Chereads / Lupa Luka / Chapter 2 - SUKAMU LUKAKU (2)

Chapter 2 - SUKAMU LUKAKU (2)

Di cafe ini, kita saling bercerita satu sama lain. Dengan tawa yang cukup hangat.

"Jadi, apa yang kamu sukai dariku?".

"Eh?".

"Aku tau aku tidak akan ditolak, tapi aku penasaran apa yang kamu suka dari aku". Ujarnya sambil menatap ku dengan tatapan meledek.

Rileks rileks hufftt. Mari makan dulu menghilangkan ketidakwarasan ini.

"Kamu salting?". Ucapnya yang spontan membuat aku memuntahkan isi dari dalam mulutku.

"Uhuk-uhuk". Ia pun segera mengambil kan aku minum. "Uhuk-uhuk maaf".

"Tidak apa, sekarang aku tau kamu sesuka itu samaku". Ucapnya dengan tatapan polos yang membuat aku ingin mengeluarkan semua isi dalam perut ini.

Menyebalkan tp emang benar huhu. Semudah itukah aku terbaca (+_+) memalukan.

"Maaf jaketmu jadi terkena muncaratanku, jadi biar aku cuci saja". Ucapku yang masih membersihkan noda di bajuku.

"Sungguh?

Akupun menoleh. "Iya, knp?".

"Kalau gitu, nnti aja sekalian aku juga akan membawa baju kotorku".

"GA GITU JUGAAA

"Hahahaha, kamu ternyata lucu ya, iya-iya aku bercanda kok". Ucapnya sambil melepaskan jaketnya lalu meletakkannya dibahuku.

Dag dig dug serrr, ini terlalu dekatttt >_<

Drrttrdrrttttt (hpnya kembali berdering) Dan kali ini ia mengangkatnya namun jauh dariku.

"Sebentar ya". Ucapnya, aku hanya tersenyum mengangguk. Ia pun pergi ke luar cafe sambil menerima telfon itu. Telfon yang terlihat sangat penting. Ku tangkap dari balik jendela, raut wajahnya yang ceria tadi seketika berubah menjadi lesu.

Akupun kembali melihat ke dalam cafe. Cafe ini benar-benar sangat cantik. Banyak spot foto juga. Makanannya juga sangat lezat hehe. Eh, apa aku nanti ajak dia berfoto di sana ya, sekalian momentum pertama kami ngedate. Kyaaaaaa rilekss stopp hufftt.

Lagian sepertinya hanya aku yang merasa senang hm, dan ia terlihat sedih, begitulah yang kutangkap saat aku kembali melihat ke arah luar jendela. Dan ini sudah hampir 20 menit ia di luar.

"Ahhh maaf, lagi-lagi aku membuat mu menunggu lama".

"Tidak apa, sepertinya terlihat penting juga hihi".

Kali ini ia menyandarkan kepalanya di atas meja. Persis dengan apa yang ia lakukan tadi di taman.

Aku tak berani bertanya karena itu akan membuatnya tak nyaman, dan juga ini baru pertama kali nya kami bertemu, jadi aku tidak punya hak untuk mengetahui lebih dalam dulu. "Iyakan?