~Rafael~
Selepas kepergian Andrea, aku langsung kembali ke apatermen dan membaringkan diriku di sofa. Sejak tadi, aku tidak bisa menghapus senyum di wajahku. Aku sangat senang karena Andrea menjaga dan merawatku hari ini.
Memori tentang dirinya saat merawatku membuatku tertawa seperti orang gila. Aku benar-benar tergila-gila akan dirinya, walaupun dia hanya menganggapku sebagai temannya. Aku terkena friendzone! Namun tidak apa-apa karena dia adalah Andrea. Berteman dengannya saja sudah suatu hal yang hebat bagiku, berhubung dirinya yang anti sosial itu.
Memori saat dirinya berdiri di kaca apatermenku sambil meminum susu dinginya itu, tereka ulang di memoriku. Dia sangat cantik saat sinar matahari sore menyinari wajahnya. Sayangnya aku tidak dapat mengabadikan momen tersebut karena handphoneku entah berada di mana. Awalnya aku ingin mengagetkannya dengan memeluknya dari belakang, sedihnya aku sudah ketahuan terlebih dahulu olehnya. Sepertinya aku semakin menyukai dirinya. Dia seperti obat bagiku. Buktinya, aku langsung sembuh saat dirinya merawatku.
"Aaa! I love you so much Drea!" Teriakku sambil tertawa seperti orang gila. Aku pun bangkit dari sofa menuju dapur.
Aku pergi untuk mengambil minuman akibat tenggorokanku yang kering. Sebuah sticky notes tertempel di kulkasku, saat aku hendak mengambil air dingin. Sticky notes itu bertuliskan :
Rafa... Panaskan bubur dan sup bayam untuk makan malammu.
Jangan makan makanan instan. Istirahat yang cukup dan pulihkan tenagamu.
Minumlah air hangat, awas kalau kau meminum air dingin!
~Drea~ ^~^
Aku tersenyum saat membaca pesannya. Dia benar-benar sangat lucu. Sejak kapan dia menempelkan itu di kulkasku. Ckckck.... anak itu, dia sepertinya sangat memperhatikanku.
Senyumku merekah kembali akibat fakta bahwa dia memperhatikan dan mengkhawatirkanku. Dia sepertinya mengetahui bahwa aku menyukai air dingin, dia bisa membaca pikiranku rupanya.
Aku mengurungkan niatku untuk meminum air dingin dan mengambil gelas, dan mencampurkan air panas dan air biasa untukku minum. Rasanya memang aneh, tapi Drea telah berpesan kepadaku untukku meminum ini dan aku akan melakukan apa yang dia suruh. Lagiankan ini untuk kebaikanku juga. Setelah minum aku kembali ke sofa dan membaringkan diriku dengan nyaman di atasnya. Aku memejamkan mataku dan membayangkan Andrea di kepalaku. Aaah.. Aku tidak sabar bertemu dengannya besok.
Mengingat soal besok adalah hari kedua ujian, aku harus belajar untuk tes besok. Aku beranjak dari sofa ke kamarku dan membawa beberapa buku pelajaran yang akan diujikan besok.
Setelah mengambil semua buku yang kuperlukan aku kembali ke sofa dan membaringkan tubuhku sambil membaca buku pelajaran dengan malas. Setelah membaca lebih dari dua buku, hasilnya sama sekali tidak ada yang masuk ke dalam otakku. Aku pun tertidur di atas sofa dengan buku yang menutupi seluruh wajahku.
Esoknya aku terlambat bangun dan mendapati tubuhku yang pegal-pegal akibat tidur di sofa. Entah mengapa hari ini aku merasa sangat lemah dan capai sekali. Sepertinya aku kembali tidak enak badan. Tapi tetap saja aku harus ke sekolah, jika tidak aku akan menghabiskan waktu liburan dengan mengikuti susulan.
Setelah siap-siap untuk berangkat aku menyuruh Aldo untuk menjemputku dengan motor kakaknya. Kadang-kadang Aldo datang ke sekolah dengan motor kakaknya. Sekolah kami mengizinkan para muridnya untuk menaiki kendaraan bermotor, namun jika terjadi sesuatu dengan kendaraan kami, pihak sekolah tidak mau menanggungnya. Kami berempat memang dapat mengendarai mobil ataupun motor, hanya saja kami memutuskan untuk berangkat dan pulang dengan menaiki bis.
Sebenarnya aku yang memaksa ketiga temanku untuk tidak memakai kendaraan mereka, karena aku baru akan diberikan kendaraan saat usiaku yang tujuh belas tahun. Papah sangat ketat dengan peraturan dan tidak mau jika aku melakukan sesuatu yang aneh-aneh. Jadi aku memaksa mereka untuk menemaniku agar tidak memakai kendaraan.
Setelah menunggu akhirnya Aldo menchatku bahwa dirinya sudah berada di loby. Aku menyuruhnya untuk masuk ke apatermentku namun dia terlalu malas untuk pergi ke lantai empat. Saat aku turun aku menemukan dirinya sedang bermain dengan handphonenya.
"Tumben sekali kau memintaku menjemputmu." Serunya saat melihatku mendekat kepadanya.
"Aku merasa tidak enak badan dan aku rasa aku tidak mempunyai tenaga sama sekali." Akuku.
"Bukankah kau sudah sembuh. Kemarin Andrea mengumumkannya kepada kami." Katanya.
"Memang kemarin tubuhku sudah merasa baikkan namun entah kenapa hari ini aku merasa fisikku kembali lemah."
"Kau sebaiknya istirahat dulu." Katanya sambil berjalan keluar dari loby.
"Tidak akan. Aku terlalu malas untuk mengikuti ujian susulan karena akan menyita waktu bermainku." Seruku.
"Baiklah terserah kau saja. Tapi jangan memaksakan dirimu!" Serunya sambil memberikan helmnya kepadaku. Kami pun berangkat, untung saja hari ini jalanan tidak terlalu macet.
Saat sampai di kelas aku langsung duduk di bangkuku dan menyandarkan kepalaku yang pusing di atas meja. Teman-teman yang lain mendekatiku karena melihat aku tidak seperti biasanya.
"Kau tidak apa-apa Rev? Kau tidak seperti biasanya." Tanya Tio.
"Kepalaku sedikit pusing." Kataku sambil memijat pelipisku.
"Kenapa kau masuk jika kau tidak sehat?" Tanya Alex.
"Karena aku tidak mau mengikuti susulan. Hush..Hush.. Sana kepalaku pusing mendengar suara menyebalkan kalian." Jawabku dengan kesal. Aku terlalu malas untuk diintrogasi seperti ini, membuatku bertambah pusing.
"Guys! Tinggalkan Revan sendirian dulu untuk saat ini. Dia menjadi sensitif saat sakit." Seru Aldo mengusir mereka sambil meledekku. Aku terlalu lelah untuk menaggapi ucapannya.
"Baiklah. Terserah kau saja Rev!" Seru Tio sambil mengajak Alex untuk pergi dari mejaku. Sepertinya mereka marah kepadaku. Tapi aku tidak peduli untuk saat ini, kepalaku terlalu pusing untuk menangani ketiga sahabatku ini.
Tak lama kemudian guru pun datang. Ujian pun dimulai. Jam pertama kali ini adalah Pkn. Beruntung kali ini aku dapat mengisi jawaban dengan baik dan cepat. Sehingga sambil menunggu waktu ujian habis aku tidur sebentar untuk memulihkan otakku yang kupaksa untuk berpikir. Sepertinya walaupun kemarin aku membaca secara asal ada beberapa bagian yang menyangkut di ingatanku.
Bel pun berbunyi menandakan waktu ujian telah habis. Semua teman-temanku mendesah frustasi, tapi aku pikir soal kali ini tidak terlalu sulit. Aku tidak peduli dengan semua itu dan tetap menutup mataku dan membiarkan soal yang sudah selesai kukerjakan dikumpulkan oleh pengawas. Bu Vero yang menjadi pengawas kali ini, sempat bertanya mengenai keadaanku dan kujawab kalau aku baik-baik saja. Setelah Bu Vero berlalu aku kembali melanjutkan tidurku. Aku mengabaikan ajakan teman-teman untuk pergi ke kantin.
Aku terbangun akibat sebuah tangan yang menempel di keningku. Aku membuka sedikit mataku dan melihat Andrea yang sedang berada di depanku sambil menunjukan muka khawatirnya. Dia tidak berkata apapun dan kembali ketempatnya untuk mengambil sesuatu. Setelah mencari cukup lama dia kembali sambil membawa kotak bekalnya dan mengambil kursi untuk duduk di depanku.
"Kau tidak menuruti perintahku kan?" Serunya sambil terlihat kesal.
"Perintah yang mana?" Tanyaku dengan lesu sambil tetap membaringkan kepalaku di meja sambil memandangnya dari meja.
"Kemarin kau tidak makan malamkan?" Tanyanya lagi. Aku baru ingat kemarin malam aku tidak makan, bahkan pagi ini pun aku tidak sarapan. Aku hanya mengangguk lemas.
"Hmmm... Sudah kuduga. Kau harus makan. Untung saja hari ini aku membuat cream soup jagung. Kau harus memakannya." Serunya sambil membuka kotak bekalnya dan menyerahkannya kepadaku. Saat mencium baunya aku langsung merasa mual. Aku pun menggelengkan kepala dan menyodorkan bekalnya kembali kepadanya.
"Kau saja yang makan, ini kan bekalmu." Seruku.
"Aku akan baik-baik saja. Kau harus makan, nanti kau tidak sembuh lagi!" Serunya sambil berinisiatif untuk menyuapiku lagi.
"Aaa... Buka mulutmu." Serunya sambil menyodorkan sendok ke arahku. Aku pun terpaksa membuka mulutku dan memakannya walaupun bau susunya membuatku mual. Setelah menelannya aku merasa rasanya tidak seburuk baunya dan aku dapat memakannya.
"Seharusnya kau mendengarkanku! Lihat kau jadi sakit lagi kan!" Omelnya.
"Iya-iya maafkan aku." Jawabku. Biasanya aku mendebatnya balik, namun hari ini aku terlalu malas untuk melakukannya. Dia pun menyuapiku sampai tidak menyisakan sup jagungnya sama sekali. Perutku tidak memprotes seperti biasanya.
"Good boy." Serunya sambil mengelus kepalaku layaknya anjing. Aku hanya tersenyum kecut membalasnya karena terlalu malas untuk memprotes. Setelah itu dia langsung kembali ke tempat duduknya dan belajar untuk tes berikutnya. Aku kembali melanjutkan tidurku.
Pelajaran berikutnya adalah bahasa Inggris, jadi kurasa aku tidak perlu belajar karena bisa dibilang aku sudah menguasainya. Setelah tes bahasa Inggris telah aku lewati dengan cukup baik, aku kembali tertidur sambil melewati waktu tes. Tanpa sadar aku benar-benar ketiduran untuk waktu yang lama.
"Revan! Revan baik-baik saja kan?" Seru seorang wanita yang masuk ke dalam kelas dengan rusuhnya yang kukenali itu adalah suara Kyla. Dia sangat berisik saat masuk kelas, sampai membangunkanku
"Shhhtt! Kau akan membangunkannya." Seru Alex.
"Dia sakit kembali karena tidak mendengarkanku." Kali ini Andrea yang berbicara.
"Tapi dia baik-baik saja kan?" Tanya Kyla.
"Panasnya sudah turun. Tapi dia tetap harus banyak beristirahat." Tutur Andrea.
"Kau hebat Drea! Kau seperti dokter!" Seru Tio.
"Itu karena aku terlalu banyak menghabiskan waktu dengan para dokter." Serunya sambil sedikit tertawa.
"Untung saja ada kau." Seru Aldo.
"Nanti kau akan mengantar dia lagi kan Do?" Tanya Alex.
"Sepertinya begitu. Tapi dia tidak memakai jaket saat pergi. Kurasa dia masuk angin makannya keadaanya semakin parah." Seru Aldo.
"Kalian tidak ada yang membawa jaket?" Tanya Andrea. Aku tidak mendengarkan jawaban dari mereka.
"Kalau begitu dia dapat memakai jaketku." Seru Andrea, sepertinya barusan mereka menjawab dengan gelengan kepala. Aku pun membuka sedikit mataku untuk melihat keadaan sekitar. Tapi sepertinya tindakanku membuatku ketahuan.
"Bangun saja Rev! Kami tahu kalau kau mendengarkan sejak tadi." Seru Aldo. Aku pun mengerjap-ngerjapkan mataku dan membukanya secara perlahan karena aku sedikit malu.
"Akhirnya kau bangun juga! Kau sudah tidur lebih dari satu jam." Seru Andrea.
"Bagaimana bisa? Aku saja setelah selesai mengerjakan ujian langsung ke sini. Kira-kira waktu yang kuhabisakan tidak sampai setengah jam untuk sampai ke sini." Tanya Kyla kebingungan.
"Sebenarnya dia telah tertidur setelah mengerjakan ujian bahasa Inggrisnya dengan sangat cepat. Dia selesai saat aku baru menyelesaikan 20 soal PG." Kata Andrea menerangkan.
"Pantas saja." Seru Kyla sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kau perhatian sekali kepadanya Drea. Aku saja yang sebaris dengannya tidak menyadarinya." Seru Aldo menggodanya. Aku mencoba menahan senyumku mendengar fakta bahwa dia memperhatikanku.
"Tentu saja. Aku mengkhawatirkan dirinya." Seru Andrea.
"Lucky you." Bisik Aldo kepadaku, dan aku hanya tersenyum kecil ke arahnya. Yaps lucky me.
"Soal percakapan kalian tadi. Apa benar kau akan meminjamkan jaketmu Dre?" Tanyaku.
"Tentu saja!" Serunya dengan bersemangat.
"Coba kau pakai dulu Rev!" Seru Alex. Andrea pun mengambil jaket yang digantungkan di kursinya dan memberikannya kepadaku. This jacket is so girlly.
Aku pun mencoba mengelak untuk menolaknya, namun Andrea dan Kyla memaksaku mengenakannya dengan alasan kesehatanku. Sementara teman-temanku memaksaku dengan senyum jahil di muka mereka. Aku pun mencobanya dan aku langsung menyesali keputusanku karena mereka semua tertawa melihatku. Apalagi saat si Aldo memakaikan hoodie kucing itu kepadaku dan jaket ini sangat kecil di tubuhku.
"Kau sangat lucu Rev! Lex foto-foto!" Seru Tio yang sedang memegangi tanganku agar aku tidak dapat bergerak. Alex pun segera memfoto diriku dengan senyuman menjijikannya. Menyebalkan!
"Reva kamu lucu banget!" Seru Kyla sambil mencubit pipiku. Aku langsung menatapnya garang.
"You're super cute Raf!" Seru Drea sambil ikut mencubitku. Aku tidak keberatan jika dicubit oleh Drea hanya saja tidak di situasi seperti ini juga.
"Get this things out from me!" Teriakku kesal dengan mereka semua. Aku berusaha melepaskan diri dari cengkraman Tio dan aku berhasil walaupun tidak dengan seluruh kekuatanku. Setelah berhasil melepaskan diri dari cengkraman Tio aku berusaha melepaskan jaket Andrea hanya saja dia menghentikan pergerakanku dengan menahan tanganku.
"Jangan dilepas Raf. Aku mohon...." Serunya sambil menunjukan muka paling imutnya yang pernah kulihat. F*uck I can't win from her.
"Kami janji tidak akan menertawai dirimu lagi. Lex hapus fotonya!" Lanjutnya.
"Baiklah... Asal kau menepati janjimu." Seruku mengalah. Dia pun langsung menunjukan senyumannya yang cantik itu. Aku pun tersenyum balik ke arahnya.
"Good boy." Katanya lagi sambil mencoba menyentuh kepalaku. Aku pun menahan tangannya dan mencubitnya dengan sedikit keras.
"Aku tidak akan membiarkan mu kali ini." Seruku sambil menariknya cubitannya.
"Sakit..." Serunya sambil berusaha melepaskan tanganku. Aku pun melepaskan tanganku dan dia segera mengelus-ngelus pipinya yang merah akibat cubitanku. Aku pun tertawa sambil mengelus-ngelus kepalanya.
"Ekhmm.." Seru Aldo menyadarkan kami.
"Kalian menyebalkan. Jangan pamer di depan kami!" Seru Tio.
"Kataku mereka pasangan yang serasi dan sangat lucu. Iya kan Lex?" Kata Kyla.
"Apaan sih Kyl!" Protes Drea dengan mukanya yang sedikit memerah.
"Iya mereka lucu. Udah Rev tembak!" Seru Alex menyetujui Kyla. Aku pun membuang muka mendengar komentar Alex. F*ck him!
"Sebaiknya kita pulang. Aku sudah di jemput kakak dari tadi dan sekarang dia sudah mengeluh." Seru Andrea mengalihkan pembicaraan. Kami pun mengikuti perintahnya dan aku pun pulang dengan diantar oleh Aldo. Tidak seperti biasanya Aldo langsung pulang dengan alasan bahwa dia harus mengembalikan motor kakaknya secepatnya dan dia tidak mau mengganggu waktu istirahatku.
Selepasnya Aldo pergi aku langsung mengganti bajuku dan berbaring di sofa sambil memeluk jaket Andrea. Wangi tubuhnya menempel dengan kuat di jaketnya dan aku sangat menyukai hal itu. Setelah puas berbaring sambil mendekap jaketnya, aku pergi ke dapur untuk mencari suatu kudapan yang dapat kumakan. Setelah menemukan beberapa bahan makanan aku mencoba untuk membuat omelet. Semoga saja kali ini tidak gosong.
Setelah berkutik cukup lama di dapur, akhirnya aku selesai dengan hasil yang lumayan. Bentuk omeletku sangat hancur namun rasanya enak, jadi masih layak untuk dimakan. Setelah memakan omelet seadanya yang aku buat, aku langsung mengambil beberapa buku pelajaran untuk kubaca karena besok adalah pelajaran yang cukup berat menurutku. Besok adalah sejarah dan biologi, aku tidak terlalu pintar dalam menghafal.
Mengapa juga para guru harus menempatkan sejarah dan biologi dalam waktu yang bersamaan. Menyebalkan, aku tidak dapat mempunyai waktu untuk berkutik dengan apa yang kusuka. Ditambah, aku harus mengambil susulan karena tadi aku dipaksa pulang oleh teman-temanku.
Besok aku mengambil agama dan itu termasuk salah satu pelajaran yang diperlukan kepintaran dalam menghafal. Semakin pusing kepalaku karena dicampur adukan dalam pelajaran mengenai mahluk hidup, perjalanan mahluk hidup dan apa yang dipercayai oleh mahluk hidup. Ketiga pelajaran itu sangat bertolak belakang.
Setelah pusing karena berkutat dengan semua buku pelajaran itu, aku mencoba untuk mengistirahatkan otakku terlebih dahulu. Aku menuju kamar sambil membawa-bawa jaket Andrea yang dari tadi kupegang. Walaupun aku sudah tertidur cukup lama di sekolah tadi, aku masih sanggup menghabiskan waktu dua jam untuk tidur siang. Tidur memang aktifitas favoritku, ditambah dengan tubuh lemahku saat ini.
Sehabis bangun tidur, aku langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan kembali tubuhku. Setelah tubuhku merasa segar kembali, aku meminum segelas teh hangat. Biasanya aku selalu meminum teh dingin sehabis mandi, hanya saja kali ini aku masih harus menjaga tubuhku, seperti kata Andrea. Setelah itu, aku kembali berkutik dengan pelajaranku, namun aktifitasku terganggu bahkan sebelum aku memulainya. Telphoneku berdering dan id mamah tertera di sana. Aku pun segera mengangkatnya karena aku sangat merindukan suaranya.
"Hello mom!" Seruku tanpa bisa menahan antusiasme dalam suaraku.
"Why did you barely answer your phone? Mamah dari tadi sudah menelphone kamu lebih dari sepuluh kali." Serunya.
"Hehehehe... Sorry mom, tadi aku ketiduran." Seruku sambil menggaruk-garuk tengkukku secara refleks.
"Dasar kamu ini."
"Why are you calling mom?" Tanyaku karena biasanya mamah menelphon jika ada keperluan saja. Biasanya kita chatting.
"Emang mamah gak boleh telphone? I miss your voice."
"Of course you can. I miss you mom, Where's dad?" Tanyaku.
"Halloo anakku sayang.." Seru papah.
"Menjijikan!" Protesku.
"Hehehe... O iya natalan nanti kita ke sana ya Rev." Seru papah.
"Really?! Wiih gak sabar natal deh." Kataku sambil tersenyum lebar.
"Nanti mamah pergi duluan sekalian ngambil rapot semester kamu. Kapan dibagi rapotnya?" Tanya mom.
"I dont know mom. Nanti Revan kabarin lagi deh. Trus papah kapan datengnya?" Tanyaku.
"Tanggal 20han kayaknya. Soalnya papah nyelesain dulu kerjaan di sini kan." Seru papah. Aku pun kecewa mendengarnya.
"Yaaah... Bawa oleh-oleh yang banyak dari sana. Biar Revan bisa ngebagi-bagi buat temen." Seruku.
"Siap!" Seru mereka kompak. Kami pun tertawa bersama. Setelahnya kami berbicara mengenai kabar masing-masing dan apa saja yang terjadi belakangan ini dengan kita. Aku sangat merindukan kedua orangtuaku, karena bisa dibilang baru saja kami bersama mereka sudah langsung pergi.
Setelah memutuskan hubungan telephone, aku kembali berbaring di sofa dengan senyum lebar di wajahku. Aku membayangkan bagaimana ketika aku berkumpul kembali dengan mereka dan mengenalkan mamah kepada teman-temanku. Aku menunggu-nunggu saat mamah datang. Aku merindukannya....