tersenyum. Tidak mungkin dia melupakan tempat ini, di mana dia mendapatkan dua kejutan indah yang tidak mungkin dia lupakan seumur hidupnya. 

"Tentu saja aku mengingatnya. Tempat aku bertemu denganmu dan leherku hampir saja terpisah dari tubuhku." Lucian tertawa kecil sambil memperhatikan perubahan ekspresi Alexandra yang terkejut. 

Ya, para kesatrianya telah mengarahkan pedang ke arahnya. 

"Ini tempat aku bertemu calon suamiku." 

Balasan dari Alexandra tidak kalah mengejutkannya dibandingkan apa yang dikatakan Lucian tadi. Apalagi Alexandra tersenyum snagat manis dan lepas, hal yang tidak pernah dia lakukan, membuat Lucian terjebak dalam pesona Duchess berambut merah seperti kepribadiannya yang luar biasa.