Chereads / Writer Transmigration / Chapter 6 - CHAPTER 5

Chapter 6 - CHAPTER 5

5. Vien Tara Father

10 menit sudah Eloise menunggu, tadi Bi Irma menghampiri nya dan berkata dia harus ke supermarket membeli roti untuk bekal nya. Awalnya Eloise berkata tidak usah, tapi Bi Irma memaksa dan berakhir lah Eloise menunggu lagi.

Eloise berperang dengan batin nya, mata nya terfokus pada cemilan yang sedari tadi menyita perhatian.

"Kalau aku makan tidak apa apa kan? Apa yang milik Vien adalah milik ku juga" Eloise berucap pelan, tangannya mengambil toples camilan, dengan ragu memasukan kedalam mulut. Setelah itu berdecak pelan, rasanya sesuai perkiraan.

Eloise sibuk memakan camilan, dia tidak peduli dengan beberapa maid yang mondar mandir melaksanakan tugas.

Sampai ketukan sepatu terdengar menggema, bersautan dengan suara kriuk dari camilan yang ia makan.

Netra Eloise menangkap sosok pria, seperti nya sudah tua, berbalut jas hitam. Diikuti pria yang sepertinya sedikit lebih muda.

Tatapan mereka bertemu, Eloise hanya tersenyum kikuk sambil terus menyuapkan cemilan ke mulut nya.

Pria yang lebih muda maju selangkah, menunduk hormat, sedangkan pria satunya mendudukkan diri di sofa single.

Eloise yang kikuk, menoleh kan kepala nya kebelakang, berharap ada orang selain dia. Tapi ternyata nihil.

"Salam nona Vien, apa kabar anda?"

Eloise berdecak kagum, apa apaan ini, suara nya membuat Eloise hampir menyemburkan camilan di mulutnya.

"Aku, aku baik hehe, apa kabar mu tuan Ra-Radika?" Eloise melihat tanda pengenal di jas pria itu dan semoga saja itu memang namanya, Eloise payah dalam hal interaksi dengan orang asing, dia jago nya berinteraksi dengan hantu.

Pria bernama Radika itu tersenyum maklum, namun di matanya terpancar kesedihan.

"Nona bisa memanggil saya paman Radi, dulu Nona memanggil saya seperti itu"

Lagi lagi Eloise tersenyum canggung, berdiri dan membungkuk kan badannya sambil mengucapkan kata maaf dengan toples camilan di pelukannya.

"Tidak apa apa nona. Oh iya, ini adalah ayah nona, tuan Vegantara Miguell" Paman Radi memperkenalkan orang yang duduk di sofa single sebagai ayahnya.

Tunggu? Ayah?

'waah bangsyat' Eloise menekukan mukanya, tersenyum masam. Menutup toples camilan dan menaruh lagi di tempatnya.

'kenapa harus bertemu haters sih, aku kan baru sampai di dunia ini, blom juga ngegaet cogan' batin Eloise kesal.

Eloise terdiam menunduk tapi hati nya tidak diam, karena dia sedang mengumpat akan nasib nya.

Hening

"Nona Vien" suara Bi Irma memecah keheningan, dengan kantung belanjaan di kedua tangan. Bi Irma terengah-engah, sepertinya beliau habis berlari.

Eloise mengangkat kepalanya dan tersenyum senang, akhirnya.

Bi Irma membungkukkan sedikit badannya, memberi salam, pada Ayah Vien tentu nya.

Eloise menghampiri Bi Irma, mengambil satu kantong belanjaan dan menggandeng Bi Irma untuk menjauh. Eloise menyempatkan melirik sang 'ayah' pemilik tubuh.

'Rasakan itu pak tua, aku tidak akan memerdulikan mu' batin Eloise sinis.

Kepergian Eloise ditatap kikuk Paman Radi alias asisten pribadi tuan Vegantara Miguell, ayah Vien.

Paman Radi tidak menyangka lupa ingatan membuat nona nya berubah drastis.

Tuan Vegan bangkit dari sofa, merapikan jas nya.

"Radika, panggil supir untuk menyiapkan mobil, kita akan ke kantor cabang di kota X"

Paman Radi membungkukkan badannya, mengangguk. Ia mengetuk singkat jam tangannya dan mulai memberi perintah.

Paman Radi mempersilahkan tuan Vegan untuk jalan lebih dulu, lalu dirinya mengikuti di belakang.

Tuan Vegan sempat melirik ke arah dapur sebelum melanjutkan jalannya.

Eloise mengintip dari balik tembok dapur, melihat punggung kedua pria tadi perlahan menghilang.

Eloise menghembuskan nafas nya berkali kali, mengusap dadanya, mencoba untuk tenang.

Matanya mungkin benar benar akan rusak, sudah silau akan kekayaan, sekarang di tambah lagi silau akan visual.

Mungkin visual di dunia ini akan seimbang dengan visual taman bunga sebuah agensi di dunia nya.

Kalau saja tadi Eloise tidak tajam penglihatannya, sudah di pastikan Eloise akan menyangka umur ayah dari Vien sama dengan paman Radi. Awet muda sekali.

Eloise terdiam, memikirkan sesuatu.

"Bi Irma" Eloise mencolek bahu pengasuh Vien ini.

"Ada apa non"

"Aku mau tanya, aku umur berapa ya?" Eloise tentu harus menanyakan umurnya, karena hantu Vien sama sekali tidak memberi tau, tak berguna.

"Nona berumur 15 tahun, tapi tahun ini akan 16 tahun"

Eloise berdehem pelan, sebelum berterima kasih.

Dia ingin berteriak saja rasanya, dia kembali lagi menjadi remaja? Di umur segini dulu saat di dunia nya, adalah masa masa sulit Eloise. Dia tidak punya prinsip apapun, dan juga masa dimana dia menyesuaikan diri menjadi seorang indigo.

Eloise menghembuskan nafas kasar. Dia tidak ingin mengingat masa masa dirinya berumur belasan tahun itu.

Bi Irma tersenyum lembut dengan sebuah tas tenteng di tangannya. Sepertinya bekal.

Eloise menerima nya diiringi cengiran lebar.

"Nona hati hati ya keluarnya, kalau ada masalah ketuk saja jam tangan ini" Bi Irma memasangkan jam tangan berwarna biru.

'ini seperti alat berkomunikasi para agent, sangat keren' Eloise lagi lagi berdecak kagum memperhatikan jam digital di tangan kanan nya.

"Terimakasih Bi, aku izin untuk keluar ya" Bi Irma mengangguk singkat, matanya berkaca-kaca, entahlah Eloise bingung.