Suasana di dalam gedung olahraga indoor SMA Natsu begitu sangat ramai sekali di penuhi oleh para calon siswa-siswi yang siap untuk menimba ilmu dan mempersiapkan diri menentukan masa depan mereka.
Upacara penerimaan murid baru di mulai dengan didahului oleh kata-kata sambutan dari sang pemilik, kepala sekolah serta para petinggi dari SMA Natsu, seperti sambutan dan perkenalan dari ketua OSIS dan anggota OSIS lainnya.
Setelah kata-kata sambutan dari para petinggi SMA Natsu, kini saatnya bagi para panitia OSIS untuk memperkenalkan berbagai macam jenis kegiatan tambahan yang wajib di ikuti para siswa-siswi selama tiga tahun kedepan menuntut ilmu di sekolah ini. Jika ada salah seorang siswa atau siswi yang tidak mengikuti kegiatan tambahan tersebut maka akan mempengaruhi nilai tambahan mereka.
"Baik kalau begitu sekarang saatnya kalian semua melihat-lihat dan memilih club mana yang kalian inginkan untuk bergabung. Meski kami sudah memilihkan secara adil untuk kalian berdasarkan tes fisik dan minat yang kalian lakukan di tes masuk, tapi kami ingin melihat langsung dari sisi kemauan kalian. Agar tidak adanya keterpaksaan saat kalian melaksanakan aktivitas club untuk tiga tahun kedepan." Ucap sang ketua OSIS diatas panggung podium sambil menatap satu persatu semua calon murid baru yang tengah duduk mendengarkan.
"Setiap club akan kami batasi maksimum para siswa-siswi baru dapat bergabung, agar semua club memilik anggota yang sama rata, tidak ada yang berbeda sama sekali. Jadi kalian semua akan kami pastikan, tidak akan ada salah satu dari kalian yang tidak memiliki club untuk kalian pilih." Lanjut sang ketua OSIS yang langsung membuat beberapa murid baru sedikit menggerutu.
Sang ketua OSIS yang menyadari jika para calon murid baru sedang menggerutu pun mengulaskan seringai di wajahnya.
"Kalian pasti menggerutu bukan? Tapi maaf maaf saja, di SMA Natsu ini kami tidak akan membiarkan kalian memiliki waktu luang untuk bersantai selain bersantai menikmati aktivitas club yang kalian pilih."
Beberapa murid baru yang menggerutu tadi, langsung terdiam di tempat mereka. Karena mereka tidak menyangka jika sang ketua OSIS dapat mendengar gerutuan mereka tadi.
"Baik kalau begitu. Kami akan benar-benar menutup upacara penerimaan murid baru hari ini. Setelah kalian keluar dari aula ini, kami para panitia osis akan langsung membimbing kalian menuju lapangan outdoor SMA Natsu untuk melihat demonstrasi yang di lakukan masing-masing club aktivitas di sekolah ini. Kami harap kalian dapat memiliki minat untuk bergabung kedalam salah satu club yang kami miliki." Ucap sang ketua OSIS mengambil jeda sesaat.
"Sekali lagi terimakasih sudah memilih SMA Natsu sebagai sekolah yang kalian tuju dan kami harap kalian akan puas dengan fasilitas yang kami berikan kepada kalian. Sampai disini upacara penerimaan murid baru yang kami selenggarakan saat ini. Selamat bergabung dengan kami dan selamat menikmati menuntut ilmu dan bersenang-senang di sekolah kami. Selamat siang dan sampai jumpa." Tutup sang ketua OSIS dan langsung berjalan menuruni podium panggung.
Setelahnya para murid baru pun sudah diarahkan untuk keluar dari aula gedung olahraga indoor untuk menuju lapangan outdoor dimana saat ini sudah berdiri banyak stan dari masing-masing club aktivitas di SMA Natsu.
Yuki dan Aida pun berjalan bersisian menyusuri setiap stan bersama dengan para murid baru lainnya. Sesekali mereka berhenti di beberapa club saat para senior menawari mereka untuk bergabung.
Kini kedua langkah kaki Yuki dan Aida berhenti tepat di depan stan club memasak, dimana berdiri seorang senior perempuan dengan memakai celemek berwarna merah muda tengah memegang spatula dan alat mengocok telur di kedua tangannya.
"Wah Hanami-senpai terlihat begitu bersemangat berdiri di depan stan." Ujar Aida saat melihat seorang senior perempuan yang dirinya kenal.
Yuki hanya bisa mengehla nafas pasarah melihat senior perempuan yang saat ini dirinya dan Aida lihat.
"Aku sangat ingin sekali berpura-pura tidak mengenal dirinya saat ini." Sahut Yuki yang kini menolehkan kepalanya kearah lain, tidak kearah stan club masak.
Aida yang mendengar perkataan Yuki pun terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya.
"Kau tidak boleh seperti itu kepada kakak mu sendiri Yu-kun."
Yuki menggelengkan kepalanya pelan. "Kami sudah berjanji, jika sedang berada di sekolah kami akan bersikap seolah-olah kami tidak saling mengenal satu sama lain."
Sebelah alis Aida terangkat keatas. "Kenapa begitu? Bukankah lebih bagus jika kalian bersikap seperti biasa saja?"
Dengusan berhembus dari hidung Yuki. "Itu sama sekali tidak bagus, karena pasti mayoritas club olahraga disekolah ini akan mencari dan meminta ku untuk masuk kedalam club mereka."
Aida terkekeh sinis. "Kau sangat percaya diri sekali. Lagi pula kau hanya perlu menolak mereka satu persatu, jika kau memang tidak ingin masuk kedalam salah satu club mereka."
Yuki terdiam sesaat di tempatnya. Lalu menganggukan kepalanya pelan. "Ah, kau benar juga. Mereka pasti juga tidak akan sampai hati untuk memaksa ku masuk kedalam club olahraga mereka."
Aida hanya bisa menggelengkan kepalanya. Lalu sebelah tangannya kini gantian mencengkram pergelangan tangan Yuki.
"Ayo, kau harus menemani ku sampai aku masuk mendapatkan club aktivitas yang dapat menarik minat ku." Ucap Aida yang langsung menarik tangan Yuki untuk mengikuti dirinya.
Sedangkan itu Yuki yang tanganyna di tarik oleh Aida pun hanya diam pasrah mengikuti kemana Aida akan membawa dirinya.
Sedangka itu di balik pohon yang tidak jauh dari tempat dimana Yuki dan Aida berdiri tadi, terdapat tiga orang murid laki-laki berseragam basket tengah bersembunyi mengamati Yuki dan Aida.
"Toma-kun, apa kau yakin laki-laki itu adalah Tetsuya Yuki? Atlet basket dari sekolah atlet menengah pertama yang terkenal itu?" Tanya salah seorang murid laki-laki yang memakai kacamata kepada salah satu temannya yang memiliki ide untuk merekrut seorang murid baru bernama Tetsuya Yuki.
Seorang murid laki-laki yang di panggil Toma pun menganggukan kepalanya cepat.
"Ya, dia adalah Tetsuya Yuki. Aku sudah mencarinya di internet, setelah mencuri dengar pembicaraan antara Masaki-kun dan Eita-senpai mengenai murid baru yang berasal dari sekolah atlet ternama." Toma mengambil jeda sesaat dan menatap wajah kedua temannya yang lain, Tomo dan Shuhei bergantian.
"Terlebih lagi, saat melakukan tes fisik Tetsuya Yuki ini merupakan satu satunya murid baru yang memiliki skor tinggi di setiap tes. Menjadikan dia satu-satunya murid baru paling diincar disekolah ini tahun ini." Lajut Toma yang di balas dengan kerutan dahi heran oleh Tomo dan Shuhei.
"Tunggu dulu Toma-kun. Jika dia benar berasal dari sekolah atlet ternama itu, bukan kah seharusnya dia tidak memilih untuk bersekolah disini? Ku dengar setiap lulusan dari sekolah itu sudah memiliki jenjang karir atlet sangat meyakinkan." Sahut Tomo yang di setujui oleh Shuhei.
"Benar apa yang di katakan Tomo-kun. Kau yakin tidak salah dengar dari Masaki-kun dan Eita-senpai?" Tanya Shuhei mencoba meyakinkan Toma. Dirinya takut jika anggota satu tim nya ini mendapatkan informasi yang salah.
Dengan tegas Toma pun menggelengkan kepala. Lalu sebelah tangannya merogoh saku celana training yang dirinya kenakan untuk mengambil ponsel miliknya.
"Jika kalian kurang percaya dengan apa yang aku katakan tadi. Aku akan memberikan bukti untuk meyakinkan kalian berdua." Ujar Toma sambil memainkan ponsel miliknya dan hanya di respon dengan anggukan kepala oleh Tomo dan Shuhei.
"Ini, kalian bisa melihat profil ini. Murid baru yang sedari kita ikuti adalah benar Tetsuya Yuki, dia adalah pemain punggung nomor 00 dari Washida Club. Club basket sekolah menengah pertama dari sekolah atelet raionation yang sudah memenangkan banyak medali emas berat taktik dan gaya permainan mereka yang setiap saat selalu berkembang pesat." Toma mengambil jeda sesaat sambil dirinya berpura-pura tengah membenarkan letak kacamata pada hidungnya.
"Dan yang paling penting disini adalah keberhasilan taktik kemenangan yang Washida Club capai selama tiga tahun berturut-turut itu karena ide cemerlang dari playmaker mereka dengan nomor punggung 00. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah Tetsuya Yuki." Lanjut Toma sambil menunjukan sebuah foto club basket dengan lima orang anggota yang tengah tersenyum puas sambil memegang piala besar.
Tomo dan Shuhei yang melihat foto itu pun membulatkan kedua mata mereka terkejut, karena mereka melihat sosok murid bariu yang sedari mereka ikuti berada di dalam satu frame foto club basket tersebut dan juga mengenakan seragam basket dengan nomor punggung 00.
"Kita harus bisa mendapatkan dia! Bagaimana pun itu caranya!" Ucap Tomo dengan tatapan berapi-rapi, begitu juga dengan Shuhei dan itu membuat Toma mengulaskan senyum puas diwajahnya.
"Maka dari itu kita harus berjuang untuk bisa membuatnya masuk ke club kita!"