"Hallo Findy.. Ada apa Fin?" tanyaku menjawab telepon dari Findy pagi itu saat aku baru selesai mandi.
"Kamu dimana Ton?" tanya Findy sembari terisak- isak.
"Kamu kenapa Findy kok nangis? Ada apa?" Tanyaku panik mendengar Findy terisak- isak dan bukan menjawab pertanyaannya kepadaku.
"Kamu dimana Ton?" tanyanya sekali lagi masih sembari terisak- isak.
"Di kostan.. Kenapa Findy?? Kenapa nangis?? Ada apa??" jawabku sembari disusul pertanyaan yang sama dengan sebelumnya terkait apa yang membuatnya sedih.
"Aku kesana ya.. Tar aku cerita disana.." ujarnya disertai isak tangis.
"Jangan Fin.. Aku aja ke kamu.. Kamu dimana? Aku jemput sekarang pakai motor. Disini lagi ramai, karena bapak kostanku lagi hajatan" ujarku menawarkan menjemputnya karena memang dikostanku sedang ramai tamu undangan karena anak bapak kostan yang baru sunatan.
"Oke.. Jemput aku dihalte depan SMK 74 ya.. Ada yang mau aku cerita tentang Erik" ujarnya tetap masih terisak- isak lalu menutup telponku.
Aku mendengar nama Erik disebut tahu bahwa pasti Erik melakukan 'ulah konyol' sehingga membuat Findy sedih. Aku segera menghubungi Erik yang merupakan sahabatku untuk mencari tahu terkait masalah apa dengan Findy.
"Halo bray.. Baru mau gue tele.." ujar Erik menyapaku via telepon
"Haduh Erikkkkk.. Kok lu konyol banget si.. What have you done bro!! It's so hilarious bro!!" ujar aku memotong sapaannya yang belum selesai.
"Hahhh.. Maksud lu Ton?" tanyaku bingung dengan maksud perkataan Anton.
"Iya.. Apa yang udah lu lakuin sampe si Findy sampe gitu? Lu udah 'unboxing'* si Findy?" Ujarku memperjelas apa maksudku.
unboxing* adalah bahasa gaul di istilah sekarang yang maksudnya adalah melakukan hubungan badan dengan perempuan/laki-laki yang belum pernah berhubungan sama sekali.
"Ooo.. Findy.. Jadi Ton.. Gue lagi ngewe ma Anggi.. Terus dia dateng dan mergokin gue.." ujar Erik menjelaskan secara singkat duduk persoalan yang terjadi antara dia dan Findy.
"Anjay.. Kok bisa!! Lu ngewe di kamar kan bukan diluar? Kok Findy sampai bisa mergokin ngewe, gimana ceritanya sih?!!" ujarku bingung ga habis pikir bagaimana bisa Findy memergoki Erik dan Anggi bersetubuh.
"Jadi ceritanya gue lagi ngewe di kostan Anggi.. Terus si Findy masuk kamar kostan Anggi yang lupa gue kunci.. Ya ketahuan deh" ujar Erik polos.
"Hahahaha.. Haduuuh.. Bro.. Bro.. Asli kocak banget lu.. Ya udah.. Gagal kayanya lu buat unboxing Findy ni.. Tapi gue usahain lah.. Ini barusan dia minta gue ketemu dia" ujarku kepada Erik.
"Santai bro.. Gak terlalu ngarep buat dapetin dia juga.. Bukan tipe gue juga.. Cuma iseng- iseng berhadiah.. Lu mau unboxing dia juga ga apa- apa.. Hahahaha" ujarnya.
"Ya udah.. Tar gue kabarin lagi ya.. Eh udah dulu ya.. Gue cabut ke tempat Findy dulu. Pantes dia minta gue jemput di smk 74 deket tempat Anggi.. Salam buat Anggi sekalian tanyain sama dia.. Enakan mana punya gue apa lu.. Hahahaha.." ujarku hendak menyudahi pembicaraanku dengan Erik karena mau menemui Findy.
"Kampreeet.. Ya enakan punya gue lahh.. Hahaha.. Ya uda Good luck bro sama Findy. Bye" ujarnya lalu memutus hubungan telepon kami.
‐-------
"Sori ya lama Fin.. Agak macet dijalan" ujarku sesampai dihalte depan SMK 74.
"Ga apa-apa Ton.. Yuk.. Jalan.." ujar Findy sembari naik ke jok motorku dan mukanya sudah tidak terlihat sedih lagi.
"Kemana?"
"Terserah kamu, asal ga ke kostanku.. Aku milikmu hari ini" ujar Findy kepadaku.
"Ke 'hotel kost' mau? Ujarku bercanda menawarkan ke kost-kostan yang bisa sewa harian ala hotel.
"Terserah.. Asal berdua sama kamu aku mau" ujar Findy sembari memelukku erat.
Aku agak bingung dengan maksud kalimat 'aku milikmu hari ini' dan 'asal bersua sama kamu aku mau' yang diucapkan oleh Findy. Tapi biar sajalah mungkin dia lagi galau makanya dia asal ngomong. Tapi karena aku bingung mau kemana maka aku mengajak ke hotel kost tempat aku biasa asyik masyuk dengan lonte yang aku sewa dari sosial media untuk 'deep talk' dengan Findy
‐-------
"Yuk Fin.. Aku dapet kamar 7.." ujarku setelah mengambil kunci ke resepsionis hotel kostan dan membayar uang muka.
"Ayo.." ujarnya turun dari motorku dan berjalan bersamaku ke kamar yang letaknya hanya 50 meter dari tempat aku parkir.
Aku masuk dan merebahkan badanku ke ranjang, sedangkan Findy duduk di kursi seberang ranjang. Aku membiarkan ia duduk diam, karena aku tidak mau memaksa dia untuk bercerita apa yang dia rasakan, bagaimanapun juga Erik sahabatku aku tidak mungkin membela Findy walau Erik salah sekalipun. Setelah dia duduk diam menatapku selama hampir 15 menit, dia lalu beranjak dari kursinya lalu menutup pintu kamar serta menguncinya yang awalnya sengaja aku biarkan terbuka karena aku tidak ada niat macam- macam dengan Findy.
"Kok ditutup?" tanyaku bingung.
"Biar dingin, kebuka pintunya bikin panas." jawabnya dengan alasan yang logis.
"Oke.."
"Aku mandi dulu ya Ton.. Biar seger.." ujarnya pamit mau mandi di kamar mandi dalam kamar.
"Oke.." ujarku sembari menutup mata untuk tidur- tiduran menggu kapan Findy siap untuk curhat.
5 menit setelah aku menutup mata mencoba untuk istirahat sebentar menunggu Findy selesai mandi, tiba- tiba terdengar suara Findy dari dalam kamar mandi.
"Ton.. Anton.." ujar Findy dari dalam kamar mandi.
"Iya Fin.."
"Tolong aku Ton.. Tolong masuk ke kamar mandi bentar.." ujarnya meminta tolong.
Aku yang berpikir ada masalah di kamar mandi, karena memang kamar 7 sering bermasalah dengan showernya yang sering macet, segera masuk ke dalam kamar mandi.
"Ada masalah apa? Showernya ga nyala ya Fin? Tinggal.." ujarku terhentu tidak meneruskan kata-kataku karena kaget melihat Findy telanjang bulat di depanku walau masih menutupi payudaranya dan selangkangannya dengan kedua tangannya dengan muka polosnya.
"Aku minta tolong.." ujarnya yang terhenti sembari menunduk karena malu.
"Mii.. Mi... Minta tooo.. to.. long.. A.. A.. Pa Find?" ujarku gugup karena terpukau melihat badannya yang putih bersih, walau bentuk badannya tidak seseksi Cindy pacarku, namun aura keseksiannya dan mukanya masih murni dan poloa entah kenapa membuat libidoku naik tinggi.
"Minta... Minta.. Tolong ajari cara memuaskan kamu.." ujarnya diikuti makin memerah pipinya karena malu yang entah kenapa membuatnya makin cantik dan menggairahkanku.
"Maksudmu?" ujarku masih tidak percaya apa yang dia katakan.
"Aku pingin jadi pacarmu dan memuaskan kamu dalam segi apapun, termasuk urusan hubungan intim.." ujarnya terus terang.
"Tapi.. Tapi aku kan punya pacar Fin.. Dan kenapa tiba- tiba aku? Bukannya kamu cinta Erik?" tanyaku bingung dengan semua penjelasan Findy karena selain aku punya pacar, selama ini semua di kampus tau Findy cinta mati dengan Erik dan begitu ambisi mengejar cintanya Erik, walau aku harus akui sejak sering berbagi curhat dengan Findy, aku ada perasaan cinta dengannya.
"Aku sudah tersadarkan.. Kalau aku salah mengejar orang saat aku memergoki Erik bersetubuh dengan teman dekatku, Anggi. Rupanya selama ini sering bersama, hatiku sudah terpatri dan cinta kepadamu Ton. Lagipula, aku tidak peduli kamu masih tetap pacaran atau kamu nantinya putus dengan Cindy. Aku tetap ingin jadi pacarmu, dan siap bersaing dengannya untuk memperebutkanmu. Toh kamu juga sering mengeluh kalau pacarmu ga menganggap kamu kan? Aku akan selalu ikuti semua maumu dan akan memberikan jiwa ragaku untukmu. Dan itu aku mulai dengan menyerahkan keperawananku untuk kamu, orang yang selama ini rupanya aku cintai namun aku tidak sadar akan itu hingga hari ini." ujar Findy menjelaskan panjang lebar sembari jalan perlahan mendekat kepadaku dan membiarkan payudara dan kue apem tembemnya yang polos tanpa bulu rambut sedikitpun terlihat olehku.
"Terus gimana orangtuamu?" tanyaku lagi yang kepada Findy yang sudah berhadap-hadapan denganku dan hanya berjarak selangkah denganku.
" Seperti aku bilang, aku akan selalu ikuti semua maumu dan akan memberikan jiwa ragaku untukmu. Jadi aku akan memilih kamu dibanding orangtuaku. Kamu sendiri bagaimana? Kalau kamu ga mau jadi pacarku ga apa- apa. Aku akan terima semua keputusanmu dan pergi darimu.. Tapi kalau kamu juga cinta aku seperti aku cinta kamu, bagaimana kalau kita pacaran? Untuk sementara aku akan mengalah menjadi pacar gelapmu, namun aku akan memberikan semua yang terbaik lebih dari Cindy, sehingga kamu secara sukarela akan memilihku.. Bagaimana.. Kamu mau menerima cintaku sayang?" ujarnya yang sekarang muka dan bibirnya tinggal sesenti dari muka dan bibirku.
"Sejujurnya.. Aku juga cinta kamu Fin.. Aku mau jadi pacarmu" ujarku kepadanya, dan kami pun resmi berpacaran sekaligus berciuman untuk pertama kalinya.