~Andrea ~
Hari ini seperti yang sudah dijadwalkan, kelas X akan mengadakan camping dan tentu saja hampir semua murid mengikuti camping ini, hanya ada beberapa orang yang tidak mengikutinya. Aku telah menyiapkan perlangkapanku semenjak dua hari yang lalu karena terlalu bersemangat untuk mengikutinya. Aku membawa satu tas ransel besar penuh perlengkapanku dan satu tas jinjing berukuran sedang untuk cemilan dan beberapa perlengkapan lainnya. Rencananya kami akan menginap di salah satu penginapan yang dekat dengan lokasi camping kami. Kami akan berekreasi di salah satu gunung yang ada di Sukabumi selama 3 hari.
"Drea ayo berangkat!" Teriak kakak dari bawah.
Dengan segera aku mengikat rambutku dengan gaya messy ponytail dan bercemin untuk memastikan penampilanku siap untuk melakukan petualangan. Setelah puas dengan penampilanku, aku segera memakai ransel dan menjijing tas yang satunya dan siap untuk pergi.
"Aku siap! Aku siap!" Kataku mengikuti spongebob dan turun ke bawah. Kakak yang melihatku begitu bersemangat seperti ini hanya tertawa pelan sambil mencubit salah satu pipiku.
Kami pun pergi setelah sarapan singkat. Sesampainya di sekolah, aku dapat melihat lapangan parkir sekolah yang berisi bus-bus pariwisata yang akan mengantar kami menuju tempat kemping. Saat memasuki area gedung sekolah tiba-tiba saja aku mendapat pelukan dari seseorang dan tentu saja siapa lagi kalau bukan Kyla.
"Aku tidak sabar saat kita berada di sana. Semoga saja nanti kita sekelompok Dre!" Serunya bersemangat. Selama di sana kami dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak. Semua hal ini mengingatkanku akan most. Semoga saja tidak terjadi apa-apa kali ini.
Kami pun memasuki aula sekolah yang sudah di penuhi oleh murid-murid. Di sana kami harus duduk sesuai kelas masing-masing. Aku mulai memisahkan diri dengan Kyla dan mencari rombongan kelasku. Saat mencari-cari, seketika aku melihat sosoknya yang sedang bercanda dengan yang lain. Seketika aku terdiam. Selama beberapa hari semenjak kejadian di mana Alex berkelahi dengan Rafa, aku dan Rafa sama sekali belum berbicaara satu sama lain. Aku tidak tahu bagaimana harus memulai percakapan dengannya karena selama ini Rafa yang selalu memulainya terlebih dahulu. Situasi di antara kami menjadi canggung.
Aku pun langsung duduk dipaling belakang dan mencoba mengabaikan Rafa. Selama beberapa hari ini aku merasa ada yang aneh dengan diriku, rasanya hatiku ini menjadi hampa. Seluruh hariku berubah menjadi bad mood, untung saja hari ini kami pergi camping sehingga setidaknya aku bisa melupakannya dan mengembalikan moodku.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya guru-guru datang dan membagikan kelompok kami. Aku sekelompok dengan Tio dan sisanya aku tidak mengenal mereka sama sekali. Tapi setidaknya ada Tio di sana, so it's not going to be that bad, right?
Setelah dibagi kelompok, kami langsung diberi susunan acara dan langsung menaiki bus. Aku satu bus dengan Alex, Tio, dan Rafa, sementara Aldo dan Kyla aku sama sekali tidak tahu mereka di bus berapa. Biasanya Rafa pasti akan sebangku denganku namun karena kami sedang..... bisa dibilang bertengkar, Rafa langsung duduk di salah satu kursi dengan Alex di sebelahnya. Terpaksa aku harus mencari tempat duduk lain, namun sebelum aku beranjak Tio memanggilku dan langsung memintaku duduk bersamanya. Dirinya duduk tepat di depan Rafa dan Alex.
"Tio aku mau duduk di dekat jendela..." Pintaku padanya.
"Aku duluan yang duduk di sini. So no way!" Serunya sambil memeluk senderan kursinya dengan erat.
"Ayolah... Ya..ya..ya.. Tio kan baik, ganteng.." Bujukku dengan kata-kata manis.
"Tidak akan Andrea." Jawabnya lagi.
"Ya.." Pintaku tidak menyerah sambil mempoutkan bibirku dan menatapnya dengan puppy eye sebisaku.
"Arrrghh! Baiklah. Karena kamu sangat lucu akan kubiarkan kau menempatinya." Serunya mengalah sambil berpindah ke arah kursi satunya lagi. Aku pun bersorak riang dalam hati.
Selama perjalanan pun aku hanya diam dan memakan cemilan yang kubawa. Sesekali Tio dan Alex mengobrol denganku namun lebih banyak menjahiliku. Rafa masih tetap sama. Terkadang aku mengintip dari balik kursi dan mendapati dirinya sedang mengobrol, bermain handphone ataupun tertidur. Hatiku benar-benar sakit dan terasa hampa karena dirinya yang mengabaikanku, terlebih setelah aku mengakui kalau aku menyukai dirinya.
Aku menghela nafas panjang dan memasukan lolipop ke dalam mulutku dan memasang headset untuk mendengarkan lagu. Aku menyenderkan kepala ke jendela dan mencoba untuk tertidur. Memejamkan mataku sambil mendengarkan musik dan mengemut permen ini dengan enaknya. Tak lama kemudian aku pun tidak bisa menahan mataku yang semakin memberat ini.
Aku terbangun dengan guncangan ringan di bahuku. Saat aku membuka mata ternyata Tio membangunkanku karena kami sudah sampai di tempat tujuan. Aku pun melihat ke sekeliling dan hanya melihat beberapa orang tersisa di dalam bus. Rafa dan Alex sama sekali tidak terlihat di dalam bus. Aku pun membereskan barang bawaanku dan keluar dengan Tio. Selama aku membereskannya Tio menungguku. Terkadang dia bisa sangat baik.
"Cepatlah yang lain sudah berkumpul." Keluhnya sambil membawa beberapa barang bawaanku. Aku memberikan senyum dan menganggukan kepalaku bersemangat. Setidaknya selama camping aku bersama dengan Tio.
Setelah turun dan berkumpul sesuai dengan bus yang kami naiki, kami berpencar menuju kelompok kami masing-masing. Guru-guru pun membagi kamar untuk kami. Aku sekamar dengan dua orang dari jurusan IPS yang tidak kukenal. Kadang menyebalkan mempunyai nama yang diawali dengan huruf A sehingga aku harus terpisah dari teman-temanku.
Hari sudah hampir sore, setelah makan siang kami berkumpul di aula hotel dan mengadakan brieffing untuk aktifitas besok, setelahnya kami dibebaskan untuk menikmati fasilitas hotel sampai jam 9 malam. Aku segera bertemu Kyla dan kita menjelajahi hotel bersama-sama.
"Bagaimana kalau kita ke kamar laki-laki?" Tanyanya yang langsung aku tanggapi dengan memberikan tatapan 'apa kau gila?!' kepadanya.
"Hei! Itu tidak dilarangkan? Peraturannya mengatakan kita tidak boleh ke luar dari hotel dan masuk kamar tepat pukul 9." Tuturnya sambil menyunggingkan senyuman jahilnya.
"Geez Kyl! Kalau ada yang melihat kita mereka akan berpikiran aneh-aneh. Lagian apa kau tahu kamar mereka?" Tanyaku.
"Setahuku Alex dan Aldo sekamar sedangkan Rafa dengan Tio." Serunya.
"Beruntungnya mereka sekamar satu sama lain. Aku harap kita bisa sekamar." Keluhku dan Kyla memberikanku senyum lemahnya kepadaku.
"Cheer up girl! Apakah kita jadi ke kamar mereka tidak?" Serunya sambil menggerakan salah satu alisnya naik turun.
"Oke-oke aku hanya akan mengekorimu saja." Jawabku dan dijawab dengan seruan kemenangan dari Kyla. Dia pun langsung menarikku ke arah lorong laki-laki. Tak seperti dugaanku ternyata aku mendapati beberapa anak perempuan yang berkeliaran di sini, sepertinya mereka ingin bertemu dengan pacarnya, sama seperti Kyla.
Selama berjalan di lorong, aku menghindari setiap tatapan laki-laki yang melihat ke arah kami seperti seorang gagak yang melihat mangsanya. Itu sangat mengerikan. Sementara aku sibuk menghindari tatapan laki-laki yang menatap kita seperti sebuah mangsa, Kyla sibuk menchat Alex untuk memberitahu nomor kamar mereka.
"Baiklah ini dia." Bisik Kyla ragu sambil menatap pintu kamar Alex. Aku memutar bola mataku kesal terhadapnya.
"Kau yang memintaku ke sini dan sekarang kau ragu. Sebenarnya apa yang kau mau Kyl!" Gerutuku.
"Diamlah Dre! Aku sedang gugup saat ini." Bentaknya kepadaku yang aku tanggapi dengan mengangkat ke dua tanganku defensif. Tepat saat itu pintu terbuka dan menampakkan seorang laki-laki tidak dikenal dengan senyum mengerikan yang ditunjukannya.
"Hei ladies." Serunya sambil mengedipkan matanya pada Kyla dan aku secara bergantian. Aku segera bersembunyi tepat di belakang Kyla. Orang ini benar-benar aneh.
"E..ehm... Apakah Alexius Jun disini?" Tanya Kyla gugup. Aku baru mengetahui nama panjang Alex sekarang, namanya keren.
"Hei man stop flirting with my girlfriend!" Teriak Alex dari dalam kamar.
"Easy man!" Gerutu orang itu sambil membuka pintu lebar-lebar.
Aku dapat melihat kamarnya dengan sangat jelas. Terdapat tiga buah tempat tidur seperti kamar wanita dan bedanya kamar ini sangat berantakan. Terdapat handuk dan pakaian kotor juga sampah-sampah bekas makanan berserakan. Hanya satu spot saja yang bersih dan tentu saja Aldo yang berbaring di atas kasur bersih itu.
"Hai Kyl! Dre!" Seru Aldo sambil menutup buku dan menepuk-nepuk pinggir kasurnya menyuruhku untuk duduk di sana. Dengan ragu-ragu aku mendekatinya dan duduk di sampingnya.
"Alex di mana Do?" Tanya Kyla bingung sambil melihat ke sana ke mari.
"Sebentar lagi dia keluar. Kau mau membaca ini, ini keren sekali." Seru Aldo mengabaikan Kyla dan langsung menunjukan bukunya kepadaku.
Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan Alex dengan bertelanjang dada dan rambut basahnya. Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah lain dan melihat Kyla menatap Alex dengan tatapan... Lust? Oh My Gosh I don't belive it! She's drooling at him!.
"Like what you see baby?" Goda Alex. Aku bisa membayangkan dirinya sedang tersenyum jahil sekarang. Muka Kyla langsung memerah dan menundukan kepalanya. Alex pun terkekeh dan kembali memasuki kamar mandi.
"Dasar Alex." Keluh Aldo sambil memutar bola matanya.
"Dia memang suka pamer. Tubuhku lebih bagus daripada itu." Komentar creepy guy tidak mau kalah dan kami pun mengabaikannya.
"Jadi kalian mau apa di sini?" Tanya Aldo kepada Kyla dan aku.
"Aku hanya mengikuti dirinya." Seruku sambil mengambil buku dari pangkuan Aldo dan membaca sinopsisnya.
"Aku bosan dan sepertinya menarik mengunjungi kamar kalian." Jawab Kyla.
"Tentu saja Kyla mau menemuiku." Seru Alex yang keluar dari kamar mandi dengan memberikan senyum arogannya itu. Alex pun berjalan ke arah tempat tidur yang Kyla duduki dan memeluknya dari belakang.
Sementara Alex dan Kyla berpelukan seperti itu, aku membaca buku yang diberikan Aldo. Tak lama kemudian seseorang menerobos pintu kamar dan orang itu adalah Tio. Tio pun masuk dan berteriak senang begitu melihatku dan Kyla. Dia langsung masuk dan duduk disebelahku dan tidak berhenti mengangguku. Tio masuk bersama Rafa hanya saja begitu Rafa masuk, dia memilih untuk duduk berjauhan bersama creepy guy dan juga Aldo yang meninggalkanku sendiri dengan Tio. Kyla dan Alex masih saja berada di dunia mereka sendiri.
Terkadang aku iri dengan mereka, aku berharap aku bisa seperti itu dengan Rafa suatu hari nanti. Tanpa kusadari aku melihat ke arah Rafa yang sedang mengobrol dengan Aldo dan creepy guy. Sampai saat ini aku masih belum mengetahui nama orang itu, jadi aku akan terus memanggilnya creepy guy sampai aku mengetahui namanya.
Aku kembali memperhatikan Alex dan Kyla dan membayangkan itu adalah aku dan Rafa. Saat aku menyadari aku memikirkan tentang kita, seketika pipiku memerah dan segera mengalihkan pandanganku dari dirinya. I hope we're okay.
Setelah beberapa lama di sana aku dan Kyla memutuskan untuk kembali ke kamar kami masing-masing. Sepanjang di sana aku hanya memerhatikan mereka berbicara atau membaca buku yang Aldo bawa. Oh dan creepy guy, nama aslinya Andre, mirip dengan namaku.
Selama di sana juga Rafa masih terus menghindar dariku, dirinya sama sekali tidak melakukan kontak mata denganku. Beberapa kali aku memandanginya dan sepertinya dia mengetahuinya namun tidak mau menatapku. Aku merasa tertolak.
Sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Haruskah aku meminta maaf dan berbaikan dengannya? Tapi aku bahkan tidak tahu harus meminta maaf atas dasar apa. Seharusnya dia yang meminta maaf karena membuatku mersa tidak nyaman dan tersakiti. Atau aku begitu keras terhadapnya? Aku benar-benar tidak tahu!
Apa dia benar-benar tidak mau berteman lagi denganku? Memikirkan itu hatiku langsung merasa tersakiti. Sepertinya aku benar-benar menyukai dirinya, karena membayangkan dirinya yang tidak mau berurusan lagi denganku dan tidak akan ada lagi di sampingku membuat hatiku sesak. Aku terlalu menyayanginya dan bergantung padanya. Entah sejak kapan tapi sepertinya Rafa telah berhasil menjadi salah satu batu sandaranku. Aku pun tertidur dengan memikirkan dirinya.
Keesokan paginya setelah sarapan dan pengarahan singkat, kami mulai berpencar menjadi kelompok-kelompok dan menjelajahi alam di sini. Selama di perjalanan mendaki dan menelusuri hutan, setiap kelompok di dampingi oleh satu guru pembimbing untuk mencegah terjadi sesuatu seperti di MOS.
Kami mulai mendaki. Aku beruntung untuk memakai jaket yang cukup tebal karena udara sangat dingin. Sementara teman-teman yang lain yang tidak memakai jaket yang cukup tebal mulai mengeluh kedinginan. Perjalanan pun berlanjut, semakin kita mendaki semakin indah pemandangan yang dilihat. Selama di perjalanan kami diminta untuk mengabsen dan juga mengisi pertanyaan-pertanyaan di setiap pos yang tersedia.
Sekarang sudah tengah hari, setelah makan siang di perjalanan, kami mulai melakukan perjalanan kami kembali. Sekarang aku menyesal menggunakan jaket tebal karena tubuhku yang kepanasan akibat keringat. Seluruh tubuhku basah dan lengket oleh keringat, di tambah panas terik dari matahari yang sedang berada di puncaknya. Untung saja pohon-pohon di sini dapat meneduhkan kami dengan bayangannya. Saat di jalan pembimbing membimbing kami ke salah satu tempat dan aku dapat mendengar suara aliran air dari sini.
"Bukankah itu suara air?" Tanya salah satu anak lelaki yang bernama Niel.
"Kau benar di dekat sini ada aliran sungai yang sangat jernih. Jika kalian terus berjalan beberapa menit lagi kalian akan sampai di sana." Tutur Bu Anita. Aku tidak tahu dia mengajar kelas berapa.
"Yay!" Seluruh anak-anak bersorak. Aku dapat melihat muka kusut Tio sekarang berubah menjadi bersemangat. Selama di perjalanan Tio tidak berceloteh sama sekali, mungkin karena dia kelelahan.
"Akhirnya!" Seru Tio semangat sambil berlari menuju arah sungai dengan beberapa anggota kelompok lainnya. Hanya tinggal aku dan satu anak perempuan dan juga Bu Anita.
"Baiklah girls sebaiknya kita menyusul yang lain." Ajak Bu Anita. Kami pun berjalan menyusul yang lain.
Saat sampai di sana, aku dapat melihat anak-anak lelaki yang sudah bertelanjang dada dengan hanya menggunakan boxer mereka dan bermain di dalam air. Sementara dua orang anak perempuan hanya bertelanjang kaki dan duduk di pinggir sambil mencelupkan kakinya ke air. Sungai di sini sangat indah dan jernih, pohon-pohon yang mengelilinginya benar-benar membuat sungai ini sejuk.
Anehnya hanya ada kelompok kami di sini. Mungkin kami kelompok terakhir atau bisa saja mereka mengambil jalur lain. Entahlah yang penting kami bisa menikmati sungai ini sendirian. Aku pun duduk di salah satu batu yang di duduki gadis-gadis itu. Sementara mereka mengobrol mengenai entahlah, gosip? Aku tidak tahu dan tidak mau peduli, aku lebih memilih untuk memperhatikan anak laki-laki yang sedang bermain air.
Saat sedang mengamati pandangan mataku bertemu dengan Tio, dia tersenyum dan mulai berjalan ke arahku. Sepertinya dia menyadari aku yang sendirian dan ingin menemaniku. Namun sayangnya teman-temannya yang lain mengikutinya dan berjalan ke arah kami. Seketika mereka semua menyerang kami dengan cipratan air. Kami para gadis pun berteriak dan mulai melarikan diri, sayangnya sebelum sempat melarikan diri anak-anak cowok sudah ada di depan kami dan semakin menyerang kami dengan debit air yang lebih banyak. Tentu saja kami semakin berlari menjauh tapi semuanya percuma karena baju kami yang sudah basah kuyup. Ulah kekanak-kanakkan kubu cowok mengakibatkan kemarahan dari kami kubu cewek.
Sementara teman-teman perempuan dan guruku memarahi para cowok nakal itu, aku menjauh dari mereka untuk mengecek kaki palsuku. Semoga saja kaki palsuku tidak apa-apa. Belakangan ini kakiku menjadi sedikit sensitif terhadap air karena terlalu sering terkena air.
Sebelum aku pergi menjauh, aku dapat mendengar teriakan kesal salah satu anggota tim perempuan yang aku tidak ketahui namanya dan setelah itu salah satu anak cowok mencoba untuk meminta maaf kepadanya. Aku hanya terkikik mendengarnya saat membayangkan adegan itu dan mulai berjalan menjauh. Saat melanjutkan perjalananku untuk memisahkan diri, tiba-tiba Tio menyusul dan memanggilku sehingga aku harus membatalkan niatku dan pergi bersamanya.
"Drea! Maafkan aku." Seru Tio memberhentikan langkahku.
'Mungkin tidak apa-apa jika aku tidak memeriksanya, lagian aku tidak merasakan sengatan sama sekali.' Kataku dalam hati sambil berbalik dan tersenyum ke arah Tio.
"Hai Yo." Sapaku balik.
"Maaf tadi aku sama teman-teman cowok keterlaluan sama kalian. Jadinya kalian basah begini deh." Serunya menyesal.
"Tidak apa-apa. Walaupun menyebalkan lama-lama aku mengerti kebiasaan dan sifat natural laki-laki yang selalu jahil." Kataku sambil tertawa.
"Tapi tidak semua laki-laki jahil seperti itu!" Protesnya.
"Masa??" Tanyaku sambil menaikan salah satu alisku. Aku pun terkekeh melihat dirinya menggerutu kepadaku. Aku senang menjahili dirinya.
Bu Anita pun mengajak kami untuk melakukan perjalanan. Kami pun dikumpulkan dan diabsens lalu memulai kembali perjalanan kami. Seperti biasa aku berjalan di urutan terbelakang, biasanya di tengah perjalanan saat Tio kelelahan dia akan berjalan bersamaku.
Aku mulai merasakan kakiku yang pegal-pegal. Aku benar-benar kelelahan dengan semua perjalanan ini dan aku tidak terbiasa berjalan-jalan selama berjam-jam seperti ini. Saat kita telah menyelesaikan pos terakhir dan kembali ke hotel, matahari susah hampir menghilang. Sesampainya di sana, aku segera duduk di halaman hotel bersama yang lain dan mendapati Kyla berjalan ke arahku dengan sekotak snack dan air minum.
"Thanks!" Seruku sambil menegak habis minumku.
"Kau terlihat sangat kacau." Komentarnya.
Kyla benar, aku terlihat sangat kacau. Pipiku memerah karena kelelahan, keringat membanjiriku di mana-mana, rambutku yang kuikat tinggi sekarang berantakan ke mana-mana, dan seluruh bajuku basah dan lengket dengan keringat, belum lagi nafasku yang bergerak secara beruntun dengan sangat cepat seperti berlomba.
"Kau benar. Aku tidak pernah berjalan selama ini seumur hidupku." Jawabku.
"Setidaknya kau sudah mengalaminya sekarang, iya kan?" Tanyanya sambil tersenyum, aku menjawabnya dengan mengaggukan kepala sambil tersenyum.
"Jadi apakah pengalaman ini sangat menarik?" Tanyanya.
"Sangat!" Seruku gembira.
"Baguslah. Sebaiknya kita mandi. Aku tidak tahan lagi dengan badan lengketku ini." Keluhnya sambil menarik bajunya yang menempel di kulitnya. Aku tertawa dan segera mengikutinya masuk hotel dan masuk ke kamarku sendiri.
Aku bersyukur karena teman-teman sekamarku sedang tidak ada di sini. Setidaknya aku bisa mandi dengan aman dan mempersiapkan bajuku. Aku sedikit bingung bagaimana aku mandi di sini. Aku terbiasa menggunakan bathup sementara di sini hanya tersedia shower, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Namun walau bagaimana pun aku harus menemukan caranya. Tidak mungkin aku tidak mandi dengan kondisiku seperti ini. Aku harus melakukannya bagaimanapun caranya.
Setelah berdebat, akhirnya aku sudah berada di dalam sini tanpa sehelain benang pun di tubuhku. Kaki palsuku sudah kulepas dan kuletakan di paling ujung agar tidak terkena cipratan air. Hari ini kaki palsuku sudah cukup banyak terkena air, semoga saja tidak terjadi apa-apa, walaupun selama di jalan aku mulai merasakan sedikit sengatan ringan di kakiku.
Sekarang aku sedang terduduk di lantai dengan air yang mengalir. Aku segera mengambil shampo dan juga sabun dan segera memakainya dan kembali menyeret diriku ke bawah air mengalir. Aku tidak pernah merasakan mandi yang seenak ini. Walaupun aku sangat menyukai mandi, tapi mandi yang kali ini benar-benar terasa seperti di surga. Seluruh otot-ototku yang pegal terasa rileks di bawah guyuran air hangat. Benar-benar nikmat.
Setelah menunda-nunda selama beberapa kali, akhirnya aku melepaskan diri dari surga kecilku yang sangat nyaman itu. Setelah menarik diri menjauh dari guyuran shower, aku mengambil handuk dengan bersusah payah akibat gantungan baju yang cukup tinggi dan mengelap seluruh tubuhku, setelah selesai aku segera memakai kaki palsuku dan mengenakan baju juga mematikan shower.
Saat keluar dari kamar mandi aku segera menyusul yang lain untuk segera menuju aula hotel untuk makan malam. Total semua murid di sini adalah 160 orang jadi kami harus mengantri untuk mendapatkan makanan. Kyla sudah terlebih dulu mengambil makanan dan menduduki salah satu kursi yang tersedia di sini. Aku segera ikut mengantri barisan untuk mengambil makanan dan setelah itu menghampiri Kyla.
"Hai." Seruku.
"Kau lama sekali untuk sampai ke sini Dre. Tidak terjadi sesuatukan?" Tanyanya khawatir. Aku hanya menggelengkan kepalaku sambil tersenyum dan mengalihkan perhatianku ke depan makananku.
"Sehabis ini acara bebas. Apa yang akan kita lakukan?" Tanyanya setelah menelan seluruh kunyahannya.
Aku hanya mengedikan bahuku dan kembali melanjutkan menyantap makananku. Menu makanan di sini adalah soup, ikan goreng, tahu dan tempe, juga rolade. Namun aku hanya mengambil soup dan juga roladenya. Sementara aku memilih untuk menikmati teh panas. Udara di sini sangat dingin, mengingat posisi kami yang berada di daerah tinggi.
Saat hendak menyedokan makananku ke mulut, tiba-tiba sebuah sengatan yang menyakitkan terasa dikakiku. Aku segera menahan teriakanku dengan menggigit bibir bawahku dan segera melempar sendokku ke piring dan memegang kakiku. Untung saja lemaparan sendok itu hanya menghasilkan bunyi yang kecil sehingga tidak menarik perhatian. Bahkan Kyla tidak menolehkan kepalanya kepadaku sama sekali, dirinya masih sibuk mencari keberadaan Alex.
Aku segera menutup mataku untuk mengilangkan rasa sakitnya sambil memijat-mijat kakiku pelan. Rasa sakit itu lama kelamaan mulai menghilang. Aku pun melepaskan bibirku dari cengkraman gigiku dan mulai menutup mataku untuk benar-benar merasakan rasa sakitnya sudah menghilang dan mulai melanjutkan kegiatan menyantapku. Selama makan aku mulai merasa sengatan-sengatan di kakiku semakin terasa, namun aku bisa apa dengan semua ini. Satu-satunya orang yang mengetahui kalau aku tidak boleh terkena air hanyalah Rafa dan sisanya ke empat sahabatku hanya mengetahui kondisiku yang lumpuh. Aku yakin aku masih bisa menahan semua ini.
Setelah makan malam Kyla mengajakku menuju salah satu ruangan yang aku sendiri tidak tahu ruangan apa namanya. Di dalam ruangan itu terdapat perapian dan juga di sertai dengan kaca-kaca yang menghadap langsung ke hutan sehingga kami benar-benar mendapat pemandangan yang menarik. Kursi-kursi empuk banyak terdapat di sekitar sini dan terdapat karpet yang berada di tengah. Beberapa teman-teman kami sedang berada di karpet dan mulai menyanyikan suatu lagu dan salah satu diantaranya memainkan gitar. Suasana ini benar-benar nyaman dan tenang. Aku dan Kyla langsung berhambur ke dalam karpet dan mulai menikmati lagunya. Aku baru menyadari bahwa yang memainkan gitar adalah Alex setelah melihat ke depan. Alex benar-benar berbakat dalam musik.
Kyla melihat Alex dengan pandangan kagum dan bangga. Aku benar-benar iri dengan mereka. Tiba-tiba sengatan itu kembali menyerang. Sialnya yang kali ini benar-benar sakit. Aku hampir saja berteriak karena rasa sakit yang begitu tiba-tiba. Untung saja aku berteriak tanpa suara, setidaknya aku masih bisa mengendalikan diriku sendiri. Bahkan air mataku sampai keluar. Aku beberapa kali berteriak tanpa suara sambil memukul-mukul kakiku kesal. Aku menarik kakiku kedalam pelukanku dan menangis tanpa suara di sana. Aku sudah tidak kuat lagi menahan sakitnya ini sangat-sangat menyakitkan.