Beberapa jam kemudian, setelah 2 makhluk berbeda ras itu melakukan perjalanan yang cukup panjang, gadis elf yang terlalu penasaran dengan banyak hal baru yang telah dia lihat selama perjalanan seperti melihat jenis hewan dan tumbuhan yang tidak biasa itu masih saja bertanya mengenai ini dan itu, membuat Akbar jadi kewalahan bukan kepalang. Dia bingung bukan karena alasan, karena Akbar yang belum 3 hari di dunia baru itu sendiri faktanya juga sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai semua hal yang baru saja dia lihat itu, baik itu nama-fungsi-ciri-dan keterangan lainnya.
"(Gi..gila, ini sudah hampir 2 jam dia bertanya non stop lhooo, ke...kenapa mulutnya enggak capek dah? Walaupun otakku memang luar biasa cerdas untuk menjawab asal-asalan, tapi tetap saja aku tidak tahan untuk menjawab semua pertanyaan anak ini yang aku sendiri enggak tahu jawabannya woi, memangnya gampang apa menjawab asal-asalan selama 2 jam begini? Ma..maaf nyonya, tapi sepertinya aku akan melanggar janjiku deh, aku sudah tidak kuat dengan sikap hiperaktifnya yang unlimited dan merepotkan ini, kalau ada sebuah kampung Elf terlihat, akan kubuat pingsan dan akan kutinggalkan anakmu dikampung itu, aku mohon pengertiannya ya)" kata Akbar yang pesona kerennya tadi berkurang drastis menjadi 0 seperti pecundang.
"AYAH AYAH!!" kata gadis Elf itu.
"Iyaaaaaaaaaa, ada apa anakku yang manisss?! (OH KAMPUNG ELFF!! MUNCULLAHH!!!)" kata Akbar yang merasa gemas sekali ketika mendengar panggilan ke 86 kalinya itu.
"Burung berwarna merah kuning yang terbang dan baru saja mengambil ikan dengan mulutnya yang panjang itu namanya burung apa?!" tanya gadis Elf yang antusias sekali saat melihat ada burung "unik" yang mengambil ikan di sungai.
"Aku tidak tahu apa sebutannya di dunia ini, tapi di duniaku orang-orang memanggil burung merah itu Phoenix," kata Akbar yang asal jawab menjawab pertanyaan ke 86 gadis itu tanpa menoleh kearah burung yang dilihat oleh gadis itu dan tanpa sadar mengatakan hal yang ambigu.
"OHH, NAMANNYA KEREN!! APA AKU BOLEH MEMELIHARANYA KALAU AKU BISA MENANGKAP 1 AYAH?!" Tanya gadis itu yang sama sekali tidak merasa ada hal yang aneh dari ucapan Akbar barusan.
"(Iya itu kalau kau tidak terbakar menjadi debu nak, eh tunggu dulu, kenapa aku tidak memanfaatkan hal ini juga untuk menggali informasi lebih dalam?)" kata Akbar yang kepikiran soal sesuatu itu.
Akbar pun langsung memukul kepalanya beberapa kali ketika dirinya menyadari idenya tersebut, dia kesal karena merasa waktunya telah terbuang-buang percuma hanya untuk menjawab asal-asalan mengenai pertanyaan gadis Elf itu.
"(Bodoh bodoh.bodoh!!.Menapa kau tidak kepikiran hal itu sejak pertama kali kita berangkat ha? Benar-benar terasa mubazir otak jeniusku kalau ide selalu muncul disaat tidak berguna seperti ini. Hiiiiis, inilah sebabnya kenapa lelaki dewasa tidak boleh pergi berduaan dengan gadis dibawah umur kampret! Paling tidak pilih cewek dewasa yang sedikit "WOW" pada bagian tertentunya dong)" kata Akbar yang kesal karena sesuatu itu sambil menatap sinis ke arah langit.
"Eh, kenapa ayah terlihat marah? Apa ayah lupa sesuatu yang penting?" tanya gadis Elf yang heran melihat Akbar memukul kepalanya sendiri.
"(Sangat penting sampai rasanya kau ingin aku tinggal!) Ah tidak kok nak, ayah cuma berusaha membuat otak ayah kembali bekerja saja, oh ya, bapak capek jika daritadi cuma menjawab pertayaanmu saja, jadi apa sekarang boleh ayah yang ganti tanya?" kata Akbar kemudian yang mulai menjalankan idenya.
"Tanya soal apa pa? A…aku kan tidak tahu apa-apa soal dunia luar karena ini pertama kalinya aku pergi keluar desa".
?
"(Jujur, aku memang penasaran dan mau cari info lebih dalam soal hal itu, karena maksudku kenapa bisa gadis yang umurnya berkisar 10-11 tahunan ini malah tidak pernah keluar dari desanya sampai-sampai tidak tahu jenis hewan dan tumbuhan disekitar daerahnya begini? Apa ini semacam tradisi kampungnya atau ada hal lain yang memaksanya harus tetap ada di desa selama itu? Ahhh bodoh amatlah, sekarang yang penting adalah mencari informasi dulu, masalah yang tidak penting jangan jadikan prioritas) Tenang nak, ayah tidak akan menanyakan hal-hal sulit seperti kenapa laki-laki harus punya puting, ayah cuma mau menanyakan hal-hal kecil agar bapak tidak bosan menjadi orang yang menjawab terus pertanyaanmu itu," kata Akbar menjelaskan.
"Ah baiklah, aku akan menjawab sebisa ku."
"Baiklah sebagai percobaan pertama, siapa namamu?"
…
…
?
Gadis Elf itu hanya terdiam sejenak ketika mendengar pertanyaan Akbar barusan, karena dia tidak menduga kalau ayahnya akan menanyakan hal yang tidak jelas seperti itu, tentu saja Akbar yang sudah bisa menduga akan reaksi gadis Elf itu hanya terdiam saja menunggu dia menjawab pertanyaannya sambil berteriak keras didalam hatinya.
"(YA AKU TAHU AKU GOBLOK, BAHKAN ANAK KECIL SAJA TAHU KALAU PERTANYAAN TADI LEBIH BODOH DARIPADA 1+1 SAMA DENGAN JENDELA!! TAPI PLEASE LAH!! JAWAB PERTANYAANKU ITU NAK! AKU BENAR-BENAR GAK NYAMAN KALAU AKU HARUS TERUS MEMANGGILMU "NAK" ATAU "HEI" TAHU!)" kata Akbar yang dalam hatinya berteriak kencang.
"Anu ayah, apa ayah lupa dengan namaku?" Tanya gadis Elf itu.
"A…ahahahaha, ma..mana mungkinlah, ayah bod..bodoh macam apa yang sampai lupa dengan nama anakanya sendiri setelah capek-capek dibuat semalaman ha? Ayahmu ini cuma mau pemanasan saja tahu, karena enggak seru aja kalau kita langsung bertanya soal hal sulitkan? Ah...ahahaha," kata Akbar yang berusaha membela dirinya sambil mengatakan sesuatu yang luar biasa ambigu dan tidak jelas.
"He? Apa maksud ayah membuat…"
"STOPP! JAWAB PERTANYAAN AYAH DULU BARU AYAH AKAN MENJAWABNYA NAK!" kata Akbar yang tersadar akan kebodohannya tadi.
"(Emmmm, aku tidak tahu apa maksud ucapan ayah barusan, tapi ... ) Baiklah kalau itu mau ayah, namaku Syty Lucthville, berat badanku 45 Kg, tinggiku 134 Cm, umurku 9 tahun, hobiku adalah bermain dengan teman-teman, dan yang tidak aku suka adalah memasak. Apa seperti itu ayah?" kata gadis Elf yang akhirnya telah diketahui bernama "Syty Luctville" itu.
Setelah mendapatkan jawaban yang dia inginkan sejak tadi malam, Akbar yang merasa lega itu langsung mengajungkan jempol dan memuji si "Syty".
"Perfect!! Memang cerdas anak ayah, kamu benar-benar mengharumkan nama baik keluarga Luctville" kata Akbar yang merasa senang karena akhirnya mendapatkan informasi berharga sambil mulai merangkul dan mengelus-ngelus kepala si Syty sebagai tanda penghormatan.
"Ah….ahahaha…geli yah, nah sekarang giliran aku yang bertanya pada ayah" kata Syty yang dimanja-manja itu.
"Baik, apa pertanyaanmu nak, apa ini tumbuhan-tumbuhan atau hewan yang baru kau lihat tadi?"
"Apa maksud ayah tadi laki-laki punya puti..."
"Kamu akan tahu jika kamu sudah puber, ok karena ayah sudah menjawab, sekarang giliran ayah bertanya lagi," kata Akbar yang langsung saja menjawab dengan jawaban sederhana yang tidak adil namun logis itu.
?