"Bagaimana kalian bisa kehilangan Duchess?"
Alfo berteriak pada semua pengikut yang ikut mencari Duchess Rissingshire. Kepalanya berdenyut karena takut Duchess bisa keluar dari kawasan mansion mereka.
Mansion Rissingshire sangat luas, walaupun ada di pusat kota wilayahnya dikelilingi hutan dan taman yang indah. Dengan kereta kuda saja dari gerbang utama untuk ada di depan mansion membutuhkan waktu tiga puluh menit.
Jalan dari gerbang hingga mansion dihiasi dengan batu yang indah yang terkadang membuat Alexandra bertanya untuk apa jalan yang dilalui kereta dihias dengan indah?
Di kedua sisi jalannya dihiasi lampu yang diukir secara khusus dengan menggunakan perak yang ditempah oleh para elf.
Wajar saja kalau Mansion Rissingshire dikatakan sebagai mansion terindah sekekaisaran.
Dan tidak hanya itu, mereka meletakkan sihir pelindunh di empat titik yang berguna bisa menahan agar jika Alexandra berubah menjadi naga, dia tidak bisa kabur dari sini dan orang luar tidak akan bisa melihatnya.
Dan begitulah orang-orang belum pernah melihat wujud Alexandra sebagai naga.
Alfo berkeliling berulang kali mengitari mansion, dan para kesatria juga mencari tuan mereka, tapi mereka belum kunjung menemukannya.
Dengan badan sebesar itu seharusnya Duchess akan mudah ditemukan.
Alfo menggaruk kepalanya. Hal yang paling memusingkan di dunia adalah berurusan dengan Alexandra. Dia sudah mengenal Alexandra sejak kecil, dia manis, dan terlihat begitu baik. Tapi semenjak kematian kedua orang tuanya, sisi kejam Alexandra muncul dan itu menakutkan baginha.
"Belum ketemu juga."
"Apa sihir pelindung itu jebol?"
Alfo berteriak sangat kuat, dia takut hal tidak menyenangkan terjadi. Itu berbahaya sekali dan ingin rasanya dia mencekik Lazar sekarang.
"Tidak, Tuan Alfo."
Lapor Lazar seorang ketua penyihir yang bekerja pada Duchy Rissingshire. Tapi laporan itu tetap saja membuat mereka gelisa, mereka harus menjaga garis keturunan dari Rissingshire, darah yang paling berani di kekaisaran ini.
Sekarang, mereka kembali mencari agar tidak terjadi kekacauan yang tidak mereka inginkan.
Satu-satunya keturunan yang harus mereka lindungi dengan segenap jiwa mereka. Kegelisahan besar dengan tanggung jawab membuat Alfo berlari-lari dengan sangat panik.
**
Dia adalah pria yang memiliki senyum yang cemerlang, dibandingkan menjadi seorang ksatria bayaran, orang-orang akan mengira kalau dia adalah pria bayaran di atas ranjang wanita.
Saat dia tersenyum, matanya yang kecil seperti memanggil orang untuk segera membelainya. Suaranya sangat lembut, ucapannya juga sangat sopan. Itulah yang membuatnya sangat jauh dari kesan ksatria bayaran yang kasar.
Lucian Hutch, dia mempunya rambut hitam yang terlihat sangat sehat, tebal, dan begitu lembut seperti anjing kecil berbulu lebat, itulah kesan yang dia punyai.
Kulitnya sedikit kecoklatan, dengan mata indah seperti batu peridot. Bahunya lebar dengan fitur wajah halus dan bibir merah yang menunjukkan kesan polos yang mendebarkan.
Semuanya indah dengan sikap manis yang dia punya.
Meskipun begitu dia tidak pernah menerima satu pun pernyataan cinta yang datang padanya. Dia akan menolak dengan senyum indah di wajahnya, kemudian para wanita itu mundur dan pingsan karena pesonanya.
Hari ini dia menerima pekerjaan sebagai kesatria bayaran untuk mengirim barang di kediaman Rissingshire.
Karena mereka tidak bisa menemukan kepala pelayan yang biasa akan memberikan bayaran tambahan, Lucian disuruh untuk menunggu sebentar dengan memberikannya roti isi sebagai makan siangnya.
Dari bentuknya yang indah, lucian merasa lapar saat melihatnya.
Lucian mencari tempat yang nyaman untuk makan siang, mengawal adalah pekerjaan yang berat dan dia butuh ketenangan dari suara berisik yang dia dengar sebelumnya. Sepuluh menit dari dapur yang dia datangi tadi, dia menemukan pohon yang begitu rindang dan terdapat danau di depannya.
"Di sini tidak buruk."
Setelah menemukan tempat yang nyaman, Lucian duduk dan makan di sana sambil menikmati roti isinya yang berisik daging asap yang enak.
"Mereka pasti mengisinya dengan daging terbaik," puji Lucian pada roti isi yang dia makan, dan benar saja, dia merasakan kelembutan daging yang dia makan dengan rasa yang begitu enak.
setelah beberapa menit dia menghabiskan roti isinya, Lucian membaringkan tubuhnya, dia tidur begitu saja di bawah pohon yang rindang dengan bayangan yang menutupi tubuhnya, membuatnya lebih nyaman dalam beristirahat.
Angin yang bertiup membuat tubuhnya merasa nyaman, tenang sekali yang membuat otot-otonya rileks, itu pelepasan rasa lelahnya yang sangat baik.
Woosh!
Lucian merasakan wajahnya diterpa angin yang kuat. Angin yang hangat yang membuatnya teringat dengan sauna.
Mungkin itu adalah sinar matahari yang berhasil menerobos dari dedaunan lebat pohon dan menyentuh kulitnya dengan hangat.
Woosh!
Terjadi lagi.
Ini memang sama sekali tidak menyenangkan, apakah dia tidak bisa tenang sama sekali?
[Apa ini?]
Lucian membuka matanya dan melihat angin apa yang membuatnya terganggu. Di depan matanya makhluk yang sangat cantik sedang menatapnya. Matanya berwarna keemasan dengan kulit yang berwarna merah.
"Eh?" Lucian membelalakkan matanya. Dia sering mendengar tentang makhluk ini, tapi benarkah ini nyata?
Woosh!
Hembuskan napas kasar itu terjadi lagi, Lucian bangkit secara perlahan dan naga itu maju.
"Kau makhluk yang indah, tapi bisakah kau mundur?"
[Aku merasa bodoh sekali.]
Lucian mengingat tentang roti isinya, mungkinkah naga ini datang karena mencium wangi roti isi yang dia makan tadi?
Lucian melihat naga tersebut dengan hati-hati.
"Rotinya telah habis ...."
Lucian tersenyum sambil menelan ludahnya, sekarang tubuhnya membeku saat naga di depannya semakin maju.
Napas berat itu membuat rambutnya berkibar, Lucian telah memegang pedangnya karena kepala besar naga tersebut semakin mendekatinya yang seolah akan melahapnya.
"Tunggu dulu."
Jilatan terjadi, matanya naga tersebut tidak tajam.
Membulat seperti anak anjing yang pernah dia beri makan sambil menggoyangkan ekornya.
Chu!
Sebuah ciuman terjadi dan membuat Lucian terkejut. Cahaya kekuningan dan kemerahan yang bersamaan muncul berputar di depannya, membungkus tubuh naga tersebut. Semakin lama, tubuh sang naga semakin mengecil, dan di depannya muncul seorang wanita cantik berambut merah semerah batu ruby.
Itu membuatnya terdiam beberapa detik dengan jantung yang berdebar seperti dia akan dihancurkan dari dalam.
Lucian terdiam, dia seolah mendapatkan pukulan di kepalanya yang membuatnya bingung.
Wanita cantik bermata emas duduk bersimpuh sambil menatapnya dengan tatapan paling murni yang pernah dia lihat. Mulutnya sedikit terbuka, warna kulitnya juga sangat indah.
"Cantik sekali," ucap Lucian tanpa sadar, dia hampir menyentuhnya kembali yang membuatnya begitu bersemangat.
Ini kali keduanya dia mendapatkan kejutan pada hari ini dan semuanya terjadi di mansion Duchess Rissingshire. Semuanya begitu cantik, hingga rasanya tidak mungkin baginya untuk melupakan yang dia lihat hari ini.
"Apa yang terjadi!?" suara besarnya itu membuat Lucian dan Alexandra melihat ke arah orang yang berteriak, menatapnya bersamaan angin sejuk yang berembus.