Chereads / FORSETEARS : Rebirth and Revenge / Chapter 59 - EP. 059 - Terbuka

Chapter 59 - EP. 059 - Terbuka

"Tapi ini aneh", lanjut pria itu.

"Aneh kenapa?" tanya Jenderal Aiden.

"Aku tidak bisa melihat masa lalunya dan apa yang ada dipikirannya saat ini. Padahal biasanya aku tidak pernah seperti ini", kata pria itu.

"Maksudnya?", tanya Jenderal Aiden.

"Biasanya, aku langsung bisa membaca pikiran atau masa lalu benda hanya dengan menyentuhnya. Tapi untuk kali ini tidak bisa", kata pria itu.

"Apa itu berarti yang dia katakan tadi benar?" ucap Jenderal Aiden.

"Memangnya tadi dia bilang apa?" tanya pria misterius itu.

"Dia amnesia", jawab Jenderal Aiden singkat.

"Benarkah? Ok. Mari kita coba cara yang lebih ekstrim!" ucap pria misterius itu.

Kerajaan Eldamanu, Tahun 1350

Pria misterius mengibaskan tangan kanannya. Dari balik lengan bajunya yang panjang, keluar sebuah benda. Benda itu adalah pisau kecil melengkung yang indah. Nama pisau itu adalah karimbit. Pisau ini sangat langka, dan hanya bisa didapatkan dari Kerajaan Damaranu. Dia menggunakan karimbit untuk menyayat tangan kiri Grizelle. Dia mewadahi aliran darah Grizelle di sebuah gelas. Ketika sudah cukup, dia membiarkan luka Grizelle begitu saja. Dia membiarkan darah Grizelle mengalir dan jatuh sia-sia ke lantai.

Gelas berisi darah itu diletakkan di atas meja, tepatnya di bawah kaki Grizelle. Pria misterius itu mengangkat tangan kanannya sambil berbisik membaca mantra. Dalam sekejap, darah gelas itu berputar dengan sendirinya seakan sedang diaduk dengan sendok, padahal tidak. Semakin lama, putaran darah dalam gelas semakin cepat. Semakin cepat dan tiba-tiba darah itu naik ke atas dan berbentuk seperti jarum kecil yang sangat panjang. Darah berbentuk jarum itu langsung membelah diri menjadi tujuh dan menusuk Grizelle dari berbagai arah.

"AAAARRGHHHH…!!!" Grizelle yang pigsan langsung teriak.

Grizelle sangat kesakitan. Mata Grizelle yang tertutup langsung terbuka melotot seketika. Jarum darah itu benar-benar menusuk Grizelle tanpa ampun. Jarum itu tidak peduli dengan teriakan Grizelle. Jarum itu terus menusuk dan tusukannya semakin dalam dan semakin cepat. Grizelle kejang-kejang dan terus teriak dengan mata melotot. Pembuluh darahnya menonjol keluar mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Saat darah di gelas akan habis, muncul bayangan hitam yang bergerak dari tubuh pria misterius. Bayangan hitam itu terlihat seperti akar panjang yang terus bergerak dan memanjang. Bayangan hitam itu menusuk jarum darah lalu ikut masuk ke dalam badan Grizelle.

Pria misterius yang mengendalikan bayangan hitam dan jarum darah menutup mata. Seketika dia berubah menjadi Grizelle. Pria misterius menjadi Grizelle yang bekerja di kedai Bu Eila, datang ke Desa Lumina, melamun di pantai, naik kapal, bertemu Jenderal Aiden, mengapung di laut, dan jadi saksi pertempuran bajak laut. Semua ini hanya terjadi di pikirannya. Pria misterius itu membaca masa lalu Grizelle dengan alur mundur.

Pria misterius itu terus membaca mundur pikiran Grizelle. Grizelle menjadi budak pedayung, Grizelle ditangkap di Kepanu, Grizelle dirawat kakek dan nenek di Kepanu, hingga Grizelle yang pingsan dan hampir membeku. Pria misterius ingin menerobos ingatan Grizelle sebelum pingsan membeku namun tidak bisa.

Pria misterius itu kesulitan menerobos ingatan Grizelle sebelum amnesia. Dia memberikan karimbit ke Jenderal Aiden. Dia meminta Jenderal Aiden untuk merobek tangan kirinya dengan isyarat mata dan tangan. Untung Jenderal Aiden peka dan langsung melaksanakannya. Seketika, darah yang keluar dari tangan pria itu berubah menjadi jarum panjang dan langsung bersatu dengan bayangan hitam dan jarum darah tadi.

Grizelle semakin kesakitan. Dia sudah tidak kejang-kejang lagi, tapi dia malah berguling-guling di meja dan bergerak tak tentu arah. Bayangan hitam menahan tangan dan kaki Grizelle untuk membatasi gerakannya.

"Tttkkkk!" tiba-tiba kulit Grizelle pecah. Kulit yang pecah itu ada pada bagian lengan kanan. Pria misterius itu mengembalikan lagi darah Grizelle yang keluar dari kulit pecah. Keringat mulai menetes dari wajah berkeriput tipis dari pria misterius. Sekarang, pria itu juga kesakitan. Namun dia berusaha tetap fokus.

Dipikirannya, pria misterius sedang berusaha mendobrak sebuah pintu. Itu adalah pintu rumah biasa berbahan kayu. Entah mengapa, pintu itu sangat sulit didobrak. Gagang pintunya sudah lepas. Namun, pintu itu tetap tertutup rapat walaupun sudah didobrak berkali-kali. Jika pintu itu terbuka, pria misterius bisa melihat semua masa lalu Grizelle.

Pria misterius tidak menyerah. Dia terus mendobrak pintu tanpa henti. Usahanya mulai membuahkan hasil. Pintu sudah mulai melonggar dengan sedikit celah di bawah. Semakin didobrak, semakin lebar celahnya. Akhirnya terbukalah pintu masa lalu Grizelle.

Pria misterius berubah menjadi Grizelle yang berlarian di padang bunga suisen. Pria itu terus menyusuri masa lalu Grizelle mundur. Grizelle ditolong tim Akas yang berbaju biru, Grizelle yang berjalan ditengah salju, Grizelle yang kabur saat diserang pasukan Kepanu, Grizelle yang dieksekusi oleh Raja Ehren, Grizelle yang berciuman dengan Raja Ehren, dan terus mundur. Pria misterius ini terus menyusuri masa lalu Grizelle yang terputar kembali.

"Ok. Sudah. Cukup!" ucap pria misterius itu.

Pria misterius itu menarik kembali bayangan hitamnya. Semua darah Grizelle dikembalikan ke tubuhnya. Pembuluh darah Grizelle yang menonjol mulai kempes. Grizelle kembali pingsan dengan tenang. Pria itu menutup kulit yang pecah tadi dengan kain bajunya yang tebal. Selesai, pria itu langsung duduk terengah-engah.

"Bagaimana? Apa anda tahu di mana penawar sarin?" tanya Jenderal Aiden penasaran.

"Tidak", jawab pria itu singkat.

"Apa kau tahu kelemahan Kerajaan Tirtanu?" tanya Jenderal lagi.

"Tidak", jawab pria itu.

"Lalu?", tanya Jenderal Aiden sinis.

"Dia memang seorang Ratu Alatariel Artanis Rin dari Kerajaan Tirtanu. Aku tidak melihat hal yang lebih jauh dari itu. Tapi untungnya, aku berhasil mendobrak pintu amnesianya. Aku percaya, suatu hari dia akan menjawab pertanyaanmu tadi", kata pria misterius.

"Baiklah. Itu sudah cukup. Terima kasih", ucap Jenderal Aiden.

—----

Kerajaan Tirtanu, Tahun 1345

"Ini yang kami temukan di Gaharunu", lapor Ian.

Eiham dan Ian memberikan sebuah catatan. Catatan itu sudah robek tapi direkatkan kembali di kertas baru yang lebih lebar. Ternyata, kertas itu berbahasa Gaharunu. Untungnya, ada terjemahan bahasa Tirtanu di kertas itu.

"Jadi ini catatan bahan pembuatan sarin? Terima kasih banyak. Dengan ini aku bisa membuat penawarnya. Semoga apa yang terjadi pada Raja Cedric, tidak terulang lagi", ucap Ratu Alatariel.

"Ada satu hal lagi yang perlu saya berikan", kata Eiham.

"Ini", kata Eiham.

Eiham sambil memberikan sesuatu pada Ratu Alatariel. Itu adalah sebuah gulungan kain yang terikat tali. Ratu Alatariel membuka tali dan gulungan di atas meja kerjanya.

"Ini peta Gaharunu! Kalian sudah menemukan letak penyimpanan sarin?" ucap Ratu Alatariel.

"Maaf, sayangnya belum. Rekan-rekan kami masih di sana untuk mencarinya. Kami ke sini lebih dulu karena ingin menyampaikan dan menyelamatkan temuan kami pada, Yang Mulia secepatnya", kata Eiham.

"Baiklah. Terima kasih banyak. Terima kasih atas perjuangan kalian", kata Ratu Alatariel.

"Tolong peta ini diperbanyak, karena ini satu-satunya peta yang kami bawa. Siapa tahu di masa depan, peta ini dibutuhkan", kata Ian.

"Baiklah. Terima kasih. Kalian bisa beristirahat dulu sekarang", kata Ratu Alatariel.

Eiham dan Ian keluar dari ruang kerja Ratu di istana Amayuni. Ratu membaca ulang catatan bahan pembuatan sarin. Dia menyalinnya ke sebuah kertas lalu melipatnya. Ketika selesai, dia memberi tulisan GB pada lipatan kertas itu. Kemudian, dia menyelipkan lipatan kertas ke dalam laporan kerja tahun 1345. Sedangkan gulungannya disimpan Ratu di salah satu lemari tua di ruang kerjanya.