Chereads / Perfect Dokter / Chapter 11 - Bab 11

Chapter 11 - Bab 11

Di dalam mobil, Revan dengan begitu perhatian memasangkan seltbelt kepada Raisha.

"Semalam kamu pasti sangat kelelahan karena kurang tidur. Apa yang kamu rasakan sekarang, jangan sampai stress," seru Revan membuat Raisha terkekeh karena kelucuan suaminya itu.

"Aku baik-baik saja, Sayang. Ayo kita pulang, aku ingin istirahat," seru Raisha.

"Baiklah kalau begitu." Revan akhirnya menjalankan mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan area parkir basement rumah sakit Horison.

----

Raisha dan Revan sudah sampai di rumah. Mereka berdua memasuki rumah dimana pintunya yang terbuka.

"Assalamu'alaikum," ucapan salam dari mereka berdua.

Terlihat di ruang tengah ada Hany, Ayah Revan, dan Agatha, adik bungsu Revan.

"Akhirnya kalian pulang juga," seru Hany yang berdiri dari duduknya begitu juga dengan yang lainnya.

"Raisha, bagaimana kondisi kamu?" tanya Papa mertuanya terlihat khawatir.

"Hasilnya Negative. Dan aku baik-baik saja," seru Raisha tersenyum.

"Ah, syukurlah," ucap Papa mertuanya juga Agatha.

"Kamu pasti hanya berpura-pura saja. Karena kamu, Revan jadi tidak pulang ke rumah dan beristirahat dengan baik. Jangan berlebihan kalau ingin mencari perhatian Revan," seru Hany terlihat kesal.

"Ma." Revan berusaha menghentikan Hany.

"Jangan terlalu memanjakan istrimu, Van. Lihat dia jadi ke enakan dan membuatmu susah," seru Hany dengan kesal berlalu pergi meninggalkan mereka semua.

"Jangan di dengar. Mama memang begitu." Seru Papa mertuanya yang bernama Eddy.

Raisha berusaha menampilkan senyumannya.

"Saya tidak apa-apa," jawab Raisha berusaha menekan rasa sakit di dalam hatinya dengan berusaha menampilkan senyumannya. "Saya pamit ke kamar."

Raisha bergegas meninggalkan semua yang ada di sana dan melesat cepat menuju kamarnya.

"Aku akan menemani Raisha," seru Revan yang di angguki oleh Eddy.

"Huh, Mama selalu saja seperti itu pada kak Raisha. Kasihankan kak Raisha," seru Agatha.

"Mama mu keras hati dan keras kepala," keluh Eddy.

----

Raisha bersandar di daun pintu kamar mandi yang tertutup dan terkunci. Tubuhnya bergetar. Setelah sekian lama, akhirnya ia menangis juga karena tak sanggup lagi dengan segala ucapan yang di lontarkan oleh Ibu mertuanya.

Raisha tidak tau apa yang membuat Ibu mertuanya sangat membenci dirinya. Apa salahnya dan kesalahan apa yang sudah ia perbuat sampai di benci oleh Ibu mertuanya. Seingatnya ia tidak pernah menyinggung apapun pada Mama mertuanya. Tetapi sebaliknya, Mama mertuanya itu seperti menganggapnya musuh dan kata-katanya selalu saja menyinggung Raisha.

"Sayang."

Ketukan pintu menyadarkan lamunan Raisha.

"Kamu sedang apa? Kamu baik-baik saja? Jangan dengarkan kata-kata Mama. Kamu tau kan Mama itu bagaimana orangnya," seru Revan.

Dari dalam kamar mandi Raisha menenggelamkan wajahnya ke sela lengannya. Ia malah semakin ingin menangis. Entah kenapa hari ini ia benar-benar sangat sensitive. Mungkin ini karena efek kehamilannya.

---

Setelah 30 menit di dalam kamar mandi, Raisha pun keluar dari kamar mandi dan Revan langsung menghampirinya dengan pandangan penuh kekhawatiran.

"Sayang-"

"Maaf, aku hanya butuh waktu sendirian," seru Raisha tersenyum kecil.

"Jangan meminta maaf. Kamu tidak salah apapun, akulah yang bersalah," seru Revan sangat khawatir. Ia tidak ingin istrinya ini stress apalagi dalam kondisi mengandung.

"Tidak. Kamu tidak salah. Aku memakluminya kok. Aku saja yang sedang merasa lelah dan sensitive."

"Ayo kita keluar untuk mencari makan," ajak Revan yang di angguki Raisha.

Weekend ini Revan sengaja mengajak Raisha pergi berkencan menikmati waktu bersama.

Mereka berjalan-jalan di salah satu tempat wisata. Raisha terlihat merangkul lengan suaminya itu dengan penuh rasa senang dan bersemangat.

"Sepertinya kamu memang butuh liburan, hm?" seru Revan melihat ekspresi Raisha yang jauh lebih baik daripada kemarin-kemarin yang tampak murung.

"Begitulah, sebenarnya seorang istri tidak butuh sesuatu yang mahal atau sulit untuk mengembalikan mood baiknya. Cukup di ajak keluar, dan makan bersama itu sudah cukup," seru Raisha.

"Begitukah?"

"Iya, sehari-hari kita menjalani rutinitas yang sama dan begitu monoton. Kita butuh waktu berdua untuk bersantai dan mengembalikan mood baik," seru Raisha.

"Baiklah, jadi saat kita libur bersama lagi, kita akan buat planning untuk liburan dan jalan-jalan berdua," seru Revan.

"Berkencan," timpal Raisha dengan senyumannya.

"Yah baiklah berkencan," seru Revan mengusap kepala Raisha.

"Jadi kali ini tuan putri ingin kemana lagi?" tanya Revan.

"Ayo naik sepeda," seru Raisha menarik tangan Revan.

Hari ini Raisha ingin melupakan segala beban dan kesedihannya dan menikmati waktu bersama suaminya. Walau kenyataan pahit itu tetap harus di hadapinya, tetapi Raisha ingin melupakannya dan menutup matanya dalam sekejap saja.

Revan duduk di kursi pengemudi dan siap menggoes sepedanya, Raisha duduk di kursi penumpang yang berada tepat di belakang Revan.

"Sudah siap?" tanya Revan.

"Hmm..."

"Berpeganganlah," ucap Revan membuat Raisha memeluk perut Revan dari belakang dan merebahkan kepalanya di punggung lebar Revan.

Raisha memejamkan matanya menikmati hangatnya tubuh Revan dan hembusan angin yang menerpa tubuhnya.

Revan menundukkan kepalanya melihat ke arah tangan Raisha yang memeluknya dari belakang. Ia senang akhirnya istrinya itu tidak murung lagi. Tangan kiri Revan melepaskan stang sepeda dan kini menggenggam tangan Raisha di perutnya. Ia bisa mengendarai sepeda hanya dengan sebelah tangan saja.

----

Puas berjalan-jalan dengan menggunakan sepeda, kini mereka berdua memasuki sebuah restaurant dan memesan untuk makan siang mereka.

"Wah wah lihatlah siapa yang ada di sini," seru seseorang membuat mereka berdua menoleh.

Terlihat seorang pria yang memakai topi, masker dan kacamata hitam.

"Jovan?" seru Raisha.

"Kakak ipar memang yang terbaik langsung mengenaliku," kekehnya yang langsung duduk di antara mereka.

"Siapa yang mengijinkanmu duduk di sini?" seru Revan dengan nada dingin.

"Ck, jangan begitulah, Brother. Toh Kakak ipar saja tidak masalah, benar tidak Kakak ipar?" seru Jovan.

"Biarkan saja, Sayang. Biar makin rame," seru Raisha.

"Dia akan merusak kencan kita," seru Revan tampak tidak rela.

"Ah elah, nanti malam kalian bisa berkencan tanpa gangguan. Moga aja cepet jadi keponakan yang lucu-lucu," seru Jovan.

"Orang udah isi," seru Revan dengan santai.

"Isi? Isi apa?" tanya Jovan tak paham dan Raisha terkekeh melihat ekspresi lucu dari Jovan.

"Bini gue lagi hamil," seru Revan tersenyum lebar.

"Serius?" pekik Jovan melihat ke arah Raisha seakan untuk meyakinkan. Raisha pun menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan.

"Anjirr! Lu cekgur juga," seru Jovan membuat Raisha dan Revan terkekeh.

"Eh jangan salah dan jangan remehkan keperkasaan gue," seru Revan dengan bangga.

"Apasih kamu ini," seru Raisha merasa malu.

"Selamat buat kalian berdua yah. Moga Kakak ipar sehat-sehat selalu," seru Jovan.

"Amin."

Seorang pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Kemudian Jovan pun memesan makanan untuk dirinya.

"Ck, dasar rakus," seru Revan.

"Mumpung lagi ada Bapak Ceo disini, jadi manfaatkan. Lumayan kan bisa makan gratisan," seru Jovan tidak tau malu.

"Dasar artis kere," kekeh Raisha.

"Jangan suudzon Kakak Ipar, aku punya banyak uang. Kalau gak percaya yuk ikut ke atm buat liat saldo gue," seru Jovan dengan nada sombong.

"Kalau begitu semua ini kamu yang bayar," seru Revan.

"Jangan dong Bos, gue lagi ngirit sekarang. Pengen beli mobil lagi," serunya merengek.

"Mobil lagi?" seru Raisha yang sudah mengenai Jovan cukup lama.

"Iya, ada mobil keluaran terbaru dan gue suka banget," serunya.

"Hobby mengoleksi mobil sportmu itu menguras isi dompet," seru Raisha hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Mumpung lagi di kasih rezeki, ya manfaatin aja buat yang di pengen, bener gak Brother," seru Jovan.

"Serah lu aja," jawab Revan menikmati makanannya.

"Kakak Ipar, sebenarnya apa sih yang kamu suka dari Kakak ku ini? Padahal aku jauh lebih ganteng darinya, apalagi aku seorang aktor," seru Jovan penuh rasa percaya diri.

"Semua yang ada di dirinya membuatku jatuh cinta. Kamu memang keren juga tampan, tapi aku malas berebut dengan para fansmu. Dan lagi suamiku jauh lebih baik darimu," seru Raisha penuh percaya diri membuat Revan tersenyum puas mendengarnya.

"Dih dasar bucin," seru Jovan.

"Gak apa-apa walau bucin tetapi bahagia," seru Revan.

"Kalian sungguh kompakan," cibir Jovan membuat pasangan suami istri itu terkekeh.