Chereads / The Adventures of Akbar / Chapter 11 - Tidak enak dipandang

Chapter 11 - Tidak enak dipandang

Disaat 2 orang itu semakin masuk kedalam desa, Akbar menyadari bahwa banyak jejak kaki orang yang entah kenapa semakin lama semakin bergerombol berlari ke 1 arah yang sama, tentu saja Akbar yang daritadi tidak melihat jejak orang sama sekali itu menjadi penasaran dibuatnya.

"(Lho hei, kenapa dari sini malah muncul banyak jejak kaki orang-orang? Dan kenapa juga mereka berlari ke arah yang sama begini?)" tanya Akbar sambil terus mengamati jejak kaki orang dibawahnya yang kebetulan searah dengan arah lari anak kecil didepannya itu.

Dan setibanya disuatu rumah yang sudah tidak utuh lagi karena bekas bakaran, gadis Elf yang merasa khawatir dengan nasib ibunya itu segera saja membongkar-bongkar reruntuhan rumahnya itu.

"Ibu!! Ibu!! Apa ibu ada disini?!" teriak gadis itu sambil memindahkan reruntuhan rumahnya.

"(Wat de fak, hello, ini sudah sekitar 1-2 hari yang lalu bocah, kalau ibumu itu tidak kabur dari penyerangan atau bencana itu, kemungkinan terburuknya ibumu pasti sudah…)"

?

Dan saat Akbar berjalan mendekati gadis itu untuk membantunya, Akbar tidak sengaja menginjak sebuah kertas gambar yang tersangkut diantara bebatuan rumah yang hancur itu.

"Eh, kertas apa ini?" tanya Akbar sambil mengambil kertas gambar itu.

"Oh, gambar keluarga rupanya? Dan ini digambar dengan pensil lho, apa artinya aku ada di zaman modern atau ti .... Eh bentar, emang adanya pensil itu tanda zaman modern? Memangnya kapan juga pensil ditemukan di dunia ... "

??!!

"(AAAPPPAAAAA?! SI…SIHIR PHOTO SHOP MACAM APA INI?!)"

Itulah yang Akbar katakan ketika dirinya focus melihat kearah pria dewasa yang ada didalam gambar keluarga pasangan pasutri dan putrinya itu, karena wajah sang suami dan anak perempuan dari gambar itu sangat mirip dengan wajahnya dan gadis Elf itu, hanya saja dalam gambar itu telinga si Akbar telrihat lebih panjang.

"(Hei, a…apa mataku sedang minus atau sejenisnya? Je…jelas-jelas foto didalam gambar ini adalah diriku dan bocah Elf itu oi, a..apa benar kalau aku ini sudah menjadi seorang ayah tanpa olahraga malam dulu? Tapi tunggu dulu Akbar si mantan malaikat Jibril, di dalam gambar ini telingaku terlihat panjang, jadi ada kemungkinan kalau sebenarnya ini adalah 2 orang yang berbeda, dan mungkin teoriku soal gadis itu sedang berdelusi ada benarnya, jadi untuk sementara ini kita lihat saja dulu alur cerita yang dibuat Pedofil abadi itu. Ya, jangan terjebak dengan perangkap Iluminati segitu mudahnya Akbar)" kata Akbar yang was-was dengan kesimpulan yang dia buat sendiri.

"IBU!! APA IBU DENGAR AKU??!! IBU!!"

"(Dan sebelum aku tahu aku benar-benar ayahnya atau tidak, sebaiknya aku bersikap seperti seorang ayah saja deh) Hei Nak, jangan teriak-teriak saat malam, kita tidak tahu kapan dan darimana Beruang laut akan datang menyerang lho, jadi aku tidak tahu dimana dan kapan harus membuat lingkaran" kata Akbar sambil menyimpan gambar keluarga itu disakunya dan sempat teirngat dengan sebuah Episode "SPONGEBOB".

"Ah, ba…baik ayah, aku akan berhenti berteri...…AH!! IBU!!"

"(Dasar cabe-cabean tidak konsisten, sudah kubilang jangan…...")

?

"…eh, apa?"

Langsung saja Akbar menoleh kearah gadis itu ketika dirinya berteriak "Ibu", dan saat dirinya melihat bocah itu sedang mengeggam sebuah tangan dengan gelang berwarna hijau muda yang muncul dari reruntuhan yang rumah, segera saja Akbar berlari kencang kearahnya dan…

"Ibu!! Apa ibu baik-baik saj…"

"JANGAN DITARIKKKKK!!!!"

?

Langsung saja semua pandangan disekitar gadis itu menjadi gelap ketika si Akbar menutup kedua matanya dengan rapat, tapi yang membuatnya heran bukan kenapa Akbar menutup kedua matanya seperti itu, melainkan kenapa tangan ibunya yang sempat dia tarik sedikit itu terasa ringan.

"Eh, ay…ayah…ke…kenapa ibu terasa ringan? Bu…bukannya saat aku mendorong ibu saat memasak dulu ibu terasa berat?"

"….".

"Ay…ayah, ka..kalau ayah menutup mataku seperti ini aku jadi tidak bisa melihat ibu."

"Nak, lepaskan tanganmu dari tangan ibu....sekarang."

"Tapi aku mau…"

"Apa kau ingin jadi anak nakal? Ayah tidak suka dengan anak nakal lho."

"Tapi bagaimana dengan ibu.."

"Ibumu Cuma tidur kok, jangan ganggu ibumu yang sedang tidur itu, jadi ayo lepaskan tanganmu itu ya," kata Akbar kemudian sambil memeluk erat gadis polos itu.

"Tapi apa tidak apa-apa ibu tiduran dibawah batu, apa ibu tidak sakit?"

BUUK!

?

Langsung saja gadis Elf itu tertidur ketika si Akbar memukul tengku lehernya untuk membuatnya pingsan, dan setelah memindahkah gadis itu ke pinggir reruntuhan rumah, langsung saja Akbar kembali mengurus "ibu" anak itu.

"Duh, kalau tidak salah saat perang di zona merah ada anak yang menangis ketika ibunya tertembak didepan matanya, jadi kira-kira apa yang terjadi kalau anak itu melihat ibunya lenyap dan Cuma meninggalkan tangannya saja ya? Apa dia masih bisa waras?" Tanya Akbar sambil menarik tubuh si "ibu" yang tersisa.

Setelah membongkar sedikit reruntuhan rumah itu, Akhirnya Akbar pun menemukan si ibu yang keadaanya sudah tidak enak untuk dipandang, setalah itu diapun segera saja melakukan apa yang seharusnya dilakukan manusia ketika ada orang yang sudah meninggal.

Dan beberapa menit kemudian, setelah dirinya menyelesaikan tugasnya sebagai manusia dan memastikan anak kecil itu masih tertidur pulas, Akbar yang masih kepikiran dan berharap mendapatkan suatu pentujuk dari gerombolan jejak orang-orang yang berlari ke arah yang sama yang dia temukan tadi itupun mulai pergi menuju ke tempat itu kembali.

"Haaaa, ini masih hari pertama lho, tapi kenapa aku sudah jadi pemain Minecraft, tim SAR, baby sitter, tukang gali kubur, dan detektif dadakan begini ha? Sumpah, aku penasaran 1 bulan lagi aku bakal jadi apa, apakah aku bakal jadi pro player e-sport? Ah persetan dengan pekerjaan ku nanti, yang pasti semoga aku dapat petunjuk mengenai apa yang sebenarnya terjadi disini."

...

...

...

Beberapa saat kemudian, setelah dirinya sampai di akhir jejak kaki orang-orang yang saling bergerombolan itu, Akbar pun langsung berhenti berjalan dan terdiam seribu bahasa, karena saat ini dirinya sedang melihat pemandangan menakutkan di depan matanya, yaitu pemandangan dimana banyak mayat-mayat yang saling bertumpukkan dan hangus terbakar gosong, bahkan mungkin karena saking panasnya api pembakaran itu sampai ada juga yang mulai terlihat tulangnya.

"Bangsat, se...seebenarnya masalah apa sih yang sedang aku hadapi saat ini?" kata Akbar yang merasa agak tidak enakkan saat melihat mayat-mayat yang tidak enak dilihat itu.