7. Vien Tara Life
Eloise duduk di sebuah bangku taman, memikirkan apa yang harus ia lakukan agar kisah dari Vien cepat selesai.
"Ayah nya membencinya, nah, penyebab utama nya apaa ya? Apa karena?" Eloise membelalakkan matanya, dia baru ingat, sedari tadi Eloise tidak melihat ibu Vien.
"Apa karena ibunya meninggal sehabis melahirkan Vien? Tapi bukankah itu sangat klasik?"
Eloise kesal kalau mengingat nya, cerita seperti ini sering di pakai novel novel di dunia aslinya, sang ayah atau siapapun itu akan menyalahkan seorang anak karena ibu nya meninggal. Ck, klasik.
"Kalau aku bertanya padanya pun percuma, dia tidak bisa mengingat"
Eloise menghembuskan nafas pelan sebelum menggosok kedua tangannya dengan mulut berkomat kamit.
"Vien, Vien Tara, datanglah! Datanglah!" Mengangkat kedua tangannya tinggi tinggi sambil menggumamkan kata 'Datanglah!'
Zziiip
"Kenapa kau melakukan hal memalukan ini Elo, kau sedang menggunakan raga kuuu" Hantu Vien datang dengan wajah frustasi, untung taman sangat sepi, bisa bisa wajah nya akan tercoreng karena tingkah Eloise.
Eloise mendelik kesal
"Jangan memanggil ku Elo, nama itu mengerikan"
Hantu Vien memutar bola matanya malas, melayang mendekat.
"Ada apa kau bertingkah seperti orang gila tadi?"
"Aku memanggil mu lah, bodoh. Untuk apa lagi"
Hantu Vien menatap datar Eloise.
"Apakah kemampuan indigo mu menghilang? Aku sedari tadi di pohon sana bersama hantu yang lain" Hantu Vien menunjuk sebuah pohon yang tidak jauh dari tempat mereka sekarang.
Eloise berkedip polos dengan tampang bingung nya.
"Ck, lupakan saja, kenapa kau memanggil ku?"
"Aku ingin menanyakan sesuatu untuk mu, walau agak mustahil mengingat mu amnesia, cuma tidak ada salah nya mencoba"
Hantu Vien menaikan alis nya, bertanya.
"Ibumu, apa kau tau dimana ibumu?"
Hantu Vien termangu sejenak.
"Aku tidak tau dimana ibuku, Video itu hanya menggambarkan sedikit kehidupan ku. Di sana tidak membahas kemana ibuku dan mengapa ayah membenci ku"
Eloise menghembuskan nafas, sudah di duga.
" Apakah kau tidak mendapatkan ingatan mu lagi?"
Hantu Vien menggeleng
" Aku tidak mendapatkan apapun selain saat pertama kali membawa mu kesini, itu mengapa aku bertanya kepada hantu disini, apakah mereka tau aku atau tidak"
" Lalu, mereka bilang apa?"
Hantu Vien terdiam sejenak.
"Mereka bilang pernah melihat ku berangkat sekolah diantar supir. Lalu, ada yang bilang mereka pernah melihat ku menunggu ayah di depan gerbang, dengan basah kuyup. Kebanyakan diantara mereka bilang kalau aku keluar selain untuk sekolah, hanya untuk mengantar, mengejar atau menunggu ayah, tidak ada lagi selain itu"
Eloise menatap sendu hantu didepannya
"Kenapa kau sampai segitunya? Di rumah bahkan ada lebih banyak orang yang menyayangi mu" ucap Eloise
"Aku tau, di video itu memperlihatkan kasih sayang mereka kepadaku, tapi aku justru acuh dan mengabaikan. Aku tak mengerti, bagaimana aku di dua kehidupan ku, bisa terlau menyayangi ayah, hingga mengabaikan yang lain, seharusnya aku bersyukur"
"Aku tidak ingin di abaikan, tetapi aku malah mengabaikan orang lain. Sikap ku benar benar buruk, walau aku lebih baik seperti ini, tidak mengingat apapun. Tapi, aku tidak boleh egois, aku menyeret mu kesini karena aku ingin kau menulis ulang kisah ku. Jadi, tidak mungkin aku selamanya hilang ingatan. Saat ingatan itu kembali, aku akan menjadikan nya pelajaran, agar di kehidupan ku nanti, hal tersebut tidak terulang lagi"
Hantu Vien menatap Eloise yang juga sedang menatap nya.
" Maka dari itu, tolong Elo, sekarang kau tolong aku untuk melanjutkan hidup dengan lebih baik, walaupun disini aku hanya akan jadi pengamat"
Eloise tersenyum singkat, mengabaikan panggilan mengerikan Hantu Vien kepadanya.
"Aku akan menjalani kehidupan mu. Tapi, hanya sampai buku selesai, aku disini hanya untuk menulis ulang kisah mu"
Hantu Vien mengangguk singkat dengan senyum cerah
"Tidak apa apa, terimakasih Elo, aku percayakan raga ini padamu, kau bisa lakukan sesuka mu. Apapun milikku, akan menjadi milikmu juga mulai sekarang"
Eloise berbinar senang.
"Apakah sofa lembut dan camilan itu juga milikku?"
Hantu Vien tertawa ringan, dan mengangguk.
Di balas dengan pekikan senang, Eloise bahkan sudah melompat lompat kecil saking bahagianya.
Hantu Vien menggelengkan kepalanya.
"Padahal di dunia mu, kau juga kaya. Tapi, mengapa sekarang kau senang sekali seperti ini"
"Aku tidak sekaya kau, mungkin kalau disini tingkat ku bisa dua kali di bawah mu"
Eloise cemberut. Tak tau kah Vien bahwa dia sangat kaya.