Ivory yang merasa kebingungan ketika menatap ketiga orang dewasa tersebut lantas segera menyapa.
"Mama, paman, bibi, kenapa malah nunggu di sini dan gak langsung masuk aja?"
"Nggak apa – apa, mama cuma lagi mau ngobrol – ngobrol dengan paman dan bibi dulu. Ini baru mau masuk kok."
"Kamu mau paman anterin pulang dulu?"
"Nggak apa – apa paman, kan kalian mau jenguk Jade, biar kita gantian jaganya dulu. See you guys."
James, Cynthia dan Moniq yang telah ditinggalkan oleh gadis itu hanya bisa tersenyum geli dan seraya memasuki ruangan tersebut. Mereka merasa senang setelah melihat kondisi pemuda yang telah terlihat semakin membaik. Perbincangan panjang pun terjadi dan segera mengisi keheningan ruangan tersebut.
Waktu yang bergulir terasa begitu cepatnya, hingga kondisi Jade yang berangsur baik membuatnya segera bisa pulih dan kembali berkumpul bersama seluruh anggota keluarga Smith. Mereka begitu menyambut kepulangan pria tersebut, bahkan James telah menyediakan kejutan untuknya dan Ivory beserta Moniq. Ternyata, selama Jade berada di rumah sakit, James telah mengurus seluruh dokumen yang menyatakan bahwa Jade telah resmi menjadi anak asuh dari kedua orang tua yang bernama James dan Cynthia. Jade yang mendengar dan membaca dokumen yang berisikan kabar tersebut merasa begitu terharu dan bahagia. Tidak ada kata lain selain ucapan dan rasa syukurnya karena telah dipertemukan dengan keluarga yang begitu baik tersebut.
"Selamat ya, akhirnya kamu memiliki keluarga yang utuh lagi," ujar Ivory memberikan ucapan selamat kepada Jade.
"Dan selamat kepadaku lagi karna kini aku juga udah memilikimu di sampingku," ujar Jade menimpali ucapan selamat gadis itu dan menggenggam erat tangannya, membuat hatinya terasa berdebar – debar kembali. Tiba – tiba James berdehem ketika mengagetkan kedua insan tersebut.
"Ya paman…"
"Kok paman lagi? Panggil papa mulai sekarang. Ngomong – ngomong papa ada satu kabar baik lagi untuk Ivy dan Moniq. Ini, kalian baca dulu," ujar James seraya menyerahkan sebuah dokumen yang berisi sertifikat rumah dan perusahaan yang telah diwariskan kepada pemilik baru yang bernama Ivory Smith.
"Selamat ya nak, kamu akan segera menjadi penerus baru Lunatech, dan rumah papamu kini telah kembali di tangan kalian. Mr. Frank udah mengurus semuanya dan bahkan beliau menitipkan ini padamu," ujar James menyerahkan sebuah amplop berisikan pesangon dan surat rekomendasi kerja kepada Ivory.
"Ini apa paman?" tanya Ivory kebingungan.
"Itu surat rekomendasi kerja untukmu atas baktimu di perusahaannya selama ini, beliau ingin agar kamu bisa segera fokus meneruskan semua usaha papa kamu yang udah sempat dihancurkan oleh Nathan. Jadi, kamu dan Jade yang akan bersama – sama kembali membangkitkan kejayaan perusahaan papamu dan mengembalikan kepercayaan seluruh pengguna produk pengembangan kalian."
"Tapi aku kan masih baru mau belajar paman. Aku masih belum mengerti apa – apa."
"Tenang saja. Kan ada seseorang yang akan senantiasa menemanimu. Dia sebentar lagi akan lulus kuliah juga kan? Dan kamu juga akan ditemani oleh karyawan – karyawan kepercayaan papamu dulu yang udah dipecat oleh orang itu. Paman udah menghubungi mereka semua dan mereka siap membantumu nak. Jade, kamu mulai saat ini sudah boleh bekerja di sana bersama Ivory ya. Bangunlah kembali apa yang sudah menjadi impian papa Enrique dulu. Dan papa akan membantu memantau kinerja kalian serta mendukung kalian. Kabari papa kalo kalian butuh apa – apa. Mulai besok kalian udah boleh mulai ya," ujar James tersenyum melihat kedua insan muda yang sedang kebingungan tersebut.
"Berarti kami harus segera pindah dari sini juga ya paman?" ujar Ivory dengan raut wajah yang sedih.
"Hei…siapa bilang? Kamu kan gak harus pindah jika kamu memang gak mau tinggal di rumah itu. Paman hanya menyerahkan kembali dokumen kepemilikan itu aja kok sama kamu. Simpan baik – baik ya. Dan kamu sama mama masih boleh kok tinggal di sini selama yang kalian mau. Kita ini kan keluarga. Jangan sedih gitu dong sayang. Ah…paman tau, kamu takut ya kalo paman pisahkan dari kekasihmu itu?" ujar James meledek gadis itu hingga membuat wajahnya terlihat memerah seketika.
"Paman…" ujar Ivory mendecak kesal dengan sikap pamannya yang membuatnya merasa malu.
Suasana damai akhirnya kini bisa dirasakan kembali oleh keluarga tersebut, dan luapan kebahagiaan pun segera menyelimuti perasaan mereka. Namun, Jade seketika teringat akan Catherine yang masih berada di panti asuhan yang pernah didatangi sebelumnya.
"Pa, apakah aku boleh menjemput seseorang untuk tinggal bareng kita?"
"Siapa Jade? Memangnya kamu punya kekasih lain lagi di luar sana? Nanti ada yang cemburu loh," ujar James meledek pemuda itu dan melirik ke arah gadis itu.
"Aih, bukan siapa – siapa pa, dia adalah satu – satunya keluarga yang kumiliki hingga sekarang. Apa papa masih ingat dengan Catherine adikku?"
"Astaga Jade, papa hampir lupa. Boleh juga kamu ajak dia ke sini. Memangnya dia sekarang di mana? Apa kamu udah menemukannya?"
"Udah pa, aku dan Ivy udah menemukannya di sebuah panti asuhan tempat temanku diadopsi dulu. Aku udah mengajaknya untuk kembali tapi dia takut sama psikopat itu makanya dia gak mau balik. Kalo boleh kumohon, bisakah papa membantuku untuk membawanya ke sini pa? Please, aku begitu mengkhawatirkan keadaannya di sana. Dia gak punya siapa – siapa dan keadaannya sekarang pun sangat memprihatinkan. Memang pengasuhnya di sana begitu baik, tapi sebagai seorang kakak, aku sungguh gak tega jika harus membiarkan adikku sendirian di luar sana pa," ujar Jade memelas.
"Hmm…papa bisa memahami perasaanmu Jade. Baiklah, papa dan mama akan segera mengurus dokumen untuk mengadopsinya dari sana ya? Gimana sayang? Apakah kamu setuju?" ujar James seraya melirik Cynthia.
"Aku ikut saja James. Aku justru malah merasa senang karna itu berarti dalam waktu singkat kita akan punya dua anak sekaligus?" ujar Cynthia terkekeh.
"Pa, ma, sungguh aku sangat berterima kasih atas niat baik kalian," ujar James yang telah memeluk James dan Cynthia yang kini telah dianggapnya sebagai kedua orang tuanya.
Kemurahan hati James itulah yang membuat orang - orang disekitarnya begitu menyayangi sosoknya yang penuh dengan kharismatik. Kepentingan dan kebahagiaan orang - orang di sekitarnya adalah hal paling utama baginya. Setelah berjanji pada Jade, ia tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengurus persoalan dokumen pengangkatan anak asuh untuk Catherine, bahkan ia pun telah memantapkan dirinya untuk membujuk dan meyakinkan gadis itu agar bersedia untuk kembali dan berkumpul bersama mereka. Meskipun tidak ada yang bisa menjanjikan kepada siapapun bahwa hidup itu akan selamanya indah, namun bagi seorang James, melakukan suatu kebaikan bagi orang - orang disekitarnya ataupun sesuatu yang bisa mendatangkan kebahagiaan bagi mereka yang membutuhkannya merupakan suatu kebahagiaan baginya. Namun James yang merasa penasaran bagaimana kisah Catherine berakhir tinggal di sebuah panti asuhan lantas segera menanyakannya pada pemuda itu. Jade akhirnya menceritakan mengenai segala kejadian yang telah menimpa gadis itu hingga dirinya berakhir dengan nasib menyedihkan dan mengapa ia memilih untuk bertahan di panti asuhan tersebut. Merasa prihatin, James pun segera menjalankan misinya untuk menyelesaikan segala persiapan untuk menjemput Catherine kembali.
Betapa kagetnya Catherine ketika ia mendengar suara pemuda yang telah tiba di panti asuhan pada saat ia sedang menemani anak - anak bermain. Suara yang sudah tidak asing baginya.
"Kak Jade, apa kabarnya? Tumben ke sini. Sama Ivory ya? Di mana dia kak? Aku pengen ngobrol - ngobrol lagi sama dia," ujar Catherine girang seraya mencoba untuk mencari tangan Ivory yang diduganya sedang berdiri di sebelah pria itu. Alih - alih menemukan tangan gadis yang dicarinya, ia malah memegang tangan kekar seorang pria dewasa hingga membuatnya terperanjat.
"Kak? Mana Ivory? Kakak sedang bersama siapa?"
"Aku nggak bersama Ivory kali ini Cath. Aku bersama papa," ujar Jade singkat dengan maksud untuk memberikan kejutan kepada gadis itu, namun gadis itu segera berjalan mundur dan merasa begitu ketakutan.
"Pergi kak, bawa dia pergi dari sini. Aku gak mau ketemu orang itu lagi kak, aku takut. Pergi kak, pergi!" ujar Catherine histeris dan hendak beranjak pergi meninggalkan kedua pria tersebut.
"Cath! Dengar aku dulu, ini papa James, bukan orang itu, tenangkan dirimu dulu. Aku juga gak mungkin bawa orang itu kehadapanmu. Dan orang itu sekarang sedang menjalani proses hukum atas semua tindakan kriminal yang telah dilakukannya, jadi dia gak akan pernah mengganggu hidup kita lagi. Makanya aku kembali lagi ke sini untuk menjemputmu. Kita akan hidup bahagia bersama lagi dengan papa dan mama baru kita. Papa James dan mama Cynthia. Kamu mau kan?"
"Apa? James... Papa? Maksudnya apa kak?"
"Biar kubantu jelasin. Jadi Catherine, kamu akan aku adopsi sebagai putriku mulai saat ini, maka dari itu kamu gak perlu tinggal di sini lagi, dan semua dokumen yang diperlukan telah kami urus. Kami juga sudah meminta izin pada Bu Esther. Benar kan Bu?" ujar James kepada Esther yang baru saja muncul dari belakang gadis itu.
"Iya benar nak, kini kamu telah diadopsi oleh papa James. Kembalilah berkumpul dengan mereka. Kamu beruntung sekali nak, bisa memiliki orang - orang yang begitu menyayangimu. Jangan khawatir, ibu bukannya mau mengusir kamu, tapi alangkah baiknya jika kamu bisa kembali berkumpul bersama keluargamu. Kalo kami merindukan kami, kapanpun kamu masih bisa ke sini lagi dan mengajak anak - anak untuk bermain. Ya? Jangan ragu lagi," ujar Esther yang terlihat berusaha untuk membantu meyakinkan Catherine.
"Benar Cath, gak ada lagi yang perlu kamu ragukan atau takutkan. Orang itu sudah menerima hukumannya dan akan segera disidang. Please Cath, kalo kamu masih menganggapku sebagai seorang kakak, kumohon kembalilah denganku dan papa. Kita akan memulai kehidupan baru kita bersama - sama," ujar Jade menggenggam tangan gadis itu untuk meyakinkannya, hingga akhirnya gadis itu merasa luluh dan menyetujui permintaan pria tersebut. Merasa senang, Jade pun segera memeluk Catherine. Satu per satu permasalahan yang bagaikan batu yang ditumpuk menjadi satu dan menjadi beban berat baginya akhirnya perlahan - lahan terangkat dan membuatnya merasa lebih lega sekarang.