Chereads / CINTA TIGA DIMENSI / Chapter 92 - Berkumpul Kembali (2)

Chapter 92 - Berkumpul Kembali (2)

Kebahagiaan keluarga itu seakan kini telah menjadi semakin sempurna ketika James dan Jade telah berhasil membawa Catherine untuk kembali berkumpul bersama dengan anggota keluarga lainnya. Seluruh anggota keluarga segera menyambut hangat kedatangan gadis itu dan menuntunnya, terutama Moniq yang merasa begitu terharu saat ia bertemu dan melihat sosok gadis itu kembali. Ia merasa prihatin melihat keadaan gadis tersebut dan merasa bersalah karena demi melindunginya dari cengkeraman Nathan, telah membuat gadis itu memberontak dan bersikap frontal terhadap ayahnya bahkan rela mengorbankan dirinya untuk menjadi perisai baginya. Tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa nasib gadis itu harus berakhir tragis seperti itu.

"Catherine…lama kita udah gak bertemu nak, kamu…hiks, maafin mama ya karna waktu itu gak bisa melindungimu. Kenapa nak? Kenapa waktu itu kamu malah ngorbanin dirimu sendiri demi mama?"

"Gak apa – apa ma, yang penting mama sekarang udah sehat – sehat aja itu udah bikin hatiku senang. Oh ya, apakah mama udah terima hadiah spesial dariku kemarin yang aku titipkan pada Kak Jade?"

"Udah sayang, bagus banget. Mama suka buatan tanganmu. Benar – benar hangat kalo dipake. Kamu pinter banget buatnya, belajar dari mana?"

"Bu Esther. Pengurus panti asuhan itu ma. Beliau yang ngajarin aku begitu banyak hal selama aku di sana. Aku senang selama berada di sana ma, tapi karna Kak Jade dan paman James memintaku kembali ke sini, dan demi semuanya akhirnya aku bersedia. Aku hanya berharap semoga dengan adanya kehadiranku di sini gak akan menjadi beban buat semuanya."

"Tentu saja nggak. Jangan ngomong begitu dong Cath. Satu hal lagi. Panggil papa mulai sekarang ya, jangan paman lagi. Kamu dan Jade sekarang udah jadi anak – anak papa dan mama Cynthia. Lalu…apa kamu bersedia untuk menjalani operasi mata? Papa akan membawamu ke dokter spesialis yang bisa membantu untuk mengembalikan matamu. Kamu mau kan?" ujar James bersemangat.

"Apa? Tapi..."

"Papa harap kamu gak akan nolak. Mata adalah satu - satunya cakrawala dunia, jadi papa ingin membantumu membukakan kembali cakrawala itu, agar kamu bisa kembali melihat indahnya dunia. Dan tentu saja supaya kamu bisa melihat wajah papa dan mama barumu ini. Apa kamu gak kangen sama semua yang ada di sini? Gak pengen liat kita semua?" ujar James terkekeh.

"Terima kasih banyak…pa…Aku merasa beruntung banget bisa menjadi bagian dari keluarga ini lagi. Aku sempat berpikir mungkin aku udah gak akan pernah bisa berkumpul lagi dengan kalian, karna bisa jadi gak akan ada lagi yang mau menerimaku dengan keadaan yang seperti ini. Aku…Hiks..." ujar Catherine yang telah berlinang air mata mengingat trauma akan semua tragedi yang telah menimpanya, membuatnya tidak sanggup untuk menyelesaikan kata - katanya.

"Sudah…sudah…masa lalu biarkanlah berlalu. Catherine, semua hal itu sudah berlalu. Jadi jangan pernah mengungkit hal itu lagi ya. Udah saatnya kita membuka lembaran baru," ujar Ivory seraya memeluk gadis yang kini kembali menjadi bagian dari hidupnya untuk sekali lagi.

Hari kemenangan tersebut seakan menjadi jembatan bagi mereka untuk menyambut kehidupan yang gemilang, kehidupan yang tidak akan pernah ada lagi dukacita. Lembaran baru yang seakan telah siap menyongsong dan menunggu di hadapan, bagaikan matahari yang siap menyongsong dan menggantikan sang malam. Begitu banyak cerita dimasa lalu yang membuat mereka terlarut dalam hangatnya suasana nostalgia yang telah lama tidak pernah lagi mereka rasakan. Kedamaian dan kebahagiaan pun segera kembali menyelimuti hati setiap insan penghuni rumah tersebut. Sesuai janjinya, James benar - benar mendaftarkan Catherine untuk mendapatkan donor mata yang tepat agar ia bisa segera melaksanakan operasi pencangkokan mata. Seluruh anggota keluarga tersebut benar - benar menantikan saat - saat yang paling mendebarkan itu. Setelah mereka mendapatkan jadwal operasi yang tepat, Catherine segera menjalankan operasi mata yang akhirnya membuat dirinya kembali bisa melihat dengan jelas seluruh keindahan alam yang ada di hadapannya, membuatnya begitu terharu.

Penyesalan yang dirasakan oleh hati Catherine yang pernah mengutuk keluarga tersebut membuatnya terus merasa bersalah apalagi dengan kebaikan yang telah dilakukan oleh keluarga tersebut padanya. Kini barulah ia mengerti akan arti dari sebuah pengorbanan, kasih sayang dan cinta kasih yang sesungguhnya. Ia akhirnya mengerti bahwa harta sesungguhnya di dunia yang paling berharga ialah kebahagiaan. Materi hanyalah hiasan semata yang menggiurkan, namun sekejap saja akan menghilang bagaikan ditelan oleh masa. Namun, kasih sayang tanpa batas akan jauh lebih berarti dan akan selalu menerangi kilaunya kehidupan.

Waktu yang terus bergulir seakan tiada pernah berhenti memberikan kejutan kepada setiap insan manusia disetiap harinya. Siapa sangka setelah melewati berbagai peristiwa dalam hidupnya, Ivory justru kini ditakdirkan untuk berkumpul kembali bersama Jade dan Catherine, beserta James yang telah lama menghilang. Namun kepergian Enrique, Hubert dan Robin masih tetap menyisakan bekas luka di dalam hati gadis itu. Meskipun ia sempat belajar untuk berusaha menyirami benih cinta dalam hatinya untuk pria itu dan belum sempat mencintai sepenuhnya, namun jauh di dalam lubuk hatinya ia begitu menyayangkan kepergian pria yang sempat memberikan warna dalam hidupnya meskipun hanya sesaat.

"Sayang...lagi mikirin apa?" ujar Jade seraya memeluk pinggang kecil gadis itu dari belakang ketika ia melihat pemandangan malam perkotaan yang dipenuhi oleh sinar temaram.

"Hai...nggak aku cuma lagi mikir aja kalo hidup itu terkadang bagaikan misteri yang gak bisa kita tebak ya. Setelah melewati begitu banyak badai kita malah dipertemukan lagi dan kita bisa bersama - sama lagi dengan Catherine dan juga paman. Aku senang karna kita bisa berkumpul lagi. Tapi..."

"Tapi kenapa...?"

"Aku masih menyayangkan kepergian papa, kakek dan Robin. Bukan karna aku masih mencintainya, tapi aku merasa takdir hidup itu sungguh kejam. Robin, meskipun aku baru mengenalnya berapa tahun belakangan, tapi dia orang yang begitu baik Jade, dia udah banyak banget menolong kita. Aku merasa bersalah karna demi menolong kita dia harus meninggal dengan cara yang tragis seperti itu. Sungguh kasihan..." ujar Ivory lirih.

"Iya sih memang, aku pun sebenarnya merasa berhutang budi juga sama dia, karna biar gimanapun waktu aku udah gak sanggup membiayai operasi mama, dia berusaha untuk menolong kita. Tapi mau gimana lagi sayang, takdir berkata lain dan justru mempertemukan kita kembali. Kamu...gak menyesali hubungan kita ini kan?" ujar Jade menggenggam tangan gadis itu dan menatapnya lekat.

"Tentu saja nggak sayang...Aku mungkin lebih gak sanggup kalo harus ditinggalkan olehmu. Kita udah pernah berpisah sekali, dan aku menyesal karna perbuatanku yang ceroboh itu. Aku pun merasakan rasa sakit yang sama sepertimu, tapi keegoisanku menutupi semua itu dan membuatku buta lantas meninggalkanmu dan mama. Dan sekarang, aku akan menghargai kesempatan yang udah diberikan oleh Tuhan, karna Ia telah menitipkanmu padaku," ujar Ivory dengan mata yang berbinar - binar dan memegang wajah pria tersebut.

"Terima kasih sayang, terima kasih untuk kesempatan yang kamu berikan padaku ini. Kamu juga adalah satu - satunya harta yang paling berharga yang Tuhan titipkan padaku, sungguh aku gak akan pernah menyia - nyiakanmu sekalipun. Kalo sampai itu terjadi aku gak akan pernah bisa maafin diriku sendiri," ujar Jade lirih.

Pemandangan malam yang indah disekitar mereka seakan melengkapi kebahagiaan yang mereka rasakan atas kebersamaan yang baru mereka jalin, membuat kedua insan itu kini lebih saling menghargai satu sama lainnya.

"Temani aku makan yuk? Laper nih."

"Perasaan tadi kamu baru makan deh, masa udah laper lagi?"

"Udah ikut aja. Aku juga ingin menunjukkan sesuatu. Yuk," ujar Jade seraya menarik lengan gadis itu dan segera membawanya pergi.

Seperti biasanya Jade segera membawa gadis itu menuju ke restoran favorit mereka dengan motor kesayangannya yang telah menganggur seharian. Dinginnya angin malam di sepanjang jalan yang seakan menjadi pengingat bahwa musim gugur hampir tiba seakan menyiratkan kedamaian dalam hati, membuat kedua insan muda tersebut merasa bagaikan dunia hanyalah milik mereka berdua. Restoran dengan desain interior yang begitu elegan telah terlihat di hadapan mata mereka. Sesampainya di dalam, seperti biasa Jade segera memesan makanan favorit gadis itu untuk mereka berdua.

"Kok kamu pesan makanan favoritku semua? Kenapa gak pesan makanan favoritmu juga sayang?"

"It's okay, aku suka bereksperimen. Just that simple," ujar Jade tersenyum hingga menunjukkan lesung pipinya yang kini membuat wajahnya terlihat semakin menggemaskan.

"Bisa aja sih kamu. Memangnya apa yang mau kamu tunjukkan padaku?"

"Oh ya, aku hampir lupa. Coba kamu lihat isinya," ujar Jade seraya menunjukkan sebuah pengumuman kelulusan yang diterimanya melalui email.

"Wow... Sayang, kamu udah dinyatakan lulus? Selamat ya... Akhirnya yaa, meskipun semuanya gak mudah bagimu," ujar Ivory terharu.

"Terima kasih ya sayang, itu sebabnya aku mau traktir kamu sebagai orang paling pertama dan spesial malam ini."

"Kamu juga harus mengabari semuanya sayang, apalagi paman dan bibi. Mereka pasti merasa bangga padamu. Aku benar - benar bangga padamu deh. Ini harus dirayakan," ujar Ivory bangga.

Kebahagiaan seakan semakin menyelimuti hati kedua insan tersebut seakan tiada siapapun yang bisa menghakimi mereka yang tengah menikmati kebahagiaan tersebut. Namun tanpa mereka sadari di sudut ruangan tersebut telah ada dua pria yang tengah menyoroti kebahagiaan mereka dengan tatapan yang begitu penuh kebencian dan dendam. Tatapan yang akan mengingatkan gadis itu kembali pada tragedi yang telah terjadi dan berusaha keras dilupakan olehnya. Tidak sabar lagi, kedua orang tersebut segera menghampiri kedua pasangan tersebut seakan ingin menuntut keadilan dari mereka. Hal tersebut tentu saja begitu mengagetkan mereka berdua. Ivory dan Jade yang terperanjat ketika mendengar suara pukulan meja yang begitu keras segera menatap ke arah pemilik dari tangan tersebut. Betapa kagetnya gadis itu dan matanya segera membelalak ketika ia mengetahui siapa pelakunya dan menatap tidak percaya pada kedua pemuda yang tidak asing baginya.