Yuki yang saat ini tengah melangkahkan kedua kakinya menyusuri jalan di gang menuju rumahnya langsung memelankan langkah kakinya saat dirinya melihat sosok Yumi, kakak perempuan ketiganya tengah berdiri bersandar pada pagar rumah mereka.
Dengan sedikit merasa heran, Yuki tetap melangkahkan kakinnya menuju rumahnya sambil melirikan matanya kearah jam tangan yang kini menunjukan pukul tujuh malam.
"Oneechan?" Panggil Yuki saat dirinya sudah berdiri di hadapan Yumi yang kini sudah mengangkat kepala menatap kearahnya.
"Apa itu benar Yu-kun? Kau akan kembali masuk kedalam klub basket?"
Yuki sedikit merasa terkejut mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Yumi, namun tanpa menunggu lama dirinya pun menganggukan kepala menjawab pertanyaan Yumi.
"Ya itu benar neechan. Aku akan kembali masuk kedalam klub basket.."
Yumi yang mendengar secara langung jawaban yang di berikan oleh Yuki pun menghela nafas panjang. Karena apa yang di katakan oleh Hanami ternyata benar dan bukan hanya rumor desas desus yang menyebar di sekolah.
Pantas saja tadi sore kakak kedua nya itu terlihat begitu emosi saat mengatakan kepada dirinya jika Yuki memilih untuk kembali masuk kedalam klub basket dan bukan nya menetap didalam klub memasak SMA Natsu.
Yumi mengulurkan sebelah tangannya pada Yuki untuk menepuk-nepuk punggung adik laki-laki nya cukup bertenaga.
Buagh.. Buagh. Buagh..
"Kyaaaa~ Hebat! Aku tidak menyangka jika aku akan masih tetap diberikan kesempatan untuk melihat permainan basket adik bungsuku yang hebat ini! Kya~ senangnya!!" Pekik Yumi sangat senang masih sambil tetap menepuk-nepuk punggung Yuki. Membuat Yuki sedikit terkejut sesaat karena tenaga yang di keluarkan oleh kakak perempuan ketiganya ini cukup kuat untuk menepuk-nepuk punggungnya.
"Hebat! Hebat! Aku sangat mendukung mu Yu-kun!" Ucap Yumi masih dengan nada senang, namun sudah berhenti untuk menepuk-nepuk punggung Yuki.
Yuki mengulaskan senyum kecil diwajahnya mendengar perkataan Yumi.
"Tapi, apa cidera mu akan baik-baik saja Yu-kun?" Tanya Yumi dengan tatapan matanya menatap kedua kaki Yuki lalu berbalik lagi menatap kearah sang adik.
Yuki menggelengkan kepalanya pelan masih dengan seulas senyum kecil di wajahnya. "Cidera ku akan baik-baik saja neechan, selama aku tidak terlalu sering melakukan latihan berat dan bermain basket."
Sebuah kerutan tercetak di dahi Yumi saat mendengar perkataan Yuki. "Lalu apa kau akan menjadi pemain cadangan di dalam klub basket jika kau tidak boleh terlalu sering latihan berat dan bermain basket??"
Yumi semakin mengerutkan dahinya heran saat melihat sang adik yang kembali menggelengkan kepala.
"Tidak, aku tidak akan menjadi pemain cadangan, neechan. Melain kan aku dan Ai-chan akan menjadi manajer Kitsunema Club." Ucap Yuki dengan seulas senyum cerah terpatri diwajahnya, berbeda dengan Yumi yang kini membulatkan kedua matanya terkejut bukan main.
"Apa kata mu? M-manajer?? Kau akan menjadi seorang manaher di Kitsunema???"
Dengan santai Yuki menganggukan kepalanya, membuat Yumi spontan membuka bibirnya.
"K-kau yakin tidak apa-apa menjadi manajer mereka??? Pekerjaan manajer itu sedikit.. Uhm, bagaimana ya menjelaskannya padamu.. Menjadi manajer itu sangat tidak sesuai dengan mu, Yu-kun!" Ucap Yumi sedikit merajuk pada Yuki.
Yuki terkekeh pelan mendengar Yumi yang merajuk kepadanya. "Tidak sesuai hanya saat diawal saja. Untuk seterusnya pasti akan sesuai dengan ku neechan."
Yumi langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak, tidak, tidak! Itu sama sekali sangat tidak sesuai untuk mu yang seorang atlet gemerlap Yu-kun!"
Yuki menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan. "Aku sudah bukan seorang atlet lagi neechan. Jadi menurutku tidak masalah aku akan menjadi sebegai apa di dalam klub basket."
Yumi yang ingin kembali menyahuti perkataan Yuki, mengurungkan niatnya dan kini menghela nafas kasar.
"Hah, sudahlah. Terserah dirimu. Aku sama sekali tidak menyangka jika adik bungsu ku akan menjadi seorang manajer klub setelah sebelumnya menjadi pemain inti." Gumam Yumi sambil memasang ekspresi sedih.
Yuki mengulurkan sebelah tangannya untuk menepuk-nepuk pelan puncak kepala Yumi. "Roda kehidupan itu selalu berputar neechan."
Yumi mencebikan bibirnya sebal. "Kau jangan mengatakan kepada siapa-siapa jika malam ini aku merajuk kepada mu. Karena aku tidak ingin para anggota ku melihat sisi girly ku ini."
"Kau tidak perlu khawatir neechan, aku tidak akan mengatakan kepada siapapun." Balas Yuki yang menyudahi dirinya untuk menepuk-nepuk puncak kepala Yumi.
"Baiklah, kalau begitu lebih baik kau katakan kepada Hanami-neechan posisi apa yang kau pegang di club basket, agar dirinya tidak marah kepadamu. Karena tadi siang dia benar-benar terliat emosi saat memberitahukan ku jika kau berhenti menjadi anggota klub memasak."
Yuki terdiam sesaat lalu menganggukan kepalanya pelan, karena dirinya sudah dapat menduga jika kakak kedua nya pasti akan marah atas keputusan yang sudah dirinya pilih saat ini.
"Baiklah neechan, aku akan menjelaskannya pada Hanami-neechan." Ucap Yuki yang di balas dengan anggukan kepala oleh Yumi.
"Baiklah, kalua begitu ayo kita sekarang masuk. Aku akan memberikan waktu berdua untuk kalian berbicara sebelum makan malam di mulai."
Yuki balas menganggukan kepalanya dan mereka berdua pun berjalan bersisian memasuki rumah.
Ceklek..
"Kami pulang neechan." Ucap Yumi saat dirinya membuka pintu rumah disusul dengan Yuki yang berjalan di belakangnya.
Namun mereka berdua sama sekali belum mendapatkan balasan dari siapapun didalam rumah.
Yumi pun menyikut lengan Yuki. "Kurasa dia ada di dapur, cepat hampiri." Bisik Yumi dan langsung di balas dengan anggukan kepala oleh Yuki.
Yuki melangkahkan kedua kakinya menuju dapur. Sedangkan itu Yumi yang ingin memberikan waktu untuk Hanami dan Yuki berbicara berdua memilih melangkahkan kakinya menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Yuki yang sudah menginjakan kakinya di ruang makan langsung menolehkan kepalanya kearah dapur dimana terdapat sosok Hanami yang sedang memasang untuk menyiapkan menu makan malam mereka berempat.
Helaan nafas Panjang Yuki hembuskan sebelum dirinya melangkahkan kakinya lebih dekat menghampiri Hanami.
"Oneechan." Panggil Yuki dengan nada lembut saat dirinya sudah berada tepat di hadapan Hanami yang sedang memotong sebuah wortel.
Tak. Tak. Tak. Tak..
Hanami yang sedari tadi sudah menyadari keberadaan Yuki memilih untuk tidak menjawab panggilan adik bungsunya itu dan tetap melanjutkan memotong wortel di hadapannya.
Yuki yang tidak mendapat respon dari Hanami, tidak merasa heran sama sekali. Karena dirinya memang sudah menduga jika hal seperti ini akan terjadi. Maka dari itu dirinya memilih untuk tetap mengatakan apa yang ingin dirinya jelaskan kepada Hanami meski kaka keduanya itu tidak merespon apapun.
"Aku minta maaf. Aku yakin Oneechan sangat marah dengan keputusan yang saat ini sudah ku pilih untuk Kembali bergabung kedalam anggota klub basket di SMA Natsu dan meninggalkan klub memasak." Ucap Yuki memulai penjelasannya dengan kedua matanya yang tetap memperhatikan Hanami.
"Aku tahu apa yang aku lakukan saat ini sungguh egois, karena aku tidak memikirkan perasaan oneecha, Nanami-neechan, Yumi-neechan, ayah dan ibu yang sangat menghkawatirkan kesehatan ku karena cedera yang sedang ku alami saat ini."
"Tapi aku benar-benar masih sangat ingin bergabung dengan klub basket neechan. Sudah sejak kecil aku selalu bermain basket dengan teman-teman, mengikuti kejuaraan dan memenangkan ke juaran, tidak mungkin dengan mudah dapat ku hentikan begitu saja meski cidera yang sedang ku alami setelah melakukan pertandingan terakhir di tahun lalu."
"Aku masih tetap ingin masuk menjadi anggota klub basket neechan. Aku mohon, izinkan aku untuk Kembali bergabung kedalam klub basket, meski aku hanya akan menjadi seorang manajer tim dan bukan sebagai pemain inti lagi, aku benar-benar ingin kembali bergabung kedalam klub basket, neechan. Ku mohon izinkan aku untuk tetap beraktivitas dengan kegiatan club basket."
"Onnechan, aku benar-benar meminta maaf dan juga meminta izin kepadamu, untuk memberikan ku izin bergabung kembali dengan club basket sebagai manajer mereka. Karena aku merasa ilmu pengetahuan yang aku dapati dari pertandingan dan Latihan selama ini dapat membantu dan bermanfaat bagi club basket Kitsunema untuk memangkan turnamen basket di tahun ini." Lanjut Yuki memohon kepada Hanami sambal membungkukan tubuhnya dalam menghadap kearah Hanami yang masih memilih tetap diam di tempatnya.
Sedangkan itu Nanami yang baru saja dirumah langsung menghentikan Langkah kakinya dan memperhatikan kedua adiknya dalam diam dengan tatapan mata yang berkaca-kaca.
"Kau!"
Tak!
Yuki sedikit berjengit kaget mendengar suara tekanan pisau cukup kencang dan juga seruan Hanami.
Hanami yang sedari tadi mendengar penjelasan Yuki merasa heran, entah mengapa emosi yang sedari tadi dirinya rasakan perlahan menghilang.
"Yuki-kun, apa kau yakin kau hanya akan menjadi manajer di club mereka saja?" Tanya Hanami dengan suara tenang, membuat Yuki langsung membalasnya dengan begitu optimis dan meyakinkan.
"Tentu saja aku yakin neechan! Aku hanya akan menjadi manajer tim mereka bersama dengan Ai-chan. Neechan dan yang lain tidak perlu khawatir akan hal itu!"
Hanami yang mendengar perkataan Yuki yang begitu optimis pun hanya bisa menghela nafas Panjang sambil berkacak pinggang.
"Kau, aku benar-benar tidak habis pikir dengan jalan fikiran adik ku sendiri! Kau sudah mendapatkan cidera cukup parah karena aktivitas klub itu dan sekarang aku ingin kembali melakukan aktivitas itu disaat cidera mu masih dalam masa pemulihan?"
Dengan santai dan tanpa merasa bersalah sama sekali Yuki menganggukan kepalanya.
"Karena jika tidak cedera dalam melakukan aktivitas yang di sukai, itu namanya kau belum sepenuh hati melakukan aktivitas tersebut neechan."
Hanami merasakan sebuah perepatan kecil kini muncul di keningnya.
"Kau!" Geram Hanami sambil mengarahkan pisau yang sedang dirinya pegang kearah Yuki.
Tatapan mata Hanami kini beralih kearah pintu masuk ruang makan dimana dirinya dapat melihat sosok Nanami dan Yumi yang tengah memperhatikan kearah dirinya dan Yuki.
"Nami-neechan! Kau sebagai kakak pertama seharusnya bisa lebih keras dari diriku! Apa kau akan diam saja melihat apa yang akan dilakukan oleh adik bungsumu yang masih dalam masa pemulihan cidera yang di dapatnya??" Tanya Hanami dengan nada kesal sanagt kentara kepada Nanami.
Nanami yang menyadari jika dirinya saat ini menjadi sasaran emosi Hanami pun hanya bisa terkekeh pelan untuk kembali mencairkan suasana diantara mereka.
"Sudahlah, sudah Hana-chan. Biarkan saja Yu-kun melakukan apa yang ingin dirinya lakukan. Selagi dirinya masih begitu muda, jangan terlalu di batasi apa yang harus dan jangan dirinya lakukan. Benar begitu Yu-chan?" Jawab Nanami sambil meminta pendapat kepada Yumi dan di balas dengan anggukan kepala adik ketiga nya itu.
"Benar apa yang di katakana Nami-neechan. Selagi Yu-kun hanya beraktivitas sebagai manajer tim, tidak salahnya bukan kita membiarkan dirinya menjadi manajer Kitsunema." Balas Yumi yang kini sudah merangkul bahu Yuki.
Hanami yang mendenga respon Nanami dan Yumi yang mendukung Yuki pun mendengus kesal. Dirinya benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran kakak dan kedua adiknya ini.
"Kalian.."