Chereads / GAIRAH DAN CINTA / Chapter 3 - BAB 3

Chapter 3 - BAB 3

Cherry melangkah meninggalkan lorong toilet disana, Ia ingin segera kembali melanjutkan pekerjaannya. Meski hatinya kesal, namun Cherry tetap berusaha untuk sabar. Ia ingin mempertahankan pekerjaannya. Satu-satunya penopang hidupnya saat ini. Cherry sudah lelah mencari pekerjaan kesana kemari.

Semua itu terasa hanya memberinya harapan palsu. Sehingga Ia menyerah dan kini memilih untuk tetap bekerja ditempat tersebut. Tempat dimana sebagian orang akan memandangnya buruk. Menit berlalu, kini Cherry sampai di meja bartender disana dan Mita, sang sahabat langsung menegurnya.

"Hey, Cherry? Kau baik-baik saja,.?" Tanya Mita peduli.

Cherry mendongak, gadis itu mengulas senyum dan segera menjawab sahabatnya.

"Aku baik-baik saja, Ta,." Jawabnya dengan senyum.

Mita diam dan tetap menatap lekat wajahnya. Mita tahu jika Ia sedang berbohong. Namun tak berselang lama, suara Adi kini menarik perhatian keduanya.

"Cherr, aku minta maaf. Karena aku meminta bantuanmu, kamu jadi mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti tadi,." Ujar Adi penuh sesal.

Pria itu merasa sangat bersalah. Cherry tetap mengulas senyum, sementara Mita, gadis itu kini mengernyit keningnya. Bingung akan kalimat ambigu dari Adi.

"Perlakuan tidak menyenangkan,.?" Suara Mita terdengar bingung.

"Ada seseorang yang melecehkanmu,.?" Tanya Mita sambil menarik pelan bahu mungil Cherry. Mita mulai paham akan apa penyebab wajah tertekuk Cherry beberapa saat lalu. "Enggak apa-apa, Ta. Aku sudah terbiasa,." Jawab Cherry menenangkan sahabatnya.

"Tidak bisa seperti itu, Cherr. Kita disini bukan pelacur asal kau tahu! Siapa orangnya! Dimana dia sekarang!" Ujar Mita emosi.

Cherry menarik lengannya sementara Adi, pria itu hanya diam saat melihat Mita begitu marah saat tahu Cherry mendapat perlakuan buruk dari salah satu pengunjung klub.

"Ta, please. Jangan seperti ini. Aku tidak ingin kau mendapat masalah hanya karena membela ku,." Ujar Cherry. Mita menatapnya.

"Bahkan aku rela dipecat untuk sahabatku, Cherr! Jangan terlalu lemah!" Ketus Mita kesal. "Aku tidak lemah. Aku hanya takut kehilang pekerjaan, Ta,."

"Kita bisa mencarinya, Cherr! Bukan disini satu-satunya tempat kita bisa bekerja,."

"Buktinya aku berakhir disini, Ta,." Ujar Cherry.

Mita tak lagi menjawab, namun gadis itu melempar tatapan tajamnya pada Adi.

"Dan kau! Kau hanya diam saja saat melihat Cherry diperlakukan seperti itu,.? Dasar brengsek!" Ujar Mita mengatai Adi.

Pria itu tidak membalas karena Ia sadar akan kesalahannya. Dia memang melihat Cherry saat ingin dilecehkan. Namun Adi tidak memiliki keberanian untuk membantu gadis itu. Adi sama seperti Cherry. Mereka sama-sama takut kehilangan pekerjaan mereka jika harus berurusan dengan pengunjung.

"Ta, udah. Aku mohon udah ya?" Ujar Cherry sambil mengusap pelan lengan sahabatnya.

Yah … Mita adalah sahabat yang sangat luar biasa untuk Cherry. Gadis itu begitu sangat peduli dengannya. Mita tidak pernah bisa berpikir panjang jika sudah menyangkut sahabatnya, Cherry. Mita adalah gadis yang sangat tulus dengan sahabatnya. Seperti sekarang. Cherry yang hampir dilecehkan namu Mita-lah yang emosi karena tidak terima. "Ayo, Ta. Racik lagi minumannya. Masih banyak meja yang menunggu,." Ujar Cherry mengingat.

"Andai kau mau memberi tahuku siapa orangnya. Aku ingin sekali meracik racun untuknya,." Ketus Mita. Hal itu sontak membuat Cherry mendelik tak percaya.

"Jangan gila, Ta. Astaga!"

"Hey, dude! Kalian tahu tidak?! Aku melihat kekasihku bercinta dengan seseorang,." Celetuk Malvin. Liam menggeleng pelan.

"Benar-benar gila,.!" Gumam Liam. Romi terkekeh.

"Tapi tidak mengapa, karena aku juga sudah puas menjamah tubuhnya yang tidak sexy,." Malvin kembali berceloteh dengan kekehannya.

Malvin! Yah, pria itu saat ini sudah berada dibawah pengaruh alkohol. Sejak awal, Malvin sangat banyak meneguk minuman beralkohol sehingga membuat pria itu akhirnya mabuk.

Sedangkan Romi, pria itu juga ikut meneguknya, namun tidak sampai mabuk. Dan Liam, si pria baik itu sama sekali tidak menyentuhnya. Meski Malvin dan Romi memaksanya, tidak membuat Liam menyerah. Dia tetap pada prinsipnya yang tidak akan menyentuh alkohol.

"Haahh! Jadi karena itu dia mau datang kesini,.?" Tanya Liam. Romi mengangguk masih dengan kekehannya.

"Aku sudah memberitahunya sejak dulu, kalau kekasihnya itu berkhianat. Tapi dia tolol sekali karena tidak mau percaya denganku,." Ujar Romi. Liam mendengarkan dengan ekspresi biasa saja.

Mereka sedang membahas wanita bernama Yuna, mantan kekasih Malvin. Bahkan wanita yang bernama Yuna itu pernah menggoda Liam beberapa kali. Namun Liam menolak.

Selain dikarenakan Yuna adalah kekasih sahabatnya, Liam juga sangat tidak menyukai wanita murahan seperti itu.

Liam sama seperti Romi. Ia pernah mengingatkan Malvin, namun pria itu malah marah tidak terima karena menyangka jika Liam sedang menjelek-jelekan kekasihnya. Sehingga pada akhirnya, Malvin melihat sendiri dengan mata kepalanya, jika Yuna sedang bercinta dikamar hotel dengan seorang pria paruh baya.

Ternyata kekasihnya itu merangkap sebagai wanita panggilan. Padahal Malvin sudah memenuhi semua kebutuhannya. Tapi Yuna tetap merasa tidak cukup dengan semua itu.

"Haah! Aku pusing melihatnya seperti ini,." Gumam Liam. Romi mengedikan bahunya.

"Mau bagaimana lagi, dia sudah seperti ini. Biar aku saja yang membawanya pulang,." Ujar Romi. Liam menatapnya sejenak. Pria itu menggaruk sedikit pelipisnya tanda pusing.

"Baiklah! Sebaiknya kau bawa dia pulang sekarang saja, Rom. Sepertinya klub ini sudah sepi dan mau tutup,." Ujar Liam. Romi mengangguk setuju.

Setelahnya, mereka bertiga mulai beranjak dari sana. Lebih tepatnya, Romi dan Liam beranjak kemudian mereka membopong tubuh Malvin. Liam membantu Romi membawa Malvin ke mobil pria itu. Romi tidak akan mungkin sanggup membopong Malvin sendirian. Maka dari itu, Liam turut membantu sebelum dirinya meninggalkan tempat itu.

Beberapa jam kemudian, klub sudah tutup setelah mereka membereskan tempat disana. Kini semua pekerja pun mulai melangkah keluar meninggalkan klub.

Sudah waktunya untuk mereka pulang. Begitupun dengan Cherry. Sedangkan Mita, gadis itu sudah pulang beberapa menit yang lalu saat mendapatkan kabar dari adiknya yang berusia 11 tahun jika Ibunya masuk rumah sakit.

Mita langsung meminta izin pada Bos-nya untuk pulang lebih awal. Setelah Ia mendapat izin, gadis itu langsung pergi setelah berpamitan pada sahabatnya, Cherry. Menit berlalu, kini Cherry melangkah diatas trotoar disana. Gadis itu mengedarkan pandangannya pada jalan yang begitu sepi.

Wajar, karena saat ini jam pun sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Ia terus melangkah, sesekali Cherry mengusap-ngusap lengannya yang dilapisi sweater abu-abu-nya.

Sehingga di tengah langkahnya, Cherry tersentak saat dua pria bertubuh kekar kini menghadang langkah kakinya.

"Hai, cantik,." Sapa salah satu pria itu.

Reflek, Cherry mundur, wajahnya seketika pias. Gadis itu mengedarkan pandangannya. Ia berharap jika ada seseorang yang akan bisa membantunya.

"Kenapa mundur, cantik. Kami tidak akan menyiksamu. Kamu akan mengajakmu bersenang-bersenang saja,." Ujar pria yang satunya.

"Toloooong,."

Sreeekkkkk

Buughhh