"Hah, lelahnya. Sudah lama aku tidak merasa lelah seperti ini saat berlatih basket." Keluh Eita saat kini didalam gedung lapangan basket indoor hanya tersisah dirinya, Yuki dan Kagari.
Dengan santainya Eita merebahkan tubuhnya diatas lantai lapangan, sedangkan itu Yuki memilih untuk bersandar pada dinding pembatas bangku penonton. Lain lagi dengan kagari yang masih berada dalam posisi berdiri tengah melipat kedua tangannya di depan dada sambil menggelengkan kepalanya melihat keadaan mantan muridnya.
Kagari melangkahkan kakinya berjalan menghampiri Yuki yang tengah duduk bersandar sambil memainkan bola basket di tangannya.
"Tetsu-kun. Bagaimana dengan kaki mu? Kau tidak merasakan sakit bukan?" Tanya Kagari mendudukan dirinya di sebelah Yuki dan menatap kearah kaki Yuki yang tengah di luruskan bersejajar.
Yuki menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Kagari. "Tidak sensei. Kaki ku tidak merasakan sakit sama sekali."
Helaan nafas lega Kagari hembuskan. "Syukurlah, aku sempat ragu jika kau nanti akan merasakan rasa sakit yang sama seperti saat pertandingan waktu itu."
Yuki meringis pelan mendengar perkataan Kagari yang membahasa perihal kejadin pada saat pertandingan terkahir dirinya dan Washda Club.
"Ah, aku berharap aku tidak akan pernah merasakan rasa sakit itu lagi." Ucap Yuki sambil bergedik ngeri saat membayangkan kembali rasa sakit yang dirinya rasakan pada saat itu.
Ciutt..
Kagari mengulurkan sebelah tangannya untuk mencubit sebelah pipi Yuki, membuat mantan muridnya itu meringis pelan.
"Jika kau tidak ingin kembali merasa rasa sakit seperti saat itu, mengapa kau kembali masuk bergabung kedalam club basket SMA Natsu, huh?" Omel Kagari yang merasa gemas bercampur kesal setelah tadi mendengar pengakuan dari mantan muridnya itu yang mengaku sebagai anggota club basket SMA Natsu.
"Ah, sensei. Aku bergabung kedalam club basket SMA Natsu, bukan sebagai anggota inti club, melainkan aku bergabung hanya untuk menjadi manager club saja." Ujar Yuki memberikan pengertian kepada Kagari.
Kagari yang masih merasa tidak yakin dengan apa yang dikatakan oleh Yuki pun kini menolehkan kepalanya kearah Eita.
"Apa yang dikatakan anak ini benar, Mabuki-kun??" Tanya Kagari kepada Eita dengan sebelah tangannya yang masih mencubit sebelah pipi Yuki.
Eita yang melihat Kagari tengah mencubit sebeah pipi Yuki pun terkekeh pelan, lalu menganggukan kepalanya pelan.
"Sensei, awalnya aku juga sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Yuki-kun beberapa hari lalu mengenai dirinya dan Aida-chan yang ingin mendafatar menjadi anggota club basket." Ucap Eita mengambil jeda sesaat membuat Kagari memilih tetap diam sambil menatap Eita dengan sebelah tangan nya yang masih tetap menyubit pipi Yuki dan sedangkan Yuki menatap Eita dengan tatapan tidak percaya.
"Karena aku mengetahui jika dirinya masih dalam tahap pengobatan cedera di kakinya maka dari itu juga dirinya mengatakan dalan freskonfres jika dirinya memilih untuk berhenti menjadi atlet basket. Maka dari itu au tidak mempercayainya."
"Namun saat Yuki-kun mengatakan jika Aida-chan sebenarnya ingin masuk kedalam klub basket akan tetapi karena tidak ingin melukai perasaannya Aida-chan memilih untuk tidak bergabung kedalam klub basket. Aku tidak berfikir panjang lagi untuk menyetujui mereka bergabung kedalam club basket kami. Karena aku sama sekali tidak ingin menyia-nyiakan begitu saja ilmu, keahlian dan talen yang mereka miliki mengenai dunia basket." Lanjut Eita menjelaskan mengenai pemiiranya yang menerima Yuki dan Aida masuk kedalam klub basket SMA Natsu.
Kagari yang mendengar penjelasan Eita terdiam sesaat di tempatnya, namun perlahan cubitan jarinya pada pipi Yuki mulai mengendur, membuat Yuki kini menolehkan kepala kearah dirinya.
"Jadi kau memilih masuk kedalam club basket SMA Natsu karena mengetahui Yama-chan ingin kembali masuk kedalam club basket?" Tanya Kagari pada Yuki yang langsung di jawab dengan anggukan kepala oleh mantan muridnya itu.
"Ya itu benar sensei. Maka dari itu aku langsung berbicara pada Senpai jika aku dan AI-chan ingin masuk kedalam club basket tapi hanya sebagai manajer club saja."
Kedua mata Kagari langsung menyipit mengarah pada Yuki. "Jika begitu, mengapa kau tidak pindah saja kembali kesekolah ini dan menjadi manajer washida club? Bukankah kemarin kau memilih mendaftar pada SMA Natsu karena tidak ingin masuk kedalam club basket?"
Yuki yang mendengar pertanyaan Kagari mengedipkan mataya beberapa kali. Begitu juga dengan Eita yang kini tengah mengerutkan dahinya heran mendengar perkataan Kagari pada Yuki.
"Ehm, sensei. Sebenarnya alasan aku memilih mendaftar pada SMA Natsu bukan hanya karena aku tidak ingin masuk kedalam club basket saja. Melainkan juga kedua kakak perempuan ku yang meminta ku untuk mendaftar ke sekolah mereka." Jawab Yuki yang membuat Kagari menghela nafas panjang.
"Sayang sekali. Jika saja kau menjadi manajer di washida club tentu saja ilmu yang kau dapatkan akan bertambah dan juga nama mu akan kembali bersinar lagi Tetsu-kun." Ucap Kagari dengan nada bicara penuh drama yang membuat Eita merasa sedikit kesal.
"Sensei! Apa maksudmu mengatakan hal seperti itu pada Yuki-kun?? Apa secara tidak langsung sensei ingin mengatakan jika Kitsunema Club tidak akan bisa membuat nama Yuki-kun kembali bersinar??" Tanya Eita dengan nada tidak suka pada Kagari yang kini tengah memasag ekspresi tidak bersalah.
"Bukan kah itu benar? Sekarang aku ingin bertanya padamu Mabuki-kun. Kapan terakhir kali Kitsunema Club merasakan masa berjaya mereka? Sebelas tahun yang lalu bukan? Ah tidak, mungkin dua puluh tahun yang lalu! Dan sampai saat ini Kitsunema club tidak ada tandingannya sama sekali dengan Washida Club!" Jawab Kagari dengan santainya membuat Eita merasakan ada sebuah perempatan emosi muncul di pelipisnya.
Eita memejamkan kedua matanya erat untuk menahan emosinya. "Empat tahun sensei! Hanya sampai empat tahun yang lalu saja masa kejayaan Kitsunema club! Mohon jangan kau lebih-lebihkan menjadi dua puluh tahun yang lalu." Ucap Eita dengan nada penekanan disetiap katanya sambil membuka kembali kedua matanya dan kini tengah melemparkan tatapan tajam pada Kagari yang juga tengah melayangkan tatapan tajam kepada dirinya.
Yuki yang memperhatikan Eita dan Kagari saling melayangkan tatapan tajam pada satu sama lain pun dapat melihat aliran listrik pertikaian dari tatapan tajam kedua orang berbeda usia yang saat ini berada di hadapannya.
"Sudahlah hentikan sensei, senpai." Ujar Yuki mencoba menengahi Eita dan Kagari.
Eita pun memilih untuk memejamkan kedua matanya sesaat dan menolehkan kepalanya kearah lain sambil mendengus kesal.
Sedangkan itu Kagari memilih untuk tetap mentap keah Eita sambil mendengus mengejek.
Yuki yang melihat itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis fikir melihat sifat Eita dan Kagari yang sama sekali tidak berubah. Padahal mereka sudah tiga tahun tidak saling bertemu setelah Eita lulus dari sekolah ini.