Tak.. Tak.. Tak.. Tak..
Dug.. Dug.. Dug.. Dug..
Cletak.. Cletak.. Cletak..
Shuhei yang duduk tepat di depan Toma merasakan sebuah perempatan kecil tercetak di keningnya saat sedari tadi konsentrasinya tergangu karena aktivitas random yang di lakukan oleh sahabatnya itu disaat mereka tengah mengerajakan tugas pemberian guru geologi yang tengah mengambil cuti hari ini.
"Toma-kun! Bisakah kau berhenti memukul-mukulkan ujung pulpen pada meja, menendang-nendangkan ujung sepatumu pada tiang kursiku dan juga berhenti memainkan ujung pulpen mu? Itu sangat menganggu!" Keluh Shuhei yang langsung membalikan tubuhnya kebelakang, dimana kursi tempat Toma duduk berada.
Toma yang sedang asik memainkan ujung pulpennya langsung terhenti saat melihat rautwajah kesal yang tercetak jelas diwajah Shuhei.
"Ah, maaf Shu-kun! Aku tidak sadar telah mengganggu mu." Sahut Toma dengan memasang ekspresi bersalah.
Shuhei pun mencoba untuk meredam emosinya dengan menghela nafas panjang.
"Kau kenapa? Apa yang sedang kau hawatirkan sampai-sampai kau bergerak dibawah alam sadar seperti itu?"
Cletak.. Cletak.. Cletak..
Shuhei yang melihat Toma kembali memainkan ujung pulpennya pun dengan cepat langsung mengambil alih pulpen yang di pegang oleh sahabatnya itu.
"Berhentilah memainkan benda disekitarmu dan berceritalah dengan fokus." Ucap Shuhei dengan nada tegas, membuat Toma langsung menelan salivanya susah payah.
Glup..
"Jadi sebenarnya tadi saat bel jam makan siang berdering, aku pergi keluar kelas terlebih dulu untuk berkunjung ke kelas Tetsuya-Senpai." Ucap Toma denga nada pelan sambil melirikan matanya kekanan dan kekiri agar tidak ada teman kelasnya yang dapat mendnegar perkataannya kepada Shuhei.
Shuhei menaikan sebelah alisnya. Jadi itu alasan mengapa dirinya tidak dapat menemukan sahabatnya ini saat bel jam makan siang baru berdering.
"Lalu apa yang kau lakukan disana, sampai kau terlihat begitu gugup seperti ini?" Tanya Shuhei dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dada.
"Eung, aku bertanya pada salah satu teman sekelasnya dimana letak mejanya berada. Setelah aku mendapatkan jawaban dimana letak meja nya berada, aku langsung berjalan mendekati meja itu dan meletakan sebuah kertas di loker bawah mejanya." Jawab Toma dengan menatap Shuhei takut-takut.
Shuhei menyipitkan kedua matanya menatap Toma penuh curiga.
"Jangan bilang kertas yang kau masukan kedalamm loker bawah mejanya itu berisikan tulisan mu yang meminta dirinya untuk bergabung dengan club basket kita?"
Dengan ragu-ragu Toma menganggukan kepalanya membenarkan pertanyaan yang diberikan oleh Shuhei kepadanya.
Shuhei yang melihat Toma menganggukan kepala tanda sama sekali tidak mengelak dari dugaannya pun langsung menghela nafas panjang.
"Toma-kun. Bukan kah kemarin dirinya sudah mengatakan jika tidak akan bergabung dengan club aktivitas olahraga manapun di sekolah ini? Dan juga, bukankah dirinya sudah mendaftar kedalam club musik? Kenapa kau masih bersikeras ingin meminta nya masuk kedalam club basket kita?" Tanya Shuhei beruntun membuat Toma mengulurkan sebelah tangannya untuk mengusap tengkuknya.
"Sebenarnya, kemarin sore aku mendatangi ruang OSI dan ruang club musik. Aku menanyakan kepada mereka mengenai kebenaran Tetsuya-senpai yang sudah bergabung dengan club musik."
Shuhei kembali menaikan sebelah alisnya. "Lalu apa yang mereka katakan kepadamu?"
Shuhei dapat melihat perubahan pada ekspresi dan juga sorot kedua manik mata Toma. Yang tadinya terlihat ragu-ragu dan gusar, kini berubah menjadi berseri dan berapi-rapi.
"Mereka mengatakan jika Tetsuya-senpai sama sekali belum memilih untuk mendaftar pada club aktivitas mana pun. Bahkan mereka berkata kemungkinan besar Tetsuya-senpai akan masuk kedalam club aktivitas olahraga, terutama basket." Jawab Toma mengambil jeda sesaat.
"Awalnya aku merasa senang mendengar apa yang di katakan oleh mereka. Namun aku langsung kembali teringat dengan apa yang di katakan oelh Tetsuya-senpai secara langsung kepada kita kemarin, bersama dengan teman perempuannya itu. Jika dirinya tidak akan masuk kedalam club basket maupun club aktivitas olahraga manapun di sekolah ini."
"Maka dari itu tadi siang aku memberanikan diriku untuk meletakan surat permohonan bergabung dengan club basket kita kedalam loker bawah mejanya. Dan sekarang aku merasa gusar apa pilihan yang akan diambil oleh Tetsuya-senpai." Lanjut Toma yang mengundang Shuhei melayangkan tatapan datar kepada dirinya.
Lagi Shuhei kembali menghela nafas panjang. "Hah… Toma-kun."
Toma yang namanya di panggil oleh Shuhei pun langsung mengarahkan kedua manik matanya kearah sahabatnya itu.
"Berhentilah memanggil dirinya senpai, karena dia memiliki usia lebih muda satu tahun dibawah kita." Ucap Shuhei dengan tatapan datar mengarah pada kedua manik mata Toma.
Toma menaikan sebelah alisnya heran. "Tapi dia lebih jauh berpengalaman dan lebih lihai di bandingkan kita dalam permainan basket, Shu-kun."
Shuhei menggelengkan kepalanya pelan. "Tetap saja, seberapa pengalaman dirinya dan seberapa lihainya dia dalam bermain basket, usianya tetaplah lebih muda satu tahun di bawah kita. Jadi berhentilah memanggilnya senpai. Aku sangat tidak suka mendengar kau memanggilnya senpai."
Toma yang baru saja ingin membuka suaranya langsung terpotong saat Shuhei kembali bersuara.
"Jika kau tetap menolak untuk berhenti memanggilnya senpai, maka aku tidak akan mau membantu mu lagi untuk membujuk anak itu masuk kedalam club basket kita!" Ucap Shuhei menggeretak Toma.
"Lagi pula tanpa dirinya, kita masih memiliki para senpai yang berpengalaman dan lihai dalam bermain basket! Belum lagi Masaki-kun yang berada ditahun yang sama seperti kita. Dirinya tidak terlalu buruk untuk mencetak poin dalam setiap pertandingan." Lanjut Shuhei yang membuat Toma terdiam di tempatnya.
"Jadi berhentilah untuk terobsesi mengajak dirinya masuk kedalam club basket kita. Karena tanpa dirinya, kita pun masih bisa memenangkan kejuaran basket nanti. Kita pasti bisa menang di kejuaraan nanti sebagai hadiah dari kita untuk para senpai yang berada ditingkat akhir." Ucap Shuhei sambil menatap Toma dengan tegas.
Toma kembali memasang raut wajah gusar. "Tapi bukankah club basket kita akan semakin baik jika playmaker washida club bergabung kedalam club basket kita?"
Shuhei yang melihat Toma belum juga terlihat menyerah untuk berhenti membicarakan Yuki pun menghela nafas panjang.
"Jika di pikir-pikir kembali kau benar, club kita akan terlihat lebih baik jika dirinya bergabung dengan kita. Namun jika keputusannya memang sudah final untuk tidak bergabung dengan club aktivitas olahraga apapun di sekolah ini, maka kita tidak dapat memaksanya. Itu adalah hak dan pilihannya sebagai seorang murid di SMA Natsu." Ujar Shuhei panjang lebar, berharap agar Toma berhenti membujuk Yuki masuk bergabung dengan club basket mereka.
Shuhei yang melihat Toma seperti akan kembali membuka suara pun, kembali langsung memotong perkataan itu.
"Sudahlah, kau jangan terlalu memikirkan hal itu. Kita juga masih harus menyeleksi para murid baru yang sudah mendaftar bergabung dengan kita. Salah satu dari mereka pasti ada yang bisa hampir mendekati kepiawayan dirinya dalam bermain basket."
Toma yang menyadari jika perkataan Shuhei tadi adalah sebuah final, tidak ingin di sanggah, lebih memilih diam dan mengikuti saja apa yang di katakan oleh sang sahabat. Meski di dalam hati dirinya masih tetap berharap jika Yuki akan mendaftar sebagai anggota di club basket mereka.