Chereads / Writer Transmigration / Chapter 7 - CHAPTER 6

Chapter 7 - CHAPTER 6

6. Anak 'raja'

Eloise melangkahkan kaki keluar pintu utama, memperlihatkan halaman yang luas, sangat hijau. Lalu dia menajamkan matanya, gerbang rumah ini benar benar tinggi dan besar.

Satu pria berbaju hitam, sepertinya bodyguard menghampiri nya.

Membungkuk hormat dengan satu tangan menyilang di dada. Eloise merasa seperti presiden.

"Nona, saya Willy yang bertugas mengantar nona ke gerbang utama"

Eloise mengerjap bingung

'ke gerbang aja harus di anter?' pikir Eloise

"Tidak usah tuan Willy, saya akan ke gerbang sendiri aja" eloise tersenyum sopan, oh ayolah gerbang bahkan sudah terlihat dari tempat dia berdiri.

"Maaf nona, ini kewajiban saya, nona lagi masa pemulihan, jalan ke gerbang akan membuat nona lelah" Willy membungkukkan badan, lalu pergi entah kemana.

Eloise mencibir dalam hati, terserah lah.

Eloise melihat lihat sekitar, sesekali tersenyum saat matanya berkontak langsung dengan para pekerja di rumah ini.

Willy datang dengan mobil golf.

'tunggu, mobil golf?!!' Eloise ingin menangis saja rasanya.

Willy turun, dan menggiring nya masuk ke mobil golf yang anehnya di ikat dengan pita biru di tiang nya.

Dengan penasaran Eloise memegang pita tersebut.

"Nona yang mengikat pita itu, untuk tanda bahwa mobil ini milik nona"

Eloise melotot kaget

"Apa Vie- eh aku sangat menyukai warna biru?" Eloise berdehem singkat

Willy menganggukan kepala nya, menoleh singkat dengan mata sendu.

"Nona sangat menyukai warna biru, sangat menyukai" Eloise terdiam, Vien Tara ternyata sesuka itu dengan warna biru, dia baru sadar bahwa sedari tadi memang terus menemukan warna biru.

Sedangkan Willy fokus mengendarakan Mobil Golf.

Sesampainya di gerbang utama, mereka di sambut satpam yang berjumlah 4 orang.

Lagi lagi satpam tersebut membungkukkan badannya singkat.

Eloise dengan canggung mengangguk, membalas. Dia belum terbiasa.

"Nona Vien ingin keluar sebentar, tolong pantau situasi di luar dan berapa derajat suhu sekarang" Willy maju selangkah berbicara dengan salah satu satpam.

Eloise mengerjap bingung.

'apa kehidupan orang kaya memang seperti ini?' batinnya

"Situasi dengan radius 500 meter di nyatakan aman, tetapi di Jalan Aprhodite ada sedikit keributan dan lalu lintas yang macet menyebabkan banyak polusi, suhu hari ini 25°C"

Eloise melongo mendengar nya.

Willy berterima kasih, lalu menghadap Eloise yang terdiam.

"Nona saya sarankan untuk keluar hingga radius 200 meter saja, karena di tempat itu yang tidak terjangkau polusi dari jalan Aprhodite" salah satu satpam memencet tombol dan kerennya gerbang tinggi besar itu langsung terbuka.

Eloise menghembuskan nafas pelan, lalu tersenyum dan mengangguk.

"Terimakasih tuan Willy, terimakasih paman paman" Eloise melangkah keluar gerbang, gerbang rumah ini ternyata hanya tinggal dipencet, padahal Eloise sudah merangkai teori bagaimana gerbang tersebut bisa di buka.

Eloise tersenyum ramah. Saat gerbang kembali tertutup, Eloise mulai mengeluarkan kata kata mutiara nya.

"Yang bener aja? Aku merasa seperti anak raja" Eloise menendang kerikil di jalan sambil terus menggerutu

"Lagi pula, seingat ku, mobil golf benar benar mahal dan apa tadi, milik nya?"

Eloise mengacak rambut nya pelan

"Vien benar benar kaya, dan juga dari yang ku lihat banyak yang menyayangi Vien"

"Mengapa Vien memperdulikan ayah nya, seharusnya jalani saja hidup agar bermanfaat, bukannya mengejar ngejar kasih sayang seseorang yang tidak menyayanginya"

Eloise berhenti sebentar, menghirup nafas

Matanya menatap langit

"Langit nya bagus, awan nya juga seperti nya sangat lembut dan bersih"

Eloise terdiam, dia ingat suatu kalimat.

"Orang yang sayang padamu, kau abaikan. Sedangkan kau mengejar orang yang sudah jelas mengabaikan mu" ucap nya pelan.

Lalu berdecak kagum pada dirinya, karena dia bukan termasuk seperti orang dalam kalimat tersebut.

Eloise tertawa riang, kalau di dunia aslinya, mungkin dia sudah mendapat banyak haters.

Untung haters Vien Tara hanya Tuan Vegan saja. Eloise tidak akan pernah memanggilnya ayah.

Eloise berjalan dan sesekali berhenti untuk memperhatikan sesuatu, dari kerikil, tanah beraspal, semak di pinggir jalan, hingga pohon, Eloise perhatikan dan tentu, mulutnya tidak berhenti berbicara. Eloise memang serandom itu.