Chereads / Look at Me, Your Majesty! / Chapter 10 - 9 - Pretending

Chapter 10 - 9 - Pretending

Helia menyelipkan tangannya pada lengan kekar Demian seiringan dengan langkah mereka yang menjejaki taman Istana Romeo.

"Nama gadis itu adalah Auste Apricot," ujar Helia tiba-tiba. Manik ruby menerawang ke arah panorama gelap di angkasa.

Demian melirik adiknya yang hanya memiliki tinggi sebatas bahu sekilas.

Apricot. Keluarga Count biasa saja yang tidak terlalu terkenal. Keluarga pembisnis yang biasa saja. Tidak populer, menjual barang umum, serta tidak memiliki kekuasaan dan kekayaan. Begitulah impresi Demian terhadap Apricot.

Demian tidak mengerti apa yang Allan lihat dari sosok putri bungsu Apricot.

"Kata Allan, ketika dia melihat Nona Muda Auste di pesta, dia seakan melihat peri. Kemudian, ada sebuah perasaan di dadanya. Dia berdebar, untuk pertama kalinya. Dan itu karena gadis lain. Katanya, Allan mencintai gadis itu. Katanya, tiran seperti Allan juga ingin dicintai dan mencintai. Akan tetapi, aku sudah mencintainya, lalu kenapa Allan tidak pernah mau mencintaiku?"

Di akhir kalimat, suara Helia tercekat. Dia tiba-tiba merasa dadanya sesak oleh ribuan kalimat yang menusuknya. Di mana ribuan kalimat itu merupakan sebuah kenyataan kalau yang Allan cintai adalah Auste dan bukanlah Helia.

Demian memeluk tubuh Helia. "Tidak apa, tidak apa, Helia. Aku tetap mencintaimu."

"Aku ingin dicintai Allan." Helia menggigit bibir. "Selama ini, Allan hanya menatapku sebagai teman dan ajudannya. Itu tidak cukup, Kakak. Aku ingin cinta juga. Katakan saja kalau aku egois. Namun, dibanding dengan Nona Muda Auste, aku sudah lebih lama tinggal bersama Allan dari pada dia. Aku lebih mengenal Allan. Kenapa dia tidak mau mencintaiku?"

Demian mempererat pelukannya. Demian menggigit bibir dengan keras. Menyaksikan adiknya pecah membuat Demian ikut hancur.

Demian tidak bisa menenangkan adiknya dengan terus mengatakan "tidak apa jika Allan tidak mencintai Helia", karena Helia sama sekali tidak ingin mendengar fakta itu. Maka, apa yang Demian lakukan adalah memeluk tubuh Helia yang bergetar.

Gadis itu menangis.

Demian, meski dia merupakan penerus sekaligus kepala keluarga Duke Floral di masa depan, serta Komandan Ksatria Utama pasukan Teratia, sosok yang teguh itu masih merasa kalau dia juga bisa hancur terlepas dari seluruh kekuatan besar yang ditampungnya.

Melihat getaran samar di tubuh Helia, membuat Demian ingin ikut menangis juga.

Dalam hatinya, Demian ingin mengutuk Allan. Kalau bisa, mencegah kemungkinan bagi Helia dan Allan bertemu sehingga adiknya tidak perlu menderita seperti ini.

Demian membuka mulutnya—

"Siapa di sana?"

Sebelum sebuah suara familier memotong.

Helia tersentak. Jelas dia tahu suara ini. Allan. Dia juga ada di sini.

Dengan tergesa, Helia menyeka air matanya yang menggenang dan menepuk gaunnya.

Helia tidak merasa kalau ada yang aneh dalam adegan singkat di mana Allan dapat mendengar mereka dalam jarak kurang lebih lima puluh meter.

Namun, Demian berbeda.

Demian menyadari jika ada yang salah.

Bagaimana mungkin, jarak yang cukup jauh ini, dapat diketahui oleh Allan dengan cepat? Sementara perasaan Helia yang sangat jelas malah tidak diketahui Allan? Jawabannya dua, versi Demian Delano Floral.

Pertama, Allan memang bodoh dalam menyangkut hal perasaan. Kedua, Allan hanya berpura-pura tidak merasakannya.

"Saya mohon maaf, Yang Mulia. Saya tidak bermaksud untuk mengganggu waktu berdua Anda dengan Nona Kuda Apricot." Helia bicara duluan ketika mereka sudah tiba di hadapan Allan.

"Helia," ujar Allan pelan. "Dan Demian."

Demian menatap Allan dengan pandangan menyipit, kemudian matanya yang sewarna permata ruby langsung tertuju pada gadis di dekapan Allan.

Diam-diam Demian mendengus kecil. Auste bukanlah apa-apa dibandingkan adik kesayangannya.

Demian mendekat dan menunjukkan salam untuk keluarga kerajaan. "Salam untuk Sang Matahari Penyinar Teratia. Demian Floral dari Keluarga Duke Floral menyapa Yang Mulia Allan."

"Lama tidak bertemu," balas Allan dengan singkat. Safirnya tertuju pada laki-laki yang lebih tua satu tahun darinya. "Kamu tidak muncul di pesta, Demian."

"Saya memohon maaf dari lubuk hati saya yang terdalam, Yang Mulia. Saya memiliki urusan mendesak di tanah Duke Keehls."

Demian menjawab dengan nada sopan, tetapi datar. Demian juga menyisipkan nada dingin dengan sengaja.

"Begitu," balas Allan dengan singkat. "Dan ada apa dengan nada dinginmu terhadapku, Demian?"

Demian mengangkat sebelah alis. Dia lalu membuat kontak mata dengan Allan.

"Apa maksud Anda, Yang Mulia? Nada suara saya memang selalu seperti ini."

Jelas. Jawabannya kini sudah jelas bagi Demian, walau cuma hipotesis tak berdasar. Akan tetapi, Demian jadi punya kemungkinan besar bahwa Allan hanya berpura-pura tidak mengetahui perasaan Helia.

Bagaimana mungkin Allan bisa menyadari nada dingin samar—yang terdengar biasa saja bagi orang lain, tetapi tidak menyadari perasaan adiknya?

Allan menggedikan bahu. "Terserah."

Helia meremas gaunnya, dia berdiri diam di samping Demian.

Allan melirik Auste. "Auste, dia adalah Demian Floral. Sapa dia."

Auste mengangguk dan memberi postur salam. "Saya Auste Apricot dari Keluarga Count Apricot. Senang bertemu dengan penerus Duke Floral di masa depan."

Demian menunduk sopan. "Senang bertemu dengan Permaisuri di masa depan."

Auste merona.

"Jangan menggodanya," potong Allan.

"Saya mohon maaf," kata Demian. "Dan maaf karena kami memotong adegan romantis Anda, Yang Mulia. Saya dan adik saya sudah lama tidak bertemu sehingga saya datang kemari dan menemuinya untuk mengajak Helia jalan-jalan di taman. Akan tetapi, saya malah bersitatap dengan Anda dan mengganggu waktu berharga Anda. Saya mohon maaf."

Demian menunduk sopan.

"Saya dan Helia akan pergi dari sini. Salam untuk Sang Matahari Penyinar Teratia."

Tanpa menunggu balasan apa pun, Demian menarik tangan Helia dan membawa Helia keluar dari nerakanya.

"Bagaimana orang itu menurut Kakak?" tanya Helia ketika mereka sudah cukup jauh dari Allan dan Auste.

Demian mendengus. "Siapa?"

"Tentu saja Nona Muda Auste."

Demian menghela napas, meletakkan lengannya untuk melingkari bahu Helia.

"Etiketnya sempurna, tetapi aku tidak melihat untuk apa Allan mau bersanding dengan Auste yang tidak memiliki apa-apa."

Helia mengernyit. "Kakak tidak sopan."

"Lagipula dia putri Count."

"Bukan berarti putra Duke bisa semena-mena."

Demian menghela napas lagi. "Apricot cuma keluarga yang biasa saja. Mereka nyaris miskin."

"Kakak tidak sopan lagi."

Demian mengabaikannya. "Apricot bukan pemegang saham yang besar di Teratia. Bukan juga pemilik kekuasaan dan kekayaan yang menentukan hidup dan mati Teratia. Mereka cuma keluarga biasa. Tapi setelah melihatnya, aku mengerti kenapa Allan bisa jatuh cinta. Apa yang Allan katakan itu benar. Auste seperti peri. Dia cantik, manis, dan memikat. Kalau tidak salah, dia adalah peringkat kedua dalam akademi setelahmu, bukan?"

"... Ya. Nona Muda Apricot cukup memikat. Beliau pintar dan cantik."

"Cuma itu. Dan hal itu sama sekali tidak menguntungkan Allan. Mungkin iya karena otaknya yang cerdas. Bisa saja Auste menyokong Teratia sebagai Permaisuri. Tapi menjadi cerdas saja tidak cukup untuk menyandang gelar Permaisuri, sebab orang itu harus punya banyak koneksi juga. Tapi Count Apricot adalah keluarga biasa, mereka nyaris tidak punya koneksi." Demian menahan senyumannya.

Helia memberi jeda lama.

"Kakak juga terpikat dengannya?" tanya Helia dengan hati-hati.

"Mana mungkin. Aku tidak tertarik dengan wanita itu. Ini cuma hipotesisku, tapi aku tidak yakin kalau wanita itu mencintai Allan karena perasaannya."

Helia meneguk ludah. "Karena Allan adalah raja?"

Demian mengangkat bahu. "Cuma hipotesisku. Lagipula, bukankah itu sebabnya Ibu menikahi Ayah?"

Helia menunduk. "Kakak benar."

Kemudian sunyi hingga keduanya tiba di Istana Romeo lagi.

Helia menyadari apa yang membuat Demian tidak menyukai wanita adalah karena ibu mereka sendiri. Ibu mereka menikahi Ayah agar mendapat kekuasaan dan kekayaan, agar bisa menghamburkan harta tanpa takut kehabisan, dan jabatan yang dapat memuaskan siapa pun itu.

Itulah sebabnya, Demian tidak pernah memercayai perasaan dan wanita. Terdapat trauma yang tidak disadari bahkan oleh Demian sendiri.

***

Demian kacian 🥺🥺 sini aku jdi mommy barumu :3

11 Juli 2022