Binar keluar dari butik dengan perasaan kesal. Harinya yang sempurna dirusak oleh pria asing yang ditemui di butik tersebut. Binar mengelus-elus perutnya, Si Bocah mulai menendang-nendang lagi. "Iya, Mamah juga berpikir demikian. Paman tampan tadi sangat menyebalkan! Bila sudah besar nanti, kau tidak boleh menjadi pria dingin yang menyebalkan ya, Bocah!" Nasihat Binar kepada bayi dalam kandungannya.
Binar berhenti di sebuah kafe untuk makan siang yang kedua. Ia memang sudah makan siang di hotel tadi siang, tetapi ia sudah lapar lagi walau pukul baru menunjukkan jam tiga sore. Binar segera memesan makanan dan minuman yang diinginkannya.
Sambil menunggu makanannya tiba, Binar memperhatikan sekelilingnya. Ia masih harus waspada terhadap Derek. Beberapa meja dari tempatnya duduk, ia melihat pria tampan menyebalkan yang membeli bros yang dipilihnya. Pria tersebut mendorong kursi roda seorang wanita paruh baya.
Si pria tampan tersebut kemudian duduk dengan wanita paruh baya tersebut. Tampaknya, si pria tidak berbohong ketika ia mengatakan bahwa ia membeli bros tersebut untuk ibunya. Si wanita paruh baya tampak bahagia menerima bros hadiah dari si pria tampan.
Dalam hatinya, Binar merasa bahagia, "hei, Bocah! Kamu juga harus jadi anak baik dan berbakti seperti Paman Tampan yang menyebalkan itu ya." Ujar Binar sambil mengelus-elus perutnya.
Binar menghabiskan makan siangnya dengan segera karena ia harus berdandan dan berganti pakaian sebelum datang ke sandiwara. Binar segera membayar makan siangnya dan berjalan kaki menuju Hotel Four Season.
Ia berdandan dan berganti pakaian. Ia berharap dapat datang ke sandiwara dengan lebih awal untuk bertemu dengan RRMin. Setidaknya sekarang ia tahu bahwa RRMin adalah kondektor dari orkestra yang ada di sandiwara ini.
Binar berusaha tetap waspada sekaligus menikmati sandiwara Macbeth tersebut. Binar hampir tidak dapat mempercayai penglihatannya bahwa Si Pria Muda Tampan dan ibunya yang ada di kursi roda juga datang ke sandiwara ini.
Dunia mungkin memang hanya selebar daun kelor. Walau begitu, Binar berharap ia tidak perlu bertemu dengan Derek Blaine. Sejauh ini rencananya sangatlah sempurna. Ia hanya perlu pergi ke bandara dan terbang ke Transylvania malam ini.
Binar dapat menikmati sandiwara Macbeth ini hingga akhir, ia tidak terlalu menyukai sandiwaranya tetapi musik orkestranya sangatlah bagus. Binar berusaha melirik berkali-kali ke arah konduktor orkestra yang ia yakini sebagai RRMin, sayangnya sang konduktor sangatlah sibuk dan berkonsentrasi kepada band orkestranya.
Binar tidak sekalipun berhasil melihat wajah si konduktor selama sandiwara berlangsung.
Binar berjalan ke arah kamar mandi, setelah mengosongkan kantung kemihnya dan memperbaiki tata riasnya. Binar berjalan menuju lantai dua dimana ia sudah berjanji untuk bertemu dengan RRMin.
Binar menunggu di depan lukisan karya Monet, lukisan tersebut menjadi poin tempatnya bertemu dengan RRMin, tiba-tiba sebuah pikiran datang ke kepalanya.
"Hey, Bocah! Apakah menurutmu RRMin mau menjadi ayahmu?" Tanya Binar lemut sambil mengelus perutnya. "Tampaknya ia akan menjadi pasangan yang menyenangkan. Kira-kira, apa ia mau menerima kita berdua?" Tanya Binar kepada dirinya sendiri.
Binar berdiri menunggu, ia dapat mengerti bila RRMin datang terlambat. Ia adalah kondektur sandiwara ini. Tentu saja ia akan bertemu banyak orang penting apalagi sandiwara ini telah terlaksana secara sukses.
Binar memandang berkeliling dan mulai merasa canggung, RRMin sudah terlambat selama lima belas menit. Jantung Binar tampak terasa berhenti berdetak ketika ia melihat sesosok pria.
'Sial! Derek Blaine! Kenapa pria itu ada dimana-dimana,' umpan Binar dalam hatinya. Binar terpaksa berjalan ke arah yang sama dengan dengan Derek. Derek berjalan dengan bersama seorang wanita dan tampaknya ia tidak menyadari kehadiran Binar. Binar mencari tempat untuk bersembunyi di sepanjang lorong ia berjalan. Ia khawatir Derek masih ada di belakangnya.
Toilet, ia dapat bersembunyi di toilet. Sial, ia tidak melihat lambang toilet perempuan. Ia hanya melihat lambang toilet lelaki. Seorang pria muda tampan keluar dari toilet dan Binar mengenali wajah tampan tersebut.
'Paman Tampan!' Batin Binar. Ia segera berjalan ke arah pria muda tampan yang tidak ia ketahui namanya. Yang ia ketahui hanyalah pria muda tampan itu adalah pria yang baik dan berbakti kepada ibunya.
Pria itu bahkan tidak melihar kedatangan BInar, Binar dengan tiba-tiba menarik tuksedo pria tersebut dan menciumnya.
YUCKS!
'Ya, Bocah! Mamah tahu kalau mencium pria secara acak sangatlah menjijikan walau pria ini sangat tampan. Tapi kita harus bersembunyi dan Paman Tampan ini satu-satunya kesempatan kita untuk kabur saat ini.' Batin Binar.
Ia terus menarik Tara, nama pria muda tampan tersebut, menempel pada tubuhnya. Dengan mencium Tara, wajah Tara akan menutupi wajah Binar sehingga ia tidak dikenali. Selain itu, berciuman di depan umum akan membuat orang-orang merasa tidak nyaman dan menghindari menatap mereka berdua.
Binar merasa beruntung karena pria ini, mungkin tidak menyukai wanita, karena ia tidak membuka mulutnya sama sekali. Ia menutup rapat bibirnya dan tidak mengambil keuntungan sedikitpun untuk mencium Binar kembali. Bahkan ia berusaha melepaskan diri dari Binar tetapi tidak mendorongnya secara kasar. Pasti karena ia sadar kalau Binar adalah wanita yang sedang hamil.
Setelah beberapa saat, Binar melepaskan Tara. Binar memperhatikan sekelilingnya dan ia melihat bahwa Derek sudah hilang di belokan.
"Apa yang kau pikirkan? Kau mabuk?" Tanya Tara dengan bingung sambil menatap Binar dengan tidak percaya.
"Maaf... ini permintaan bayinya!" Binar tersenyum dan memutar bola matanya. Ia tidak memiliki alasan lain yang lebih baik. Binar tersenyum dan berjalan kembali ke arah lukisan Monet. Berharap ia akan dapat bertemu dengan RRMin walaupun hanya sekejap.
Binar menatap jam di tangannya dan tampak kecewa, ia harus berangkat ke bandara atau ia akan tertinggal penerbangannya. Binar segera berjalan ke lantai dasar dan memanggil taksi. Ia mengambbil kopernya dan kemudian pergi ke bandara untuk terbang ke Transylvania.
[[NBS: Sorry, I have to go. I hope to see you next time. Your orchestra band was amazing! Thank you for the amazing night.]]
(NBS: Maaf, aku harus pergi. Aku harap dapat bertemu denganmu lain waktu. Orkestramu tampil dengan menakjubkan! Terima kasih atas malam yang menyenangkan.)
Binar segera mematikan telpon genggamnya. Pesawatnya menuju Transylvania segera lepas landas.
***
Raditya menunggu di depan lukisan Monet, ia sadar bahwa ia salah karena ia terlambat selama dua puluh mnit dari waktu perjanjian mereka. Tetap ia tidak menyangka bahwa pemilik akun NBS, Binar, sudah benar-benar pergi.
Tara datang dan menyapa Radit. Ia tersenyum kepada Radit yang tampak tidak senang, "kau baik-baik saja? permainan band orkestramu sangat sempurna, tidak ada alasan untukmu tidak senang malam ini." Ujar Tara sambil tersenyum kepada Radit.
Radit tersenyum, "ya, ka u benar. Hanya saja, aku gagal bertemu seorang gadis. Kuharap aku dapat bertemu dengannya lain waktu."
Tara mengangguk sambil menggosok dagunya, "omong-omong tentang gadis, ada seorang gadis yang aneh yang sedang hamil, yang menciumku tiba-tiba tadi."
Tara dan Radit saling berpandangan, tetapi, mereka berdua ada di Paris dan banyak orang aneh di Kota ini.