Disinilah Jihan sekarang, berdua membawa Baylor pergi ke taman. Taman asri yang memiliki lahan yang luas, taman buatan pemerintah yang menampilkan pemandangan yang bagus. Jalanan yang lenggang, beberapa bunyi bel sepeda menggema nyaring.
Tawa riang anak-anak yang saling bersahutan, bermain dengan ceria tanpa memikirkan hal yang berat layaknya orang dewasa.
Jihan disana, duduk disalah satu bangku taman dengan kereta bayi. Berisi Baylor yang tengah menghisap mainan di tangannya.
Jihan berpakaian santai, baju biru dengan corak bunga. Dipadukan dengan rok santai bewarna hitam yang panjangnya sedikit melebihi lutut. Jihan juga memakai topi santai yang cukup untuk menghalau matahari pagi yang langsung mengenai kulitnya.
"Kenapa sayang?" Jihan memandang Baylor.
Bayi nya hari ini penuh dengan nuansa warna biru, apalagi dengan kereta bayi nya yang ikut bewarna biru. Disana, Baylor sangat tampan dan lucu.
Bulu matanya lebat, rambutnya coklat gelap yang sangat lebat. Badan gemuk dan sehat, tatapan bulatnya memandang ke arah Jihan sambil menghisap mainan bulat di tangannya. Sementara Jihan, ia tersenyum melihat tingkah Baylor yang sangat menggemaskan.
Jihan mulai mengelus pipi bulat bayinya, sesekali bergumam kepada Baylor. Seakan-akan berbicara berdua, keduanya larut pada percakapan antara manusia dan bayi.
Lama mereka berdua disana, hingga Jihan mendengar samar-samar sahutan yang memanggil dirinya.
"Hey ji! Jihan!" Teriakan itu terdengar dari samping.
Jihan menoleh dengan bingung, berusaha fokus ke arah sumber suara. Kemudian dengan samar-samar terdapat seorang wanita yang berjalan ke arahnya sembari melambaikan tangan dengan wajah ceria.
"Jihan! Hey! Kau ingat aku??" Wanita itu mendekat sesaat setelah dirinya memanggil Jihan dengan sedikit keras.
"Carol? Astaga, Carol! Itu kau?" Jihan berdiri, menatap ke arah wanita itu dengan wajah sumringah.
Itu Carol, wanita karir dengan pakaian kerja bewarna pinknya. Wanita pencinta pink ini adalah teman Jihan semasa SMA. Dulu, Carol terkenal karena dirinya yang tomboy dan berpenampilan layaknya laki-laki. Termasuk cara berjalan, nada bicara, cara berpikir dan juga gesture tubuh. Keduanya sangat akrab, bahkan Carol memberikan banyak hadiah saat Jihan menikah.
Termasuk saat perayaan pesta Baylor kemarin, Carol mengirimkan banyak hadiah kepada makhluk mungil yang sangat menggemaskan itu.
"Carol, aku rindu padamu."
Grep
Keduanya berpelukan dengan erat, Carol mendekap Jihan dengan amat erat. Dirinya juga menghirup bau menenangkan dari Jihan yang selalu menjadi favoritnya saat SMA dulu.
Keduanya melepaskan pelukan, kemudian saling menatap satu sama lain. Jihan sedikit tertawa.
"Hey, darimana? Bukannya kemarin kamu ada pertemuan di Tiongkok? Bagaimana semuanya? Lancar?" Pertanyaan bertubi-tubi itu dilancarkan Jihan.
Membuat tawa Carol menjadi pecah, "Ahaha. Semuanya lancar, aku juga mendapatkan investor yang selama ini ku incar. Mereka adalah tua bangka yang cerdik," Carol memberikan gesture berbisik di akhir kalimat.
Jihan terkekeh lembut, "yang benar saja. Tapi, semua bisnis mu lancar sekarang. Aku bangga," Jihan tersnyum lembut ke arah Carol.
Carol yang menangkap senyum itu sedikit termengu, senyum yang menjadi candu bagi dirinya. Senyuman Jihan seperti, senyuman seorang ibu yang sangat tulus. Membuatnya sangat nyaman ketika dirinya berada di samping Jihan. Tetapi, karena keduanya telah memiliki hidup masing-masing sekarang. Membuat keduanya tak lagi bisa sering untuk bertemu.
"Terimakasih ji." Carol membawa Jihan untuk kembali duduk di kursi taman itu.
Kemudian pandangan Carol jatuh pada seorang bayi yang tengah kesal karena tidak bisa mengigit mainannya dengan benar.
"Oh astaga siapa ini?" Carol memancing Baylor dengan nada lucunya.
"Apa disini kita memelihara beruang kecil?" Nada lelucon yang dibuat-buat oleh Carol membuat Jihan tertawa.
Carol mendekat, mengangkat Baylor dengan perlahan hingga bayi itu duduk sempurna di dekapannya. Tak henti-hentinya wanita itu mencium pucuk kepala dari bayi kecil itu.
"Kau sangat menggemaskan!" Pekik carol sambil terus mencium anak itu.
Baylor yang kepalang fokus dengan mainan di tangannya, tidak juga mengindahkan Carol yang sibuk mati gemas dengan dirinya.
Jihan tersenyum, kemudian memegang lengan wanita itu. Carol menaikan pandangan dan memfokuskan pandangannya ke arah Jihan.
"Bagaimana? Apa ada masalah? Ceritakan sekarang, aku tau kau adalah orang yang ceroboh Carol." Ujar Jihan sambil menggoyangkan lengan temannya.
Carol mendelik ke arah Jihan, kemudian ia menghela nafas. Perlahan tatapannya turun, ke arah Baylor yang tengah menggigit mainannya. Kemudian dengan perlahan, sibuk mengelus rambut anak itu yang halus.
Tatapan Jihan menjadi teduh, Carol adalah anak yang tertutup. Membuatnya sangat khawatir jika Carol memendam sesuatu dibalik dirinya. Walaupun Carol dan Jihan sering bertukar pesan di handphone, tetapi bagi Jihan belum lah cukup jika Carol tidak mengatakan langsung di hadapan dirinya.
Carol menghela nafas, "yeah. Waktu itu perusahaan ku berada di ambang kehancuran, aku pikir semuanya berakhir. Semua karir ku berakhir–" Carol menjeda kalimatnya.
Dengan perlahan ia menaruh dagu di atas kepala Baylor yang masih diam memandang mainannya. Tatapan Carol terlihat sendu, menatap kebawah sambil mencebik.
"Waktu itu aku tidak sempat menghubungimu, entahlah? Mungkin masalah waktu. Bukannya aku tidak ingin meminta bantuan atau lupa dengan mu, tapi saat itu. Aku.. kalut." Carol berbisik di akhir kalimat, dilanjutkan dengan dirinya yang memeluk Baylor dengan lembut.
Jihan memandang khawatir ke arah Carol, "aku paham. Setelah itu bagaimana? Semuanya baik?" Pertanyaan itu membuat Carol menegakkan badannya.
Kemudian menatap Jihan dan perlahan tersenyum tipis, "sehabis itu semuanya stabil. Aku dibantu oleh seseorang," ujarnya.
Jihan menaikan alisnya, "siapa?" Tanya nya.
Carol mengulum bibir dan melempar pandangan, kemudian ia menghela nafas. Memainkan ujung baju Baylor dengan acak. Baylor yang merasa baju nya di remas-remas oleh Carol mendongak dan mendelik ke arah wanita itu. Sedangkan Carol masih sibuk di dalam pikirannya.
"Seorang pria, dia salah satu pria kaya yang ku kenal. Awalnya dia menyebalkan, dia selalu mencari perhatian, mencari masalah, mencari apapun agar aku bisa simpati kepadanya." Carol menghela nafas dan kembali meremas-remas ujung baju Baylor.
Kemudian ia mengangkat pandangan dan menatap Jihan yang tersenyum ke arahnya, "dia pria yang menyebalkan. Sangat menyebalkan. Sebelum perusahaan ku mengalami kesulitan, dia masih sibuk untuk mencari perhatian terhadapku. Kau tau? Dia sangat menganggu." Carol mendengus dan menopang dagunya dengan kesal.
Jihan memandang Carol dengan sumringah, "ahh ya? Terus? Bagaimana?"
Carol melirik Jihan dengan tatapan lesunya, "ya? Bagaimana? Dia membantuku untuk perusahaan itu. Yeah, dengan tiba-tiba anak menyebalkan itu berubah menjadi pahlawan kesiangan." Carol memperagakan akhir kalimatnya dengan wajah yang menyebalkan.
Jihan tertawa, "hey. Kau jarang sekali untuk dekat dengan pria, semasa SMA juga. Tidak ada sejarah mencatat jika Carol bisa berpacaran dengan pria. Malahan, sebagian besar teman menganggap kamu menyukai sesama jenis." Ujar Jihan dengan tawa nya.
Carol mendelik, "enak saja. Memang saat SMA, aku sibuk untuk mencapai ranking kelas. Dan ternyata terbukti kan? Aku lolos sebagai salah satu siswi terbaik satu angkatan." Carol menepuk dadanya bangga.
Jihan bersmirk, "jadi? Apa sekarang kalian dengan?" Goda nya sambil menaikkan kedua alisnya.
.
.
.