~Andrea~
Hari ini menjadi ujian terakhir dimana aku terbebas dari segala ujian ini. Para lelaki merencanakan untuk mengadakan pesta untuk melepaskan stress. Mereka juga mengikut sertakan diriku dan Kyla.
Menyebalkannya Kyla telah menyetujuinya tanpa bertanya dulu pendapatku. Aku tidak tahu pesta macam apa yang akan mereka adakan tapi sepertinya itu akan menarik.
Aku merasa sedikit aneh, apa mereka tidak khawatir dengan hasil ujian yang belum keluar? Mengapa mereka dapat mengadakan pesta dan melupakan segalanya dan tidak memikirkan kalau mereka bisa mendapat nilai rendah dan tidak naik kelas?
Aku mecoba untuk tidak berpikir kritis saat ini dan mencoba untuk menikmati pesta seperti yang mama sarankan kepadaku. Saat aku bercerita mengenai hal ini kepadanya entah mengapa mama tertawa dengan reaksi yang kuberikan. Dia berkata aku terlalu banyak berpikir seperti papa, mungkin itu sebabnya aku lebih dekat dengan papa daripada mama. Walaupun aku lebih banyak curhat kepada mama, tapi entah mengapa kadang papa lebih mengerti aku daripada mama.
Hari ini seperti yang di rencanakan nanti sore aku dan yang lain akan berkumpul di rumah Alex untuk melepas stress seperti yang mereka bilang. Sambil menunggu aku berbaring di kasurku, hari ini adalah pelajaran yang paling menyebalkan dan membuat kepalaku meledak. Matematika dan fisika, hari ini otakku rasanya diperas habis-hasbisan untuk mengerjakannya. Aku sangat khawatir dengan nilaiku karena aku tidak sempat menyelesaikan soal matematika dengan baik.
Aku mencoba tidur untuk meringankan beban di kepalaku ini, namun saat mataku baru terpejam handphoneku berbunyi. Dengan malas aku mengangkatnya tanpa melihat idnya telebih dahulu.
"Halo.." Sahutku dengan malas.
"Drea.. Apa yang kau lakukan? Bukankah seharusnya kau sudah ada di rumahku?" Tanya Kyla. Baiklah Kyla yang menelephoneku artinya aku tidak dapat beristirahat sekarang.
"Maksudmu?" Tanyaku dengan bingung.
"Gezz... Kau berjanji untuk datang ke rumahku agar bersiap-siap untuk pergi ke rumah Alex." Serunya sambil berdecak kesal.
"Sejak kapan aku berjanji? Aku bahkan tidak ingat kau pernah berkata seperti itu?" Saat bilang begitu aku baru ingat.
Kyla sempat berbicara kepadaku saat kita berada di kantin, namun aku tidak mendengarkannya dengan baik karena pikiranku terlalu stress memikirkan hasil ujian mat dan fisikaku. Aku terlalu khawatir kalau aku tidak naik kelas.
"Aku menjelaskan kepadamu panjang lebar namun kau tidak mendengarkan! Sangat bagus Drea! Kau memang sahabat yang terbaik!" Sahutnya secara sarkastik. Belakangan ini Kyla sering berbicara sarkastik akibat pengaruh Alex kurasa.
"Maaf.. Waktu itu pikiranku terlalu penuh dengan kekhawatiranku mengenai hasil ujian." Jawabku jujur.
"Hmm... Iya-iya aku mengerti. Aku maafkan, asalkan kau berangkat sekarang juga! Kau tidak akan mempermalukan dirimu sendirikan?" Tanya Kyla.
"Tentu saja tidak. Tapi kenapa aku bersiap-siap, seperti ke pesta sungguhan saja." Seruku.
"Kau tidak tahu kabar terbaru dari Alex? Katanya ayahnya mengadakan pesta dan mereka mengundang kita. Oleh karena itu kau harus datang sekarang juga! Kau tahu ayah Alex adalah seseorang yang penting dan kau pasti akan terkejut jika melihat orang-orang yang hadir di sana. Kau tidak mau mempermalukan dirimu kan? Cepat kemari!" Tutur Kyla panjang lebar namun aku sama sekali tidak mengerti satu katapun yang dia ucapkan.
"Aku masih tidak mengerti...." Seruku.
"Aaaa! Sudahlah! Aku tidak akan menjelaskan ulang, yang penting kau harus berada di rumahku secepatnya!" Serunya dan langsung memutuskan hubungan secara sepihak. Sepertinya moodnya sedang jelek sekarang atau dia sedang PMS.
Geezz! Aku tidak pernah mengerti anak populer seperti Kyla. Aku pun keluar dari kamar dengan pasrah dan menuju kamar kakak dengan kursi rodaku. Untung saja hari ini kakak bolos dari kuliahnya karena dia sedang ada masalah dengan temannya.
Aku bisa mengancamnya untuk mengantarku karena kakak berbohong kepada mama untuk tidak masuk kuliah hari ini. Setelah memasuki kamarnya aku melihat kakak sedang asyik bermain PSnya. Dia bermain PS yang terhubung dengan televisi miliknya sendiri dan duduk di karpetnya.
"Kakak! Antarkan aku ke rumah Kyla.." Seruku sambil mendekatkan kursi rodaku kepadanya.
"Hmm..." Dia hanya berdeham dan aku pastikan bahwa dirinya tidak mendengarkan perkataanku sama sekali.
Aku kembali memanggilnya sambil memukul pundaknya. Kakak meneruskan permainannya sambil menyenderkan tubuhnya ke padaku dan menaruh kepalanya di pangkuanku. Dia pun mempause permainannya tanpa mengalihkan pandangannya ke padaku.
"Apa adikku yang manis..?" Tanyanya. Aku pun memainkan rambutnya dengan sedikit kasar.
"Dari tadi aku panggil baru disahut sekarang." Protesku.
"Nanggung soalnya, kakak baru aja namatin level baru. Baru aja ngalahin bosnya." Seru kakak tanpa meminta maaf. Aku menanggapinya dengan memutar bola mataku.
"Antarin aku ke rumah Kyla.." Seruku.
"Males ah, mau namatin gamenya nih." Seru kakak sambil kembali menegakkan tubuhnya dan mulai kembali mengambil stik PSnya.
Aku pun menarik rambutnya dengan keras dan dia pun berteriak kesakitan dan membalasnya dengan memukul pahaku.
"Ayo kak! Kalau gak aku laporin mamah kakak bolos loh." Ancamku.
"Silahkan saja. Mamah pasti ngerti kok kalau kakak jelasin masalahnya." Seru kakak sambil menjulurkan lidahnya.
Kesal dengannya aku melempar kepalanya dengan bantal yang dekat denganku. Dia pun tertawa dangan aksiku membuatku berteriak marah kepadanya. Kepalaku sudah pusing dengan nilai ditambah dengan Kyla yang tiba-tiba marah kepadaku dan sekarang kakak juga mencari gara-gara denganku! Aku akan membunuhnya!
Aku mendekatinya dan menjambak rambutnya dengan kasar sambil memukulnya dengan sekuat tenagaku. Setelah kemarahanku lenyap aku pun memukulnya sekali lagi dengan sedikit lembut dan menghentikannya. Aku bersender ke kursi rodaku sambil menghela nafas panjang. Kakak hanya melihatku sambil sedikit tersenyum. Dia sepertinya menghetahui bahwa diriku sedang dilanda stres, itu mengapa dirinya tidak melawan sementara aku memukulnya secara brutal.
"Apa kah kau sudah tenang sekarang? Kau biasanya tidak meledak seperti ini." Tanyanya sambil melihatku dengan teliti.
"Ya terimakasih kak.." Seruku dengan tenang.
"Sebenarnya kamu kenapa? Sedang PMS?" Tanyanya secara blak-blakkan. Dia selalu seperti itu. Dia mengetahui kalau aku tidak suka bila diintrogasi begitu tetapi tetap saja dia selalu keras kepala. Dia sama sekali tidak mau mengerti perasaanku.
"Bukan urusan kakak!" Seruku ketus.
"Baiklah maaf, aku bertanya kepadamu lagi. Tapi kakak khawatir dan aku tau sesuatu sedang terjadi. Raut wajahmu menunjukan hal itu." Seru kakak lembut. Aku diam dan tidak menjawabnya. Aku benar-benar bad mood sekarang.
"Kakak tau apa tentang diriku!" Seruku kesal.
"Hei! Aku ini kakakmu. Aku sudah bersamamu sejak kau lahir dan tentu aku mengetahui segalanya tentang dirimu." Serunya lagi.
"Baiklah-baiklah kau memang mengetahui segalanya tentangku." Seruku sarkastik.
"Nah sekarang ceritakan agar aku bisa membantumu. Aku memaksa!" Seru kakak sambil mendekat dan menarik kursi rodaku ke dekat kasurnya dan kakak duduk berhadapan denganku di kasurnya. Aku tidak bisa melawan kakak jika dia sudah keras kepala seperti ini.
"Baiklah kak.." Seruku mengalah.
"Ceritalah." Seru kakak sambil menumpukan bantal dan bersender di sebelahnya.
"Aku sedikit khawatir dengan nilaiku." Jawabku jujur.
"Sedikit atau banyak." Godanya.
"Iya-iya aku akui aku stres karenanya. Aku takut jika aku tidak naik kelas. Ini pertama kalinya aku kembali ke sekolah dan aku takut aku menghancurkannya dan mengecewakan mama dan papa." Kataku sambil menundukkan kepalaku.
"Hei! Kau pasti bisa naik kelas. Yakinlah pada dirimu sendiri. Kaukan anak profesor yang jenius." Serunya.
"Tapi aku tidak sepintar papa atau sepintar dirimu! Justru karena kalian berdua jenius aku takut aku tidak seperti kalian." Seruku kesal.
"Aku tahu kau mempunyai kemampuan yang berbeda. Mama bilang kau sama seperti mama yang sangat suka dengan dunia sastra. Kalau pun nilaimu jelek setidaknya kau masih mempunyai bakatmu. Namun yakinlah kau bisa. Aku yakin padamu kalau kau akan naik kelas. Sebodoh-bodohnya dirimu kau tidak akan berada jauh dari level kami. Otak jenius kami pasti menurun kepadamu sedikit. Adik bodoh!" Serunya sambil menempeleng kepalaku. Aku pun tertawa pelan karenanya.
"Apa yang kau maksud dengan adik bodoh!" Seruku sambil berpura-pura marah.
"Karena kau memang bodoh!" Serunya. Aku pun memukulnya dengan sembarangan dan dia pun mengangkatku dari kursi roda sehingga sekarang kita berbaring bersebelahan di kasur kakak.
"Thanks big bro!" Seruku sambil tersenyum. Kakak memang selalu dapat mengembalikan moodku.
"Yourwelcome lil'sis!" Katanya sambil mengacak-ngacak rambutku.
"Sekarang antarkan aku ke rumah Kyla." Seruku.
"Tidak mau.. Aku terlalu malas!" Seru kakak sambil membalikan badannya sehingga sekarang dia memunggungiku. Aku pun memeluknya dari belakang sambil terus membujuknya.
"Ayolah kak.... Kakakku yang ganteng.." Seruku.
"Tidak mempan!" Serunya.
"Kalau kakak mengantarkan aku, kakak bisa bertemu dengan kakak Kyla!" Seruku. Aku tahu kakak pasti akan memakan umpanku yang ini. Benar saja dia langsung berbalik dengan mata yang berbinar.
"Benarkah?" Tanyanya tidak percaya.
"Benar. Dia baru pulang dari Paris hari senin lalu." Seruku.
"Baiklah. Demi bertemu cewek cantik!" Serunya sambil bangkit dari kasurnya dan mulai mencari-cari baju untuk dia kenakan. Aku hanya terkikik melihat kelakuan kakak. Dia benar-benar playboy.
Setelah aku dan kakak bersiap-siap, kami pamit ke mama dan pergi ke rumah Kyla. Aku menyuruh kakak membawa mobil papa supaya nanti Kyla dan aku pergi ke rumah Alex bersama dengan kakak. Setelah sampai di depan rumah Kyla, aku dan kakak turun. Aku berjalan menuju rumahnya dengan diikuti kakak dari belakang.
Sekarang kakak mengikutiku seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Setelah membunyikan bel beberapa kali akhirnya pintu terbuka dan munculah seorang wanita asing yang tidak pernah kulihat sebelumnya yang kuduga adalah kakaknya Kyla.
Seperti yang Kyla bicarakan dia sangat cantik tidak kalah dengan Kyla. Rambutnya berwarna pirang dengan sedikit warna ungu di ujung rambutnya. Dia memakai T-shirt tidak berlengan bertuliskan New York dan memakai ripped jeans pendek. Dia benar-benar terlihat seperti seorang model.
"Hai! Kau pasti Andrea. Kyla bercerita banyak tentangmu. Kau benar-benar manis. Sebentar lagi aku akan merombak dirimu menjadi sangat cantik." Seru kakak Kyla sambil memelukku.
Sepertinya berpelukan menjadi suatu kebiasaan di keluarga ini. Kakak Kyla sangat ramah dan baik, aku langsung menyukainya. Aku tersenyum sopan kepadanya sebagai jawabanku. Dia pun mendekat kepadaku dan membisikan sesuatu di telingaku.
"Apakah cowok tampan yang ada di belakangmu adalah kakakmu?" Bisiknya. Aku hanya menganggukan kepala menjawabnya.
Sama seperti Kyla dia langsung tertarik dengan kakak, sepertinya tak lama lagi mereka akan berpacaran karena aku dapat melihat bahwa kakak sangat tertarik dengan kakak Kyla. Kami pun dibawa masuk ke ruang tamu dan dipersilahkan untuk duduk. Saat kakak Kyla pergi ke dalam untuk memanggil Kyla, kakak langsung mulai menggila.
"Drea..! I just see an angel! Oh My Gosh..." Serunya dengan sangat dramatis sambil menutup mulutnya. Aku pun memutar bola mataku kepadanya. Bagaimana caranya membuat kakakku ini sadar?!
"Awas kalau kakak macam-macam! Aku laporin mama!" Seruku. Kakak selalu takut kepada mama jika menyangkut cewek karena mama akan menceramahinya dan menghukumnya habis-habisan jika dirinya ketahuan menyakiti hati wanita.
Pernah dulu salah satu anak teman mama menyukai kakak karena penampilanya. Seperti biasa kakak akan mengoda gadis itu dan gadis itu manganggapnya kakak menyukai dirinya juga, namun sebenarnya tidak.
Saat itu juga kakak sedang pacaran dengan kak Risma, salah satu mantan kakak yang menjadi korban kakak. Saat tau kakak pacaran, gadis itu menangis dan mengatakan semuanya kepada mamahnya dan berujung mama tahu akan hal itu.
Kakak langsung mati saat itu karena dimarahi habis-habisan sama mama dan saat itu papa ikut membantu mama dengan menghukum kakak habis-habisan. Kakak berjanji untuk tidak menggoda cewek lagi namun janjinya hanya bertahan selama setahun. Dia kembali menjadi cowok menyebalkan!
Aku tidak terlalu mengambil pusing dengan tingkah laku kakak, karena jika omongan mama dan papa tidak dihiraukannya apa lagi dengan omonganku. Aku tidak pernah mencoba untuk memarahinya ataupun mencerahamahinya karena itu adalah kehidupan pribadinya, walaupun kakak selalu mencampuri kehidupanku namun aku tetap menghargai kakak. Ya walaupun menyebalkan juga mempunyai kakak playboy seperti dia.
Tak berselang aku dapat merasakan jika Kyla berlari menuju ruang tamu. Benar saja sedetik kemudian Kyla datang dengan nafas yang tidak teratur. Dia langsung duduk di sampingku dan menatapku tajam tanpa mempedulikan kakak yang berada di sebelahku.
"Kau tidak akan percaya ini! Alex benar-benar mengundang kita dan Nico akan ada di sana. Dia bilang kita harus memakai baju yang keren agar kita tidak memalukan dirinya. Itu berarti pikiranku benar kalau seluruh staf ayahnya akan ada di sana!" Serunya dan lagi-lagi aku tidak mengerti sama sekali maksud dari perkataanya.
"Aku masih tidak mengerti." Kataku pelan.
"Huh.. Sudah kuduga kau akan berkata seperti itu. Biar aku jelaskan. Jadi papahnya Alex adalah seorang produser musik dan dia memproduseri banyak artis ternama. Nah.. hari ini ada pesta besar yang akan diadakan perusahaan ayah Alex dan dia mengundang kita untuk ikut. Kau tahu artinya akan ada banyak artis dalam pesta itu! Termasuk Nico!" Seru Kyla bersemangat.
"Kakak ikut! Kakak ingin bertemu dengan para artis! Siapa tahu salah satu dari mereka ingin menjadi model dari pakaian yang kakak buat!" Seru kakak Kyla tidak kalah bersemangatnya.
"Tapi kakak tidak diundang dan ini seharusnya menjadi pesta persahabatan! Kakak tidak boleh ikut!" Seru Kyla tegas.
"Ayolah Kyl.. Nanti kakak akan membantu untuk membuatmu lebih cantik dengan gaun-gaun yang kakak buat? Bagaimana?" Bujuk kakaknya Kyla dan Kyla pun menyetujuinya dengan cepat.
"Aku tidak akan ikut kalau seperti ini jadinya." Seruku. Aku membenci keramaian, dan begitu mendengar para artis aku tahu bahwa ini tidak akan menjadi pesta yang menyenangkan. Membayangkan berpesta dengan orang-orang dewasa membuatku merinding.
"Ayolah Drea... Aku mohon.. Kalau kau tidak datang aku tidak mempunyai teman." Seru Kyla membujukku.
"Kau kan bisa bersama kakakmu." Seruku berkeras kepala. Kyla pun terus menerus membujukku bahkan sampai mengikut sertakan kakak dalam hal ini!
Setelah sekian lama membujuk akhirnya mereka berhasil membujukku dengan sebuah novel terjemahan asli, lengkap dengan tanda tangan author favoritku. Apalagi buku ini buku yang sangat-sangat aku inginkan dan sangat susah untuk mencari terjemahan aslinya di Indonesia.
"Baiklah. Aku akan ikut tapi ingat janji kalian." Seruku.
"Iya-iya adikku sayang." Seru kakak.
"Wuah Andrew sepertinya adikmu lebih sulit ditaklukkan dari pada adikku." Komentar kak Evelyn.
Tadi sebelum perdebatan di mulai kakak Kyla berkenalan dengan aku dan kakak, lebih tepatnya kepada kakak. Mereka cepat sekali akrabnya.
"Kau benar! Tapi bisa dibilang aku satu-satunya orang yang dapat menaklukkannya." Seru kakak bangga.
"Sepertinya tidak lagi kak Andrew." Seru Kyla yang tiba-tiba menyela.
"Maksudmu apa?" Tanya kakak bingung. Aku juga penasaran dengan jawaban Kyla karena memang benar apa yang dikatakan kakak, biasanya yang bisa membujukku hanya kakak dengan segala kelicikannya.
"Karena Drea memiliki Revan sekarang. Biasanya kalau ada dia, Drea jadi senang." Goda Kyla kepadaku. Aku sangat malu sekarang dan aku pastikan bahwa pipiku pasti memerah.
"Wah! Wah! Bocah sialan itu memang harus diberi pelajaran!" Seru kakak kesal. And here we go! The protective brother has been activated.
"Kau membuat situasi semakin tidak enak Kyl." Bisikku kesal kepada Kyla.
"Maaf.. Aku tidak mengira kakakmu akan semarah itu. Sepertinya kita harus bersiap sekarang karena acaranya di mulai jam 7 malam." Seru Kyla sambil menarikku ke kamarnya.
Jelas sekali bahwa dirinya kabur dari kakak karena sekarang jam 5 dan tidak mungkin kita bersiap-siap selama itu.
Setelah sampai di kamar Kyla aku pun langsung merebahkan diri di kasur Kyla karena aku sangat-sangat lelah hari ini. Aku pun menutup mataku namun tak lama kemudian kak Evelyn datang dengan membawa berbagai macam gaun yang indah-indah.
"Hai-hai kalian! Lihatlah koleksi gaun yang kubuat saat di Paris." Serunya bangga.
"Wuah kakak benar-benar hebat! Gaunmu indah-indah!" Puji Kyla.
"Kak Evelyn memang hebat. Gaunmu sangat indah." Pujiku.
"Terimakasih Drea. Cobalah gaun ini!" Serunya sambil memberikan sebuah gaun berwarna merah menyala.
"Tidak terimakasih kak... Aku akan memakai pakaian ini saja." Tolakku dengan halus.
"Tidak.. Tidak.... Kau tidak bisa berpakaian seperti itu adik kecil." Seru kak Evelyn.
"Ya benar! Kau akan mempermalukan dirimu jika seperti itu!" Seru Kyla kesal.
"Tapi aku tidak biasa memakai pakaian seperti itu." Seruku.
"Ayolah Drea.. Kumohon.. Lakukan ini demi diriku oke?" Bujuk Kyla. Aku tidak tahan jika dirinya sudah memohon seperti itu kepadaku. Lagian dia benar jika aku memakai pakaianku aku akan mempermalukan Alex dan yang lainnya.
"Baiklah.. Hanya saja berikan gaun yang normal." Seruku.
"Oke-oke nanti kakak berikan. Coba dulu yang itu." Serunya. Aku pun membawa pakaian itu ke kamar mandi dan menggantinya dan segera keluar.
"Tidak! Tidak! Coba yang ini." Seru Kyla dan kak Evelyn dengan kompak.
Aku pun kembali ke kamar mandi sambil kembali membawa gaun dengan warna putih. Hal ini terus berlalu sampai aku di berikan sebuah gaun yang sangat indah. Gaun itu berwarna putih dengan beberapa hiasan berwarna biru langit. Ujung gaun itu bergelombang dan dilengkapi dengan gliter berwarna biru dan juga beberapa hiasan kupu-kupu kecil berwarna biru yang sangat indah.
Saat kupakai gaun itu melekat dengan sempurna di atas tubuhku dan ujungnya jatuh di atas lututku. Lengannya cukup panjang dan menempel pada lengan atasku dan bahuku terlihat akibat bolongan lehernya yang besar. Gaun itu sangat cantik dan sangat pas di tubuhku. Saat aku keluar mereka langsung memujinya.
Sekarang giliran Kyla, pencarian gaun Kyla lebih lama dari padaku karena dia terlalu pemilih. Akhirnya dia memilih gaun kuning polos dengan beberapa renda transparan pada ujung gaun dan juga pada lengannya.
Sementara kak Evelyn memakai gaun hitam yang sangat sexy malam ini. Aku yakin kakak akan spechless sekarang. Setelah selesai dengan gaun kami pun mulai mengutak-atik rambut. Rambut Kyla di sulap menjadi sebuah kepangan ke samping dan menggulungnya di dekat telinganya sehingga membentuk sebuah bunga yang indah. Sementara rambutku dibiarkan terurai dengan beberapa ujung rambut yang dikepang dan dilingkarkan di sekitar kepalaku layaknya mahkota. Kak Evelyn menggulung rambutnya sehingga semakin menekankan kesan sexynya karena lehernya yang panjang itu sangat terlihat.
Setelah puas, kami pun turun disambut dengan pelototan dari kakak. Dia sepertinya benar-benar speechless ketika melihat kak Evelyn. Dia memandang kami secara satu persatu dengan teliti, dan dia berdecak kagum saat melihatku dan tersenyum.
"Wow! Kalian benar-benar cantik! Kau hebat Evelyn, dapat membuatku adikku semakin cantik." Seru kakak memuji kak Evelyn.
"Sama-sama. Lagian Drea memang sudah sangat cantik. Nah sekarang giliranmu untuk ku sihir!" Seru kak Evelyn sambil menarik kakak ke kamarnya dan mereka menghilang.
Sambil menunggu mereka aku dan Kyla duduk di taman sambil menikmati pemandangan sunset. Aku membaringkan diriku dan melihat langit yang indah. Rasanya tidak terlalu nyaman saat berbaring karena pakaianku yang menyebalkan. Aku membayangkan kira-kira seperti apa ya pesta itu.
"Kyl kira-kira nanti di sana seperti apa?" Tanyaku penasaran. Karena sudah sangat lama sejak terakhir kali aku ke pesta. Terakhir kali aku ke pesta saat aku TK untuk menghadiri penghargaan papa. Sekarang aku benar-benar lupa seperti apa pesta itu.
"Hmmm... Aku tidak terlalu tahu. Namun yang aku bayangkan di sana akan ada lampu berkelap-kelip, seorang DJ dan beberapa meja yang penuh dengan dessert. Aku yakin akan ada banyak sekali orang di sana." Seru Kyla dengan bersemangat.
"Kau sepertinya sangat bersemangat sekali Kyl." Godaku.
"Tentu saja. Bagaimana aku tidak semangat. Pertama aku akan bertemu Alex dan dia pasti akan terlihat keren nanti. Kedua aku bisa melihat ayahnya Alex, kalau aku beruntung. Ketiga setidaknya aku bisa melihat beberapa artis yang bisa aku pamerkan kepada teman-teman di sekolah." Serunya dengan mata berbinar. Aku tersenyum melihatnya, dia sangat lucu saat seperti ini.
"Baiklah-baiklah. Aku mengerti kau ingin sekali melihat Alex." Seruku menggodanya.
"Seperti kau tidak ingin melihat Revan saja." Balasnya menggodaku.
"Bisakah kau berhenti menggodaku! Sudah kukatakan berkali-kali aku tidak menyukai Rafa seperti itu. Dia adalah sahabatku." Seruku dengan sedikit kesal. Aku benar-benar menganggap Rafa teman kecilku dan juga sahabatku.
"Iya-iya baiklah Drea! Aku tidak akan menggodamu lagi. Namun saat kau jadian dengan Rafa kau harus mentraktirku makanan mahal." Serunya.
"Terserah kau saja karena itu tidak mungkin terjadi." Seruku.
Aku merasa aneh ketika mencoba membayangkan Rafa sebagai pacarku, hal itu tidak mungkin terjadi karena Rafa adalah sahabatku. Aku tidak mungkin menyukai sahabatku sendiri, apalagi ketika aku baru saja bertemu dengannya setelah sekian lama.
"Kau benar-benar keras kepala. Tapi aku yakin kau harus menyisihkan uangmu untuk mentraktirku nanti." Serunya sambil tersenyum.
Tak lama kakak keluar dengan turtle neck hitam dan juga sebuah jaket putih yang dihiasi dengan resleting silver. Kak Evelyn pun merubah gaya rambutnya, dia memberi gel pada poninya sehingga dia terlihat sangat keren. Dia juga memakai sepatu boots hitam. Dia benar-benar terlihat seperti seorang model.
"Wow! Kau terlihat seperti seorang artis kak!" Seru Kyla. Aku hanya tersenyum melihatnya.
"Tentu saja hasil karyaku selalu memuaskan." Seru kak Evelyn.
"Sejak kapan kakak membuat baju cowok?" Tanya Kyla.
"Salah satu tugas kuliahku adalah ini. Seorang designer pakaian harus bisa membuat pakaian untuk siapa saja Kyl." Seru kak Evelyn.
"Kau tidak akan memujiku Drea?" Tanya kakak. Aku pun memutar bola mataku menanggapinya.
"Baiklah kau keren kak! Puas?" Seruku.
"Hahahaha.. Kau ini tidak pernah mau mengakui bahwa kakakmu ini sangatlah tampan." Seru kakak dengan sangat percaya diri. Aku benar-benar kesal dengan sikap narsistiknya itu.
"Terserah kakak saja! Kyl, bukankah sekarang kita sudah harus pergi?" Tanyaku.
"Kau benar. Sepertinya kita akan terlambat. Aku sudah berjanji dengan Alex untuk berkumpul di rumahnya jam enam, sekarang sudah pukul setengah enam lebih." Kata Kyla kecewa. Jelas sekali kalau dirinya tidak ingin membuat Alex menunggu.
"Baiklah, serahkan padaku Kyla. Kita akan sampai rumah Alex tepat waktu!" Serunya bangga sambil menyunggingkan senyumnya. Oh crap! I'm gonna dead!