Kring.. Kring… Kring…
Bel tanda berakhirnya jam belajar mengajar pun berdering disetiap sudut gedung SMA Natsu, menandakan setiap guru yang sedang menjelaskan materi harus menyelesaikan sesi pertemuan mereka.
"Baik semuanya, jangan lupa kalian mengerjakan tugas yang saya berikan tadi. Dan akan dikumpulkan minggu depan pada ketua kelas." Ujar sang guru pelajaran Pendidikan kewarganegaraan sambil menatap para murid dari kelas 1-IPS-A yang terlihat sedikit kebingungan.
"Ada apa dengan kalian semua? Mengapa kalian terlihat seperti sedang kebingungan?" Tanya sang guru lagi yang langsung dijawab dengan salah seorang murid perempuan yang sudan mengacungkan sebelah tangannya.
"Sensei! Dikelas kami belum menentukan siapa saja yang menjadi struktur organisasi kelas." Jawab sang murid perempuan yang membuat sang guru mengerutkan dahinya heran.
"Apa? Kalin suda hampir dua minggu menjalani masa pembelajaran dan masih belum memiliki anggota struktur organisasi kelas??"
Dengan serempak para murid dikelas itu menganggukan kepala mereka.
Sang guru yang melihat betapa kompaknya para murid menganggukan kepala pun bedecak kesal.
"Yare, yare. Bagaimana bisa wali kelas kalian membiarkan kalian belum membentuk struktur organisasi kelas?"
Lagi, murid perempuan yang tadi mengacungkan tangannya, kembali mengacungkan tangannya lagi.
"Wali kelas kami belum sempat menghadiri kelas karena sedang dalam masa berkabung dan berada diluar kota."
Sang guru pendidikan kewarganegaraan pun menganggukan kepalanya beberapa kali.
"Ah, ya Ayami-sensei masih dalam suasana berduka atas kepergian sang ayah. Jadi maka dari itu kalian belum sempat untuk membentuk struktur organisasi kelas."
Lagi para murid kembali menganggukan kepala mereka merespon perkataan sang guru.
"Baik aku akan membantu kalian untuk membuat strutuk kelas. Kalian lebih memilih untuk dilakukannya voting suara, mengajukan diri sendiri atau sensei yang akan memilih kalian secara langsung melalui list absensi ini?"
Suana didalam ruangan sedikit begemuruh karena para murid yang sedang mendiskusikan nya pada satu sama lain.
Sang guru yang melihat para murid masih sedang dalam perundingan pun memilih untuk melihat list absensi kelas. Memperhatikan satu persatu nama murid yang ada di kelas itu.
Tatapan mata sang guru langsung tertuju pada salah satu nama murid yang terdengar tidak asing di telinganya.
"Sensei! Bagaimana jika sensei saja yang menentukannya berdasarkan list absensi." Ucap seorang murid laki-laki berkacamata yang membuat para murid lain dikelas itu berdecak tidak suka.
"Tsk, jangan! Bagaimana jika kita menggunakan sistem pengajuan diri sendiri dulu saja sensei!" Sahut seorang murid laki-laki lain dengan model rambut berponi dan di setujui oleh murid-murid yang lain.
Sang guru terdiam sesaat, lalu menganggukan kepalanya. "Baiklah jika itu mau kalian. Sensei akan menghitung waktu satu sampai sepuluh untuk memberikan kesempatan pada kalian maju menuliskan nama dan jabatan yang kalian inginkan di papan tulis ini. Apa kalian setuju?"
Tanpa menunggu lama para murid pun kembali menganggukan kepala dengan serempak.
"Baik, sensei akan mulai berhitung dari sekarang. Satu, dua, tiga.."
Satu persatu murid pun mulai maju kedepan kelas untuk menulis nama mereka masing-masing dan juga jabatan yang ingin mereka pegang sebagai anggota struktur kelas.
Sang guru pun memperhatikan satu persatu murid yang maju dan juga memperhatikan dengan seksama nama dan jabatan yang di tulis oleh mereka.
"Sembilan, sepuluh! Baik, waktu sudah habis. Kalian tidak boleh ada yang maju lagi." Ucap sang guru yang masih tetap menatap papan tulis.
Kedua mata sang guru meyipit menatap heran kearah papan tulis.
"Sekretaris, bendahara, anggota kebersihan, anggota keamanan dan anggota kesehatan. Heemm, kenapa kalian tidak ada yang mencalonkan diri menjadi ketua dan wakil ketua kelas?" Tanya sang guru sambil membacakan satu persatu jabatan yang tertulis di papan tulis.
"Untuk ketua dan wakil ketua kelas mengapa tidak sensei saja yang menentukan secara langsung? Karena jika menggunakan sistem mengajukan diri sendiri pasti tidak akan yang mau." Ujar seorang murid laki-laki berambut poni dan di setujui oleh murid yang lain.
Sang guru pun terdiam sesaat sambil memang buku absensi kelas.
"Hem, begitu rupanya. Jadi kalian benar-benar sudah tidak ada yang ingin maju untuk mengajukan diri menjadi ketua dan wakil ketua kelas?" Tanya sang guru lagi yang kembali dibalas dengan anggukan kepala serempak oleh para murid.
"Ara, ara. Baiklah kalau begitu. Sensei akan memilih secara langsung berdasarkan list absensi kalian. Bagi kalian yang namanya sensei panggil, maka kalian tidak dapat protes atau menolak jabatan kalian." Ujar sang guru yang kembali di balas dengan anggukan kepala oleh para murid.
Kini tatapan mata sang guru kembali terfokus pada buku absensi untuk melihat nama-nama murid yang menurutnya cukup pantas untuk mengemban tanggung jawab sebagai ketua dan wakil ketua kelas.
Para murid yang tadi tidak ikut berpastisipasi mengajukan diri menjadi anggota struktur kelas pun merasa sedikit waspada, karena kemungkinan besar nama mereka akan dipanggil oleh sang guru untuk menjadi salah satu dari ketua dan wakil ketua kelas.
Setelah terdiam cukup lama dan membuat para murid menunggu dengan suasana mencekam. Sang guru kini mengalihkan tatapan matanya dari buku absensi untuk menatap seluruh murid didalam kelas yang sudah siap menunggu keputusan darinya.
"Sensei akan menyebut nama untuk mengisi jabatan wakil ketua kelas terlebih dulu. Baik, Yuda Aratai kau akan memegang jabatan sebegai wakil ketua kelas." Ucap sang guru membuat seorang murid laki-laki berambut cokelat muda menghela nafas panjang karena namanya di sebut oleh sang guru.
"Lalu yang akan mengisi jabatan sebagai ketua kelas adalah Tetsuya Yuki. Karena sensei mengenal salah seorang murid bernama Tetsuya Hanami yang menjabat sebagai wakil ketua osis dan juga Tetsuya Yumi sebagai ketua club voli." Ucap sang guru membuat Yuki mengehela nafas berat. Sedangkan itu para murid yang namanya tida di panggil pun langsung menghela nafas lega.
"Baik, untuk tugas yang sensei berikan tadi bisa kalian kumpulkan pada Yuki-kun satu hari sebelum jadwal pelajaran sensei dimulai." Ujar sang guru dan kembali di balas anggukan kepala oleh para murid
"Baik sensei"
"Untuk ketua kelas, silahkan pimpin teman-teman mu untuk memberi salam."
Yuki yang sudah ditunjuk sebagai ketua kelas pun langsung beranjak dari duduknya.
"Tatte Kudasai!" Ucap Yuki yang langsung membuat para murid dikelas berdiri dari duduknya.
"Ucapkan salam! Hontou Ni Arigatou Gozaimasu Sensei!" Ucap Yuki sambil membungkukan badannya dan langsung diikuti oleh semua murid yang ada diruang kelas.
Setelah itu sang guru pun berjalan keluar ruang kelas meninggalkan para murid yang masih duduk di kursi mereka masing-masing.
Tap.. Tap.. Tap..
Yuki yang baru saja selesai merapihkan perlengkapan tulisnya langsung menolehkan kepala kearah papan tulis dimana sudah berdiri seorang murid perempuan berkuncir kuda yang baru saja memukul meja guru.
"Minna! Untuk yang namanya tertera sebagai anggota struktur organisasi kelas, dimohon untuk tidak pulang terlebih dulu. Karena kita harus mengadakan rapat kecil demi berjalannya struktur organisasi kelas ini." Ucap sang murid perempuan yang di balas dengan serempak oleh para murid yang merupakan anggota dari struktur organisasi kelas.
Yuki yang sebelumnya sudah memiliki janji pada Aida dan Hanami pun terpaksa harus mengabari kedua perempuan itu jika dirinya akan pulang sedikit terlambat karena harus mengikuti rapat kecil struktur organisasi kelas.
"Ku harap ini akan berlangsung dengan cepat."